Bukit Coklat Philipina, Keajaiban Wisata yang Melegenda

Bohol - Chocolate Hills menjadi objek wisata dan atraksi alam paling terkenal di daerah Bohol, Philipina. Tempat wisata ini menjadi bagian urutan enam daftar dari Tujuh Keajaiban baru dunia. Ada sekitar 1.268 timbunan rumput kering sempurna berbentuk kerucut-bukit dengan ketinggian berkisar 40-120 meter.

Keajaiban yang juga masuk dalam Filipina Geologi Monumen Nasional. Itu tampak seperti bukit mol raksasa, atau seperti deretan payudara perempuan, dan mengingatkan banyak orang pada bukit-bukit yang sering digambar anak kecil. Banyak wisatawan yang pertama kali melihat lanskap ini hampir tidak dapat percaya bahwa bukit-bukit ini alamiah dan faktanya memang bukan artefak buatan manusia.

Mereka sangat seragam dalam bentuk dan memiliki ketinggian antara 30 dan 50 meter. Mereka ditutupi dengan rumput, yang pada akhir musim kemarau, berubah menjadi coklat akibat gundul. Dari warna inilah, bukit-bukit ini memperoleh nama mereka. Di lain waktu, perbukitan nampak akan hijau lagi.

Ternyata, bukit ini tak hanya sekedar indah, namun juga memiliki legenda yang menyertai. Legenda memang bukan monopoli hanya khas Indonesia, di Philipina juga ada legenda. Bahkan ada empat legenda menjelaskan pembentukan Chocolate Hills.

Pertama menceritakan kisah perseteruan dua raksasa yang melemparkan batu, dan pasir satu sama lain, seperti anak kecil berantem. Konon pertempuran berlangsung selama berhari-hari, hingga dua raksasa itu mengalami kelelahan. Dalam kelelahan itu, akhirnya mereka melupakan perseteruan dan bahkan memutuskan menjadi teman. Dan ketika mereka meninggalkan arena, mereka lupa untuk membersihkan kekacauan yang mereka telah buat selama pertempuran. Dan jadilah Chocolate Hills.

Kedua, sebuah legenda yang lebih romantis bercerita tentang seorang raksasa yang bernama Arogo yang sangat kuat dan awet muda. Arogo jatuh cinta dengan Aloya, yang konon adalah seorang manusia sederhana. Kematian Aloya terjadi disebabkan banyaknya rasa sakit yang dirasa Arogo. Kesengsaraan, dan kesedihan, hingga ia tidak bisa berhenti menangis. Ketika air matanya kering inilah konon Chocolate Hills terbentuk. Jadi bukit ini terbentuk dari air mata yang tak berhenti dari kesedihan sang raksasa.

Legenda ketiga bercerita tentang sebuah kota yang terganggu oleh kerbau raksasa, yang memakan semua tanaman mereka. Akhirnya karena sudah cukup, warga kota mengambil semua makanan basi mereka dan menempatkannya sedemikian rupa. sehingga kerbau tidak akan ketinggalan untuk memakannya. Benar saja, kerbau itu makan, tapi perutnya tidak bisa menangani makanan basi, jadi dia buang air besar, meninggalkan gundukan kotoran, hingga ia harus mengosongkan perutnya dari makanan. Tinja kemudian dikeringkan, dan terbentuklah Chocolate Hills.

Legenda terakhir adalah tentang seorang raksasa rakus bernama Miguel yang memakan segala sesuatu di jalannya. Suatu hari ia datang ke tempat ini. Dia melihat seorang wanita muda yang cantik bernama Adrianna. Untuk memenangkan kasih sayang, ia harus menurunkan berat badan. Jadi dia dikeluarkan segala yang ia makan, hingga ampas-ampasnya sekalipun. Akhirnya, kotorannya tertutup tanah dan muncullah bukit-bukit itu. Dari kisah ini si Miguel akhirnya memenangkan dan mendapat kasih sayang pujaan hati.

Sebuah keindahan berbalut keajaiban. Meskipun, sampai hari ini, ahli geologi belum mencapai konsensus dan kesepakatan tentang bagaimana bukit-bukit ini terbentuk. Teori yang paling sering diterima adalah bahwa bukit ini adalah formasi pelapukan dari jenis batu kapur laut di atas lapisan kedap air dari tanah liat.

Banyak pemandu wisata yang senang hati akan membawa Anda ke bukit-bukit coklat ini. Jika Anda ingin pergi sendiri, bisa dari arah Tagbilaran, lalu menuju terminal bus terpadu Dao dan naik bus arah Carmen. Anda bisa bertanya, namun jika Anda terlihat seperti orang asing, Anda akan mengalami sedikit kesulitan untuk menemukannya. Bisa saja Anda memilih pemandu wisata yang tepat dan bisa sesuai dengan keinginan Anda. Anda tertarik berkunjung ke tempat unik ini?(Azis Turindra).

Sumber : m.today.co.id

Comments