KOMPAS IMAGES/FIKRIA HIDAYATGunung Baru atau Gunung Barujari yang terletak menjorok ke Danau Segara Anak, dengan kawah berukuran 170m x 200m pada ketinggian 2.296 - 2376 meter di atas permukaan laut (mdpl). Foto dari kawasan puncak Gunung Rinjani.
KOMPAS.com - Sedikit cerita perjalanan kami berpetualang di Taman Nasional Gunung Rinjani di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
1 November - 2 November 2010. Awal perjalanan saya terbangun tepat jam 08.00 WIB setelah 2 hari sebelum keberangkatan harus menunaikan kewajiban kerja dari pagi sampe malam. Sms dari Alex dan Furqon terus masuk di ponsel butut saya menanyakan kapan akan berangkat menuju bandara dan dimana meeting point. Segeralah saya mandi dan segera angkat depek andalan yang udah di pack malamnya serta meluncur ke meeting point yang udah ditentukan. Bertemu Alex dan Furqon langsung isi tambahan logistik dan meluncur menuju Bandara Soekarno-Hatta di Terminal 3 karena menggunakan Indonesia AirAsia. Di sana sudah menunggu Wan Abud serta Bram yang lagi meluncur menuju bandara.
Sampai bandara langsung sms Bram yang ternyata belum sampai dan Wan Abud yang sudah stand by di gate. Bram datang langsung check in dan karena nggak beli bagasi serta petugas check in-nya nggak menyarankan kulkas-kulkas nggak masuk bagasi maka dengan santainya dibawa lah tuh kulkas ke gate dan diletakkan di kabin pesawat sampai-sampai jadi bahan perhatian penumpang di gate dan di pesawat. Bayar peron langsung kabarin Wan Abud kalau kami sudah di gate dan menunggu waktu keberangkatan, eh... ternyata delay sekitar 1 jam.
Wan Abud berangkat duluan, sedangkan saya, Bram, Alex dan Furqon masih harus stand by sampai waktu keberangkatan tiba. Akhirnya panggilan untuk ke pesawat pun tiba dan segeralah kami menuju pesawat dengan menggunakan bus karena pesawatnya jauh. Lantas, boarding, take off to Bali.....
Mendarat Bali sekitar jam 18.30 WITA langsung keluar airport cari Riki dan Wan Abud yang sudah sampai duluan di Bali serta Angan yang ternyata sudah di kost karena dia dari Jakarta pagi. Bertemu Riki dan Wan Abud dan menghubungi Angga yang menyarankan naik taksi atau ojek dan akhirnya kesepakatan carter mobil aja sampe Terminal Ubung dengan biaya Rp 20.000. Sampai di Ubung setelah menunggu beberapa saat datanglah Angan, Andre dan Angga yang dianter oleh kawan-kawannya menggunakan motor. Nego harga mobil yang didapat Rp 40.000 segeralah meluncur menuju pelabuhan Padangbai.
Di Padangbai langsung didatengin calo tiket dan anehnya calo tiket di pelabuhan ini gak ambil untung sama sekali terbukti harga di loket resmi dan calo sama-sama Rp 31.000. Apa tuh masuk kantong semua ya duitnya?
Di kapal tidak ada kegiatan berarti, yang ada cuma merem semalem. Akhirnya sampai juga di pelabuhan Lembar di Pulau Lombok sekitar jam 04.00 WITA. Sarapan, ibadah dan tunggu teman-teman dari Mataram yang akan jemput. Setelah menunggu beberapa lama akhirnya kami dijemput menggunakan mobil yang sudah dikoordinasikan oleh Bang Pian. Atur posisi langsung berangkat menuju Sekretariat Gema Alam yang disana sudah menunggu beberapa teman yang akan anter kami mengunjungi Gunung Rinjani.
Sampe sekretariat, istirahat sebentar langsung atur posisi lagi untuk berangkat menuju Sembalun di Lombok Timur dengan tambahan 3 orang teman yaitu Bang Marsha, Bang Locker dan Bang Ion. Perjalanan Mataram (Kabupaten Lombok Barat) menuju Sembalun (Kabupaten Lombok Timur) lumayan berat walaupun naik mobil karena medan jalan yang sedikit rusak serta tanjakan-tanjakan dahsyat yang mengharuskan turun beberapa kali ahar mobil nggak mundur lagi.
Sampai di Sembalun langsung persiapan ganti baju dan titip barang-barang yang nggak mungkin digunakan di gunung nanti. Sekitar jam 16.45 perjalanan pun dimulai dengan melewati ladang penduduk setempat, masuk hutan dikit dan langsung disuguhi oleh hamparan sabana Rinjani yang eksotis yang keliatannya landai tapi kalau dijalanin nyesek juga.
Sekitar jam 17.30 sampailah di jembatan yang menghubungkan jalur Sembalun yang sebenarnya dan jalur potong yang lumayan irit waktu. Foto-foto lanjut pos 1 dengan medan tetep sabana sepanjang mata memandang. Sampe pos 1 tetep foto-foto narsis dilanjutkan ke pos 2 dengan target awal hari ini untuk mengistirahatkan mata dan badan. Di pos 2 hari sudah gelap yang disana udah ada duet maut Sinta dan Jojo yang sudah beristirahat, kami langsung bangun rumah, masak, makan & zzzzzzzzzzzzz .......
3 November 2010 – 4 November 2010 Pagi hari yang cerah di pos 2 dengan puncak Gunung Rinjani melambai-lambai membuat kami bersemangat untuk segera packing, makan dan melanjutkan perjalanan menuju Plawangan Sembalun dengan medan masih berupa sabana sebelum akhirnya pendakian sesungguhnya di tanjakan penderitaan.
Setelah berjalan sekitar 1 jam sampailah kami di pos 3 dengan cuaca berkabut. Karena perjalanan masih jauh beristirahat dan bersenda gurau sedikit dengan para monyet maka kami pun bergerak meninggalkan pos 3 dan disinilah pendakian sesungguhnya baru dimulai, tanjakan-tanjakan terjal menunggu kami di depan yang membuat saya ngos-ngosan sebagai tim pariwisata.
Perjalanan semakin berat dikarenakan kabut tebal menemani kami dan menurunkan titik hujan yang awalnya kecil menjadi semakin membesar yang mengharuskan kami membuka flysheet menunggu hujan reda. Hujan pun mereda dan kami melanjutkan perjalanan yang ternyata cuaca semakin memburuk terbukti dengan hujan semakin besar dan membuat kondisi badan drop. Tim ngacir sudah jauh melesat di depan sedangkan saya sebagai tim pariwisata ngesot di belakang ditemani oleh Bang Locker yang setia.
Akhirnya plang Plawangan Sembalun terlihat yang membuat saya sedikit bersemangat untuk menuju puncak bukit yang ternyata setelah sampe puncak bukit Plawangan ada bonusnya sekitar 500 meter untuk menuju tempat camp. Segeralah saya berjalan melipir bukit dan akhirnya sampai juga di camp Plawangan dengan suguhan view sunset Danau Segara Anak.
Sampai tenda, ganti baju kering, makan langsung tidur dikarenakan badan sudah tidak bisa dihajak kompromi lagi dengan asumsi dinihari nanti summit attact yang ternyata hujan masih terus menemani kami yang mengharuskan kami mengurungkan niat untuk summit attact dan melanjutkan tidur lagi.
Pagi hari 4 November tidak ada kegiatan spesial paling hanya makan, ngobrol dan jemur atau bakar pakaian basah.
5 November 2010 dini hari sekitar jam 03.00 WITA kami bergegas bangun untuk summit attact Gunung Rinjani dengan cuaca sangat-sangat mendukung dipenuhi bintang dan semilir angin Plawangan yang sebenarnya membuat saya malas untuk jalan tapi demi puncak Gunung Rinjani rasa malas itu pun dikesampingkan dulu. Selesai menghangatkan badan dengan beberapa batang rokok dan kopi kami pun berdoa demi keselamatan dan kesuksesan buat semua.
Pukul 03.30 WITA summit attact dimulai dengan medan tanjakan-tanjakan terjal untuk menuju punggungan puncak Gunung Rinjani. Sebelum subuh tim sudah berada di punggungan puncak semua tentu saja dengan saya yang paling terakhir sampai. Basahin tenggorokan dengan beberapa teguk air langsung berjalan menyusuri punggungan dengan medan yang lumayan bersahabat tapi cuaca berkabut tebal serta suhu udara yang lumayan dingin terbukti dengan adanya kristal-kristal es di pelupuk mata dan jaket.
Disini tim mulai tercecer ada yang ngacir, ada yang santai tapi pasti dan ada yang ngesot di belakang. Satu persatu tim sampai di puncak tertinggi tanah Lombok dan karena cuaca yang sangat tidak mendukung tim tidak sempat berkumpul bersama paling hanya sekadar foto-foto dan bertemu puncak Rinjani sekadarnya aja dan langsung turun kembali ke Plawangan mencari sedikit matahari untuk menghangatkan badan.
Setelah semua kembali berkumpul di Plawangan ternyata hujan kembali turun yang mengharuskan kami bermalam kembali di Plawangan serta tidak jadi berkunjung ke Danau Segara Anak dikarenakan waktu dan logistik yang tidak memadai.
6 November 2010. Pagi hari cuaca tidak kunjung membaik yang ada cuma kabut serta rintik-rintik hujan dan karena alasan waktu serta logistik kami pun segera packing dan turun kembali via Sembalun serta harus merelakan Segara Anak. Next time ya Segara Anak! Perjalanan turun tim tercecer kembali karena medan turunan terjal yang lumayan membuat gagal dengkul serta hujan menemani sepanjang perjalanan turun sampai pos Sembalun.
Akhirnya tim tiba di Sembalun dengan selamat semua langsung disambut nasi bungkus yang sudah dipesan dari pos 1 tadi oleh tim ngacir. Selanjutnya mandi, ganti baju, makan akhirnya mobil jemputan datang langsug atur posisi kembali untuk kembali ke Mataram dengan terlebih dahulu berwisata ke suku sasak di Desa Bayan.
Puas berjalan-jalan di Desa Bayan sambil beberapa orang beli souvenir langsung melanjutkan perjalanan menuju Mataram untuk cari makan. Sampai Mataram, langsung isi perut dan ke kampus untuk turunin beberapa kulkas serta beberapa orang yang akan stay di Mataram dam kami melanjutkan perjalanan menuju pelabuhan Lembar untuk ke Bali. Thanks buat konco-konco Mataram dam sampe ketemu kembali kawan.
7 November 2010. Kami pun tiba kembali di Padangbai, Bali pada pagi hari disambut dengan sunrise. Langsung turun kapal dan nego ongkos yang akhirnya disepakati Rp 30.000 sampe alun-alun Renon, Denpasar. Selama perjalanan saya terus koordinasi dengan tuan rumah karees untuk memohon izin singgah dan beristirahat. Sampe alun-alun ternyata sedang ada car free day yang mengharuskan kami jalan kaki diantara para peserta gerak jalan yang lumayan jadi pusat perhatian karena kulkas-kulkas yang kami bawa di punggung.
Akhirnya sampe juga di kost dan langsung beli sarapan, mandi dan bersih-bersih, istirahat sebentar dan meluncur jalan-jalan sebentar di Bali. Karena macetnya Denpasar dan hujan turun kami hanya sebentar saja singgah di Kuta langsung menuju Bandara Ngurah Rai karena pesawat yang akan membawa saya pulang ke Jakarta akan berangkat pada pukul 18.05 WITA yang ternyata terjadi keterlambatan selama 1 jam.
Saya, Alex, Bram dan Furqon bergegas check in dan ngobrol-ngobrol di depan bandara menunggu waktu keberangkatan kami kembali ke Jakarta. Akhirnya tiba waktunya kami untuk ke gate karena waktu yang udah mepet, sedangkan Angan, Riki, Andre dan Angga masih harus stay di Bali karena tiket pulang mereka esok hari. (Teguh Tofik Hidayat)
Comments