Memasuki gerbang utama Wana Wisata Buaya Blanakan (WWBB), terlihat kolam-kolam berbagai ukuran berpagar tembok dan berjeruji besi. Kolam ini tempat tinggal ratusan buaya muara hasil tangkaran. Sejak dikembangkan pada 1989, WWBB mendapat sambutan cukup baik dari para wisatawan. Hingga saat ini di 20 kolam penangkaran terdapat 184 ekor buaya berukuran besar dan kecil, berumur 3 bulan hingga 26 tahun.
Di antara kandang-kandang itu terdapat satu kandang paling luas, setengah hektar, dengan kolam berukuran 200 m2. Di sinilah tempat berdiamnya si Baron, buaya muara dari Kalimantan. Kandang ini dilengkapi balkon bagi pengunjung yang ingin menyaksikan atraksi si buaya bernama Baron.
"Baron, ayo Baron, Baron ayo keluar,” panggil Santoso, pengelola WWBB, kepada buaya muara pemilik nama Baron dipinggir kolam sambil memukul-mukul galah bambu ke air. Dari dalam air yang berwarna hijau tua, riak air mulai terlihat, tak lama kemudian muncullah si Baron berenang menghampiri pemanggilnya.
Dengan gerakan tubuhnya yang lamban, Baron pun berhenti tepat di bawah kaki Santoso. “Ayo tunjukkan mulutnya yang lebar, buka, buka, ayo buka!” seru si pawang sambil memukul-mukulkan bambu yang dipegangnya dengan pelan ke tubuh Baron.
Baron pun mengangakan mulutnya lebar-lebar lalu diam di pinggir kolam. Mulutnya terus terbuka meski gigi taringnya yang kuat dipegang-pegang. Atraksi inilah yang selalu ditunggu-tunggu para pengunjung. Pengunjung yang ingin berkenalan atau berpose bersama Baron tak perlu khawatir digigit karena sang pawang dengan senang hati akan menemani.
Atraksi lainnya adalah melihat kelincahan Baron dalam melahap seekor bebek. Makanan kesukaannya memang bukan bebek, tapi agar bisa melihat atraksi buaya menyantap makanannya, bebeklah yang disediakan pengelola.
Pengunjung yang ingin melihat atraksi itu bisa mengganti bebek milik pengelola seharga Rp15.000/ekor. Atau, datang saja menjelang jadwal makan siang si buaya, sekitar pukul 11.00, supaya tak perlu bayar.
Untuk bisa menyaksikan buaya-buaya di WWBB, pengunjung harus bayar tiket masuk sebesar Rp4.000/orang dan Rp4.000 lagi guna melihat kebolehan Baron dkk dari dekat maupun dari balkon pengunjung.
WWBB yang menempati lahan seluas 1,5 ha dari luas total 8 ha wilayah hutan Tegaltangkil menawarkan pemandangan indah. Pengunjung yang ingin melakukan aktivitas lain seperti berkemah, jalan-jalan di hutan bakau, dan menyaksikan beberapa satwa khas rawa pun bisa. Namun untuk kegiatan ini pengelola tidak menyediakan pemandu. Bagi yang berkemah, disarankan untuk membawa peralatan sendiri karena di sini tidak ada sarana berkemah.
Pilihan lainnya adalah trekking. Jika waktunya tepat, pengunjung dapat menyaksikan beberapa satwa liar lain seperti berang-berang, ular sawah, kucing hutan, dan burung kuntul. Para pengunjung yang memiliki hobi mancing, juga dapat menyalurkan kesenangannya di Sungai Blanakan. Sedangkan yang ingin berperahu pun bisa menyewa perahu di dermaga.
Setelah puas berkeliling, sempatkan untuk mampir ke warung-warung yang menjual makanan dengan menu laut seperti udang, ikan, cumi, dan kepiting karena seafood-nya enak banget. Para pengunjung biasanya makan ikan bakar dengan minum es kelapa muda, lumayan segarnya setelah berjalan keliling areal ini. Waktu yang tepat untuk berkunjung ke WWBB adalah pada Oktober-November. Pada bulan tersebut biasanya masyarakat di sana mengadakan pesta laut.
Menuju WWBB di Desa Blanakan, Kec. Ciasem, Kabupaten Subang, memang agak sulit karena petunjuk arah satu-satunya, terletak 12 km dari lokasi. Angkutan umum menuju lokasi wisata ini juga belum banyak.
Dari Terminal Cikampek, pengunjung harus naik kendaraan umum yang disebut elf, jurusan Cikampek-Cilamaya, turun di pengkolan Blanakan sebelum pasar Ciasem. Untuk mencapai lokasi, lebih baik naik jasa ojek saja dari Pasar Ciasem atau pengkolan Blanakan. (rn)
Informasi Tambahan
Penangkaran Buaya Blanakan terletak di Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang. Dilokasi ini di kembangkan penangkaran buaya jenis muara yang berjumlah kurang lebih 200 ekor, terdiri dari buaya jantan dan betina lengkap dengan habitatnya.
Obyek wisata ini dikelola oleh PT. Perhutani. Diobyek wisata ini juga terdapat hutan mangrove. Para wisatawan yang datang ke lokasi obyek ini dapat menikmati makanan laut khas Blanakan yaitu ikan bakar Etong, cumi dan kepiting yang disajikan di warung-warung yang tertata rapih di bawah kerindangan pohon-pohon. Selain itu pula para wisatawan juga dapa menyusuri pesisir laut Blanakan sampai dengan Patimban dengan menggunakan penyewaan kapal boat yang tersedia di sana.
Jarak dan waktu tempuh kendaraan mobil :
Subang-Blanakan 48 km 1 jam
Jakarta-Blanakan(Via Pantura 190 km 3 jam)
Bandung-Blanakan 116 km 2,5 jam
Ciater-Blanakan 65 km 1,5 jam
sumber : liburan.info
Di antara kandang-kandang itu terdapat satu kandang paling luas, setengah hektar, dengan kolam berukuran 200 m2. Di sinilah tempat berdiamnya si Baron, buaya muara dari Kalimantan. Kandang ini dilengkapi balkon bagi pengunjung yang ingin menyaksikan atraksi si buaya bernama Baron.
"Baron, ayo Baron, Baron ayo keluar,” panggil Santoso, pengelola WWBB, kepada buaya muara pemilik nama Baron dipinggir kolam sambil memukul-mukul galah bambu ke air. Dari dalam air yang berwarna hijau tua, riak air mulai terlihat, tak lama kemudian muncullah si Baron berenang menghampiri pemanggilnya.
Dengan gerakan tubuhnya yang lamban, Baron pun berhenti tepat di bawah kaki Santoso. “Ayo tunjukkan mulutnya yang lebar, buka, buka, ayo buka!” seru si pawang sambil memukul-mukulkan bambu yang dipegangnya dengan pelan ke tubuh Baron.
Baron pun mengangakan mulutnya lebar-lebar lalu diam di pinggir kolam. Mulutnya terus terbuka meski gigi taringnya yang kuat dipegang-pegang. Atraksi inilah yang selalu ditunggu-tunggu para pengunjung. Pengunjung yang ingin berkenalan atau berpose bersama Baron tak perlu khawatir digigit karena sang pawang dengan senang hati akan menemani.
Atraksi lainnya adalah melihat kelincahan Baron dalam melahap seekor bebek. Makanan kesukaannya memang bukan bebek, tapi agar bisa melihat atraksi buaya menyantap makanannya, bebeklah yang disediakan pengelola.
Pengunjung yang ingin melihat atraksi itu bisa mengganti bebek milik pengelola seharga Rp15.000/ekor. Atau, datang saja menjelang jadwal makan siang si buaya, sekitar pukul 11.00, supaya tak perlu bayar.
Untuk bisa menyaksikan buaya-buaya di WWBB, pengunjung harus bayar tiket masuk sebesar Rp4.000/orang dan Rp4.000 lagi guna melihat kebolehan Baron dkk dari dekat maupun dari balkon pengunjung.
WWBB yang menempati lahan seluas 1,5 ha dari luas total 8 ha wilayah hutan Tegaltangkil menawarkan pemandangan indah. Pengunjung yang ingin melakukan aktivitas lain seperti berkemah, jalan-jalan di hutan bakau, dan menyaksikan beberapa satwa khas rawa pun bisa. Namun untuk kegiatan ini pengelola tidak menyediakan pemandu. Bagi yang berkemah, disarankan untuk membawa peralatan sendiri karena di sini tidak ada sarana berkemah.
Pilihan lainnya adalah trekking. Jika waktunya tepat, pengunjung dapat menyaksikan beberapa satwa liar lain seperti berang-berang, ular sawah, kucing hutan, dan burung kuntul. Para pengunjung yang memiliki hobi mancing, juga dapat menyalurkan kesenangannya di Sungai Blanakan. Sedangkan yang ingin berperahu pun bisa menyewa perahu di dermaga.
Setelah puas berkeliling, sempatkan untuk mampir ke warung-warung yang menjual makanan dengan menu laut seperti udang, ikan, cumi, dan kepiting karena seafood-nya enak banget. Para pengunjung biasanya makan ikan bakar dengan minum es kelapa muda, lumayan segarnya setelah berjalan keliling areal ini. Waktu yang tepat untuk berkunjung ke WWBB adalah pada Oktober-November. Pada bulan tersebut biasanya masyarakat di sana mengadakan pesta laut.
Menuju WWBB di Desa Blanakan, Kec. Ciasem, Kabupaten Subang, memang agak sulit karena petunjuk arah satu-satunya, terletak 12 km dari lokasi. Angkutan umum menuju lokasi wisata ini juga belum banyak.
Dari Terminal Cikampek, pengunjung harus naik kendaraan umum yang disebut elf, jurusan Cikampek-Cilamaya, turun di pengkolan Blanakan sebelum pasar Ciasem. Untuk mencapai lokasi, lebih baik naik jasa ojek saja dari Pasar Ciasem atau pengkolan Blanakan. (rn)
Informasi Tambahan
Penangkaran Buaya Blanakan terletak di Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang. Dilokasi ini di kembangkan penangkaran buaya jenis muara yang berjumlah kurang lebih 200 ekor, terdiri dari buaya jantan dan betina lengkap dengan habitatnya.
Obyek wisata ini dikelola oleh PT. Perhutani. Diobyek wisata ini juga terdapat hutan mangrove. Para wisatawan yang datang ke lokasi obyek ini dapat menikmati makanan laut khas Blanakan yaitu ikan bakar Etong, cumi dan kepiting yang disajikan di warung-warung yang tertata rapih di bawah kerindangan pohon-pohon. Selain itu pula para wisatawan juga dapa menyusuri pesisir laut Blanakan sampai dengan Patimban dengan menggunakan penyewaan kapal boat yang tersedia di sana.
Jarak dan waktu tempuh kendaraan mobil :
Subang-Blanakan 48 km 1 jam
Jakarta-Blanakan(Via Pantura 190 km 3 jam)
Bandung-Blanakan 116 km 2,5 jam
Ciater-Blanakan 65 km 1,5 jam
sumber : liburan.info
Comments