Siem Reap tujuan wisata Kamboja

siem.jpg 
KOTA Siem Reap yang dulu dikenal angker dan rawan kriminalitas, kini mengubah wajahnya menjadi tempat tujuan wisata utama di Kamboja, lengkap dengan taburan hotel mewah dan restoran ternama.

Ingat Kamboja, ingat Khmer Merah. Begitu kira-kira yang terlintas di benak banyak orang tentang negara di kawasan Asia Tenggara ini. Pada tahun 1970-an sampai pertengahan 1990-an, Rezim Khmer Merah yang brutal memang selalu menghiasi berita yang menyangkut Kamboja, hingga tak heran masyarakat mengasosiasikan Kamboja sebagai negara mengerikan yang rawan konflik.

Namun, setelah kematian pimpinan Khmer Merah, Pol Pot pada tahun 1998, kondisi keamanan Kamboja pun berangsur-angsur pulih. Salah satu kota terbesar di Kamboja yang ikut berbenah, yaitu Siem Reap, ibu kota Provinsi Siem Reap. Jika nama ini belum terlalu akrab di telinga, nama Angkor Wat atau Candi Angkor mungkin pernah sampai ke telinga. Nah, Siem Reap adalah tempat bermukimnya Angkor Wat, yang sama seperti Candi Borobudur, masuk dalam daftar UNESCO World Heritage Site.

Soal memperbaiki sarana wisatanya, pemerintah Kamboja memang patut diacungi jempol. Lihat saja Angkor Wat yang saat ini memiliki berbagai layanan wisata yang memanjakan. Bayangkan saja, wisatawan bisa memilih berbagai alat transportasi untuk berkeliling area candi tersebut. Mau naik gajah? Boleh. Mau naik helikopter? Bisa. Atau mau dengan cara tradisional dengan berjalan kaki dan menyelami tiap lekuk batu candi, silakan saja. Bahkan, kalau mau mengambil gambar dengan video pun dipersilakan.

Padahal dulunya, area di sekitar candi ini adalah tempat yang lumayan berbahaya. Jika wisatawan berangkat dari Phnom Penh, Vietnam, dengan menggunakan kapal boat dengan jarak tempuh lima jam, kapal tersebut bisa saja tenggelam atau bahkan ditembak oleh para bandit. Bahkan, pasukan Khmer Merah bisa saja mengawasi dari balik bukit. Tapi kini, di sekitar tempat tersebut banyak dibangun tempat main golf bahkan juga restoran es krim.

Itu baru bicara soal Angkor Wat saja. Melangkah delapan kilometer dari situ, yaitu ke pusat Kota Siem Reap, akan lebih menakjubkan lagi. Kota yang dulunya penuh darah ini, kini telah bangkit dan bersolek dengan membangun hotel- hotel mewah, tempat berbelanja, spa, galeri, bahkan tempat kerajinan tangan.

Salah satu kawasan bernama Pub Street, bahkan dilengkapi dengan kafe bertaraf internasional, bar dengan desain yang artistik dan cozy, tempat pacuan kuda, convention hall, pasar malam, restoran dengan pemandangan candi, sampai wisata alam.

Soal hotel, Grand Hotel adalah hotel berkelas dunia pertama yang kembali dibangun di Kamboja. Hotel yang berbasis di Singapura ini pada tahun 1960-an sempat disinggahi Charles de Gaulle dan Jacqueline Kennedy Onassis. Kabarnya, Bill Clinton dan penyanyi Ricky Martin juga pernah menginap di tempat ini. Singkat kata, Grand adalah tempat menginap pertama yang akan dikunjungi para figur publik terkemuka di dunia jika mengunjungi Kamboja.

Tempat menginap lainnya yang jadi incaran adalah Residence Angkor. Ini adalah sebuah boutique hotel dengan 55 kamar. Yang jadi daya tarik hotel ini ialah, kamar-kamarnya dibuat dari kayu yang eksotik. Hotel yang dikelola Orient-Express Hotels (OEH) ini sepertinya memang dirancang untuk para turis dari kawasan Eropa dan Amerika. Dengan fasilitas spa, business center, Victoria Angkor Resort & Spa dengan 130 kamar, dan resor golf, tempat ini memang bisa membuat betah siapa pun yang ingin diperlakukan layaknya raja.

Geliat pariwisata di Siem Reap makin menjadi-jadi karena di sepanjang jalan setelah Bandara Siem Reap-Angkor International Airport, belasan hotel bintang empat siap menjamu dengan berbagai layanan berkelas.

Banyak dari hotel high-end ini yang akhirnya melakukan ekspansi. Misalnya saja Amanresorts International, milik perusahaan di Singapura, yang sudah membuka 12 kamar berkelas resor pada tahun 2002. Pada tahun 2006, mereka membuka 12 kamar lagi yang tarif per malamnya mencapai USD700. Uniknya, meski kamarnya didesain dengan gaya baru, peralatan di kamar dan hotel tersebut penuh catatan sejarah.

Misalnya, guesthouse yang pernah ditinggali Raja Thailand Norodom Sihanouk dibangun menjadi kamar suite. Sementara ruang makan, dulunya adalah tempat Norodom dan seorang sutradara menonton sebuah film.

Kabarnya, untuk melakukan renovasi besar-besaran dalam bidang pariwisata, pemerintah Kamboja mendapat banyak bantuan dari Jepang. Bantuan tersebut umumnya dipakai untuk membangun jalan, jembatan, dan bandara.

Lantas, apa hasil yang diperoleh pemerintah Kamboja dari "mempermak" Kota Siem Reap? Tentu saja, lonjakan wisatawan yang berbondong-bondong ke Kamboja. Saat negara ini baru saja pulih, Kamboja dikunjungi sekitar 217.000 turis.

Pada tahun 2007, angkanya melonjak menjadi 2,1 juta orang. Hampir 50 persennya berkunjung ke Angkor Wat. Saking optimisnya dengan potensi wisata negaranya, Menteri Pariwisata Kamboja Thong Khon yakin bahwa pada tahun 2010, Kamboja bisa mendatangkan 3 juta pengunjung.

Jika tertarik untuk datang ke Kamboja, harus diketahui bahwa umumnya turis datang pada high season, yaitu bulan Oktober-Maret. Pada musim ini, cuaca Kamboja memang lebih hangat dan kering. Kebanyakan turis datang dari Korea, Taiwan, Jepang, Vietnam, Thailand, serta Eropa dan Amerika yang ikut penerbangan langsung dari Singapura atau Bangkok.

Wisatawan dari berbagai benua memang harus bersiap-siap dimanjakan pemerintah Kamboja karena seperti pengakuan Thong Khon, Kamboja akan meladeni apa pun keinginan para wisatawan tersebut. "Orang Eropa senang berenang. Orang Amerika suka olahraga. Sedangkan orang Asia senang berbelanja. Kami akan menyediakan itu semua," kata Khon. (Arief)
(Koran SI/Koran SI/tty)