Cibereum, Jabar; Bersahabat dengan Deru Air Terjun

Berdentam-dentam rasanya hati bila melihat air terjun ini. Semburat air bertenaga, jatuh menerpa serombongan batu di bawahnya. Sekejap terselip takut, saat kita tepat berada di bawah air jatuhnya. Namun, bulir-bulir embun air yang terbawa angin ke mana saja, seperti memberitakan persahabatan sejati. Aku, sang air terjun perkasa, akan selalu menerima.

Itu makna yang akan tersirat, saat kaki anda berkesempatan mengempaskan jejaknya disana kapan saja anda mau. Di lokasi yang terletak di kaki gunung Gede– Pangrango ini, kembali teringat betapa hingga puluhan tahun terakhir tak banyak yang berubah di sana.

Perjalanan menuju air terjun cibeureum masih harus melewati deretan pohon hijau. Meniti undakan-undakan bersahabat. Menikmati segar udara hasil fotosintesa, yang kualitasnya amat jauh berbeda ketika berada di perkotaan yang penuh debu dan asap kanlpot kendaraan bermotor.

Nafas anda pasti akan sedikit tersengal, namun hal itu akan terbayar lunas ketika anda tiba di air terjun, karena anda akan dimanjakan pemandangan yang teramat indah dan eksotis. Sekadar mengingatkan bahwa kita berada di kawasan konservasi, yang telah berumur ratusan tahun sekarang.

Namun begitu, Tempat wisata ini juga mengalami pengembangan-pengembangan yang bisa memudahkan pengunjung untuk dapat lebih menikmati air terjun ini. hal itu terlihat dengan berdirinya sebuah jembatan panjang yang menuju air terjun

Jalan rawa tepat sebelum pos Panyangcangan yang mau tak mau harus kita lewati, telah dibuatkan jembatan kayu. Lebih horizontal, ketimbang berlelah mendaki. Ini lebih bersahabat, ketimbang mengotori kaki, karena rembesan rawa yang memang kadang mengganggu dibawahnya. Terlihat lebih cantik dan rapi, bersahabat karena memudahkan.

Hal serupa juga kemudian ditemui, ketika makin mendekati air terjun paska pos Panyangcangan. Deretan kayu-kayu yang tersusun rapih, seperti menjadi pintu gerbang. Menuju suasana alam, air terjun "Merah" yang terdengar mengelegak di atas sana.

Di Cibeureum, kini juga terlihat beberapa bangunan baru menghias. Sebuah altar kayu, berdiri tepat diatas aliran sungai Cikundul. Ada juga sebuah bangunan mirip altar namun lengkap dengan atapnya juga menghias kini. Membuat kita lebih nyaman menikmati alam, tanpa harus kegerahan.

Tempat wisata alam ini tampak dibuat lebih bersahabat kini. Menjauhkan orang-orang dari bayangan sulit menikmatinya. Membuat makin dekat alam, dengan banyak orang. Yang berarti makin banyak orang yang berkesempatan mengenali alamnya. Dan memutuskan mencintanya.

Tak perlu takut tersesat saat kita memutuskan untuk menyambangi air terjun ini. Bila memulai perjalanan dari Jakarta, arahkan saja laju kendaraan menuju kawasan Puncak. Tiba di persimpangan Cibodas, masuklah ke arah daerah Taman Nasional. Parkir kendaraan di pelataran parkir, yang teramat luas di area desa Rarahan, dan kita bisa memulai perjalanan dengan berjalan kaki.

Bila memulai perjalanan dari Bandung. Arahkan mobil anda ke daerah Cianjur. Terus menuju area Puncak. Tiba di simpang Cibodas, setelah Cipanas, lakukan hal serupa seperti yang diungkapkan sebelumnya.

Jangan lupa melapor dulu ke pos PHPA Taman Nasional Gede – Pangrango yang berada di dekat pelataran parkir. Bayar karcis tanda masuk yang tak terlalu mahal, dan setelah semuanya beres silahkan menikmati indahnya alam sepuas anda. setelah puas anda juga bisa membawa oleh-oleh untuk dibawa pulang yang banyak dijual di lokasi taman wisata Cibodas. (rn)

sumber : perempuan.com

Comments