Pengantar
Pemalang adalah sebuah kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Masyarakatnya sebagian besar beragama Islam dan pada umumnya bekerja di sektor pertanian. Dari segi etnik, mereka adalah pendukung kebudayaan Jawa. Dan, sebagaimana pendukung kebudayaan Jawa lainnya, mereka dalam berkomunikasi juga menggunakan bahasa Jawa. Akan tetapi, dengan dialek “Jawa-Pemalangan” yang termasuk dalam kategori dialek “Banyumasan”. Dialeknya yang khas inilah (berbeda dengan orang Yogya dan Solo) yang kemudian membuat orang Pemalang sering disebut sebagai “Wong Ngapak”, karena jika mengucapkan kata-kata tertentu, “bapak” misalnya, maka pengucapan huruf “k”-nya sangat kental (kentara). Hal ini berbeda dengan orang Jawa-Yogya dan Jawa-Solo yang pengucapan huruf “k”-nya “nyaris tak terdengar” (pinjam istilah iklan Isuzu Panther). Selain itu, ada juga yang menyebutnya sebagai “Jawa Kowek” dan “Jawa Reang”. Bisa jadi, sebutan yang terakhir sangat erat kaitannya dengan suara yang relatif keras dan irama yang relatif cepat, sehingga memberi kesan berisik (reang). Hal ini berbeda dengan suara dan irama orang Jawa-Jogya dan Jawa-Solo yang relatif lembut dan lambat dalam bertutur dan atau bertegur sapa, sehingga terkesan teduh dan tidak berisik (halus). Oleh karena itu, masyarakat Pemalang menyebut bahasa Jawa yang diucapkan oleh orang Yogya dan Solo adalah bandek, yaitu suatu istilah untuk bahasa Jawa yang halus.
Sebagian wilayahnya, khususnya bagian utara, langsung berbatasan dengan laut (Laut Jawa). Di wilayah yang membentang dari arah barat ke timur ini ada sebuah daerah yang oleh masyarakat Pemalang dijadikan sebagai tempat rekreasi, yaitu Tlincing yang berada di Desa Widuri. Artikel ini akan mencoba menggambarkan secara selintas mengenai tempat rekreasi itu.
Widuri
Widuri adalah sebuah desa yang ada di Kecamatan Pemalang, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Nama desa ini diambil dari sebuah legenda yang ada di sana, yaitu seorang puteri yang cantik nan jelita yang bernama Nyi Widuri. Di sana ada sebuah pantai yang berhawa sejuk, sebab di sepanjang bibir pantai tumbuh pohon-pohon besar yang usianya telah ratusan tahun. Dari alun-alun Kota Pemalang jaraknya sekitar 3 kilometer ke arah utara.
Pantai yang bernama Tlincing ini kemudian dijadikan daerah wisata oleh Pemda Pemalang dan diberi nama Widuri, sesuai dengan nama desa di mana pantai itu berada. Luasnya sekitar 10 hektar yang dikelilingi oleh pagar. Di dalamnya terdapat kolam renang, arena bermain anak-anak, panggung untuk pagelaran musik, lapangan tenis, gazebo.
Jika berkunjung ke sana, Anda tidak hanya dapat menikmati alamnya yang indah dan memanfaatkan vasilitas yang ada, tetapi juga dapat menikmati terbenamnya matahari (sun set). Selain itu, Anda juga dapat berenang, memancing di laut sambil menikmati deburan ombak dan semilir angin laut.
Ada satu hal yang menarik tentang daerah wisata yang disebut sebagai “Taman Widuri” atau “Tlincing”, yaitu ketika hari Raya Idul Fitri. Dapat dikatakan di hari-hari itu masyarakat Pemalang bertumpah ruah di situ, sehingga besar kemungkinannya untuk bertemu dengan teman lama. Jadi, jika seseorang mempunyai teman tetapi tidak di mana adanya dan bagaimana kabarnya, bisa Anda dapat berjumpa dengannya di Tlincing. Dengan demikian, hubungan yang lebih intensif akan terjalin lagi.
Sebagai catatan, Tlincing tidak hanya ramai di hari-hari raya, baik Idul Fitri maupun Idul Adha, tetapi juga di hari-hari libur. Malahan, dewasa ini di malam hari banyak warung-warung yang menyediakan makanan, minuman dan ikan bakar khas Pemalang. (ali gufron)
sumber : uun-halimah.blogspot.com
Pemalang adalah sebuah kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Masyarakatnya sebagian besar beragama Islam dan pada umumnya bekerja di sektor pertanian. Dari segi etnik, mereka adalah pendukung kebudayaan Jawa. Dan, sebagaimana pendukung kebudayaan Jawa lainnya, mereka dalam berkomunikasi juga menggunakan bahasa Jawa. Akan tetapi, dengan dialek “Jawa-Pemalangan” yang termasuk dalam kategori dialek “Banyumasan”. Dialeknya yang khas inilah (berbeda dengan orang Yogya dan Solo) yang kemudian membuat orang Pemalang sering disebut sebagai “Wong Ngapak”, karena jika mengucapkan kata-kata tertentu, “bapak” misalnya, maka pengucapan huruf “k”-nya sangat kental (kentara). Hal ini berbeda dengan orang Jawa-Yogya dan Jawa-Solo yang pengucapan huruf “k”-nya “nyaris tak terdengar” (pinjam istilah iklan Isuzu Panther). Selain itu, ada juga yang menyebutnya sebagai “Jawa Kowek” dan “Jawa Reang”. Bisa jadi, sebutan yang terakhir sangat erat kaitannya dengan suara yang relatif keras dan irama yang relatif cepat, sehingga memberi kesan berisik (reang). Hal ini berbeda dengan suara dan irama orang Jawa-Jogya dan Jawa-Solo yang relatif lembut dan lambat dalam bertutur dan atau bertegur sapa, sehingga terkesan teduh dan tidak berisik (halus). Oleh karena itu, masyarakat Pemalang menyebut bahasa Jawa yang diucapkan oleh orang Yogya dan Solo adalah bandek, yaitu suatu istilah untuk bahasa Jawa yang halus.
Sebagian wilayahnya, khususnya bagian utara, langsung berbatasan dengan laut (Laut Jawa). Di wilayah yang membentang dari arah barat ke timur ini ada sebuah daerah yang oleh masyarakat Pemalang dijadikan sebagai tempat rekreasi, yaitu Tlincing yang berada di Desa Widuri. Artikel ini akan mencoba menggambarkan secara selintas mengenai tempat rekreasi itu.
Widuri
Widuri adalah sebuah desa yang ada di Kecamatan Pemalang, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Nama desa ini diambil dari sebuah legenda yang ada di sana, yaitu seorang puteri yang cantik nan jelita yang bernama Nyi Widuri. Di sana ada sebuah pantai yang berhawa sejuk, sebab di sepanjang bibir pantai tumbuh pohon-pohon besar yang usianya telah ratusan tahun. Dari alun-alun Kota Pemalang jaraknya sekitar 3 kilometer ke arah utara.
Pantai yang bernama Tlincing ini kemudian dijadikan daerah wisata oleh Pemda Pemalang dan diberi nama Widuri, sesuai dengan nama desa di mana pantai itu berada. Luasnya sekitar 10 hektar yang dikelilingi oleh pagar. Di dalamnya terdapat kolam renang, arena bermain anak-anak, panggung untuk pagelaran musik, lapangan tenis, gazebo.
Jika berkunjung ke sana, Anda tidak hanya dapat menikmati alamnya yang indah dan memanfaatkan vasilitas yang ada, tetapi juga dapat menikmati terbenamnya matahari (sun set). Selain itu, Anda juga dapat berenang, memancing di laut sambil menikmati deburan ombak dan semilir angin laut.
Ada satu hal yang menarik tentang daerah wisata yang disebut sebagai “Taman Widuri” atau “Tlincing”, yaitu ketika hari Raya Idul Fitri. Dapat dikatakan di hari-hari itu masyarakat Pemalang bertumpah ruah di situ, sehingga besar kemungkinannya untuk bertemu dengan teman lama. Jadi, jika seseorang mempunyai teman tetapi tidak di mana adanya dan bagaimana kabarnya, bisa Anda dapat berjumpa dengannya di Tlincing. Dengan demikian, hubungan yang lebih intensif akan terjalin lagi.
Sebagai catatan, Tlincing tidak hanya ramai di hari-hari raya, baik Idul Fitri maupun Idul Adha, tetapi juga di hari-hari libur. Malahan, dewasa ini di malam hari banyak warung-warung yang menyediakan makanan, minuman dan ikan bakar khas Pemalang. (ali gufron)
sumber : uun-halimah.blogspot.com
Comments