Suasana Pantai Ide di tepian Danau Matano pagi itu sedikit berbeda. Pantai yang biasanya lengang menjadi lebih ramai dari biasanya. Ratusan orang memadati kawasan Pantai dan dermaga. Dinginnya pagi tak mampu menyurutkan mereka yang penasaran untuk menyaksikan event paling seru di Luwu.
Marak dan meriah. Itulah suasana yang terasa dalam setiap penyelenggaraan Katinting Race yang digelar di Danau Matano, Luwu, Sulawesi Selatan. Para warga berduyun-duyun untuk menyaksikan aksi katinting kesayangan mereka yang bakal saling berpacu dalam lomba adu cepat perahu tradisional, yang selalu dilaksanakan setiap bulan Agustus ini.
Apa Sih Katinting?
Katinting adalah sebuah kapal kayu yang banyak dijumpai di Kabupaten Luwu Timur. Dalam kesehariannya, katinting merupakan alat transportasi penting yang kerap digunakan untuk penyeberangan sungai atau danau yang ada di kawasan ini. Maklum saja, sebagian besar kawasan ini memang masih belum terjamah jalan-jalan aspal rata dan mulus lantaran belum ratanya 'kue' pembangunan. Memiliki panjang sekitar 10 meter, perahu ini digerakkan oleh sebuah mesin berkekuatan kecil yang ditempelkan di buritan belakang, layaknya pada speedboat modern.
Selain sebagai sarana transportasi reguler, katinting, terutama yang beroperasi di Danau Matano, juga memiliki fungsi lain. Setiap akhir pekan atau pada masa liburan, perahu ini laris disewa oleh para wisatawan yang ingin berkeliling sambil menikmati panorama menawan Danau Matano.
Jadi Agenda Tahunan
Sejak beberapa tahun lalu, Katinting Race telah masuk dalam daftar event tahunan di Danau Matano, Luwu Timur. Lomba ini hampir tak pernah absen digelar dan telah menjadi kebanggaan masyarakat Luwu. Suasana suka cita dan sportif selalu menghiasi setiap pelaksanaan pertandingan adu cepat perahu yang khas ini. Perlombaan ini pun menjadi hiburan langka bagi warga Sorowako dan sekitarnya. Digelarnya lomba ini juga untuk memeriahkan perayaan HUT Kemerdekaan RI dan diharapkan mampu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjungi Danau Matano yang mempesona yang selama ini masih belum dikenal secara luas.
Pantai Ide menjadi pusat penyelenggaraan setiap pelaksanaan Lomba ini. Pantai wisata di bibir danau ini menjadi titik start lomba yang selalu disesaki pengunjung yang ingin menyaksikan event ini.
Peserta lomba tak hanya berjumlah belasan, tapi bisa mencapai puluhan katinting. Jumlah ini pun makin meningkat setiap tahunnya. Katinting yang ambil bagian dalam lomba ini bukan hanya yang biasa mangkal di Matano saja tapi juga dari Malili yang berjarak sekitar 60 km dari Sorowako dan daerah lainnya. Mereka akan saling bersaing dan berpacu untuk memperebutkan hadiah yang nilainya mencapai jutaan rupiah.
Seseru A1 GP
Layaknya ajang race yang lain, Katinting Race memiliki serangkaian aturan yang wajib diikuti seluruh peserta. Uniknya, sebagian besar aturan yang diterapkan dalam pertandingan ini ternyata mirip dengan spa yang berlaku pada ajang balap mobil A1 GP, yaitu lomba mobil yang membawa nama negara yang beberapa waktu lalu sukses digelar di Indonesia. Setiap peserta wajib menggunakan bentuk perahu dan spesifikasi mesin yang sama, yaitu mesin standar berkapasitas 24 PK, body sepanjang 10 meter dan diisi 3 orang. Dengan aturan seperti itu, tak heran bila lomba ini pun berlangsung ketat. Performa mesin serta kepiawaian sang nakhoda dalam mengemudikan katinting-nya menjadi kunci utama untuk menjuarai race ini.
Lomba ini menerapkan sistem gugur dan terbagi dalam beberapa babak, yaitu penyisihan, semi final dan final. Alhasil, setiap peserta memiliki kemungkinan untuk 'turun' beberapa kali. Banyaknya babak yang harus dilalui peserta menyebabkan pertandingan ini berlangsung hingga sore hari.
Sehari menjelang pertandingan dimulai, panitia mulai sibuk melakukan berbagai persiapan. Marka-marka yang berupa pelampung dan bendera merah putih dipasang pada rute sepanjang sekitar 500 meter yang telah ditentukan. Pada hari yang sama pula, sejumlah peserta pun tak kalah sibuk. Di sudut-sudut danau mereka berlatih dengan memacu 'mobil'-nya sekaligus mengetes kemampuan dan setting-an mesin untuk mendapat perfoma terbaiknya.
Keesokan harinya, waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Sejak jam 07.00 pagi, seluruh katinting sudah ready di dermaga Pantai Ide. Saat lomba, peserta dilepas berpasangan dan harus melintasi jalur sebanyak 2 kali. Saat lomba berlangsung, tak jarang terdengar teriakan-teriakan serta tepuk tangan dari para supporter untuk menyemangati katinting favorit. Suasana pun terasa makin meriah.
Serunya lagi, Anda tak perlu mengeluarkan uang sepeser pun, alias gratis, untuk menyaksikan serunya Katinting Race ini. Tentu, ini tak lepas dari upaya pemerintah daerah setempat untuk lebih memperkenalkan Danau Matano sebagai destinasi wisata unggulan di Luwu Timur yang patut dikunjungi oleh para wisatawan domestik maupun mancanegara.
Sumber: Majalah Tamasya
Marak dan meriah. Itulah suasana yang terasa dalam setiap penyelenggaraan Katinting Race yang digelar di Danau Matano, Luwu, Sulawesi Selatan. Para warga berduyun-duyun untuk menyaksikan aksi katinting kesayangan mereka yang bakal saling berpacu dalam lomba adu cepat perahu tradisional, yang selalu dilaksanakan setiap bulan Agustus ini.
Apa Sih Katinting?
Katinting adalah sebuah kapal kayu yang banyak dijumpai di Kabupaten Luwu Timur. Dalam kesehariannya, katinting merupakan alat transportasi penting yang kerap digunakan untuk penyeberangan sungai atau danau yang ada di kawasan ini. Maklum saja, sebagian besar kawasan ini memang masih belum terjamah jalan-jalan aspal rata dan mulus lantaran belum ratanya 'kue' pembangunan. Memiliki panjang sekitar 10 meter, perahu ini digerakkan oleh sebuah mesin berkekuatan kecil yang ditempelkan di buritan belakang, layaknya pada speedboat modern.
Selain sebagai sarana transportasi reguler, katinting, terutama yang beroperasi di Danau Matano, juga memiliki fungsi lain. Setiap akhir pekan atau pada masa liburan, perahu ini laris disewa oleh para wisatawan yang ingin berkeliling sambil menikmati panorama menawan Danau Matano.
Jadi Agenda Tahunan
Sejak beberapa tahun lalu, Katinting Race telah masuk dalam daftar event tahunan di Danau Matano, Luwu Timur. Lomba ini hampir tak pernah absen digelar dan telah menjadi kebanggaan masyarakat Luwu. Suasana suka cita dan sportif selalu menghiasi setiap pelaksanaan pertandingan adu cepat perahu yang khas ini. Perlombaan ini pun menjadi hiburan langka bagi warga Sorowako dan sekitarnya. Digelarnya lomba ini juga untuk memeriahkan perayaan HUT Kemerdekaan RI dan diharapkan mampu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjungi Danau Matano yang mempesona yang selama ini masih belum dikenal secara luas.
Pantai Ide menjadi pusat penyelenggaraan setiap pelaksanaan Lomba ini. Pantai wisata di bibir danau ini menjadi titik start lomba yang selalu disesaki pengunjung yang ingin menyaksikan event ini.
Peserta lomba tak hanya berjumlah belasan, tapi bisa mencapai puluhan katinting. Jumlah ini pun makin meningkat setiap tahunnya. Katinting yang ambil bagian dalam lomba ini bukan hanya yang biasa mangkal di Matano saja tapi juga dari Malili yang berjarak sekitar 60 km dari Sorowako dan daerah lainnya. Mereka akan saling bersaing dan berpacu untuk memperebutkan hadiah yang nilainya mencapai jutaan rupiah.
Seseru A1 GP
Layaknya ajang race yang lain, Katinting Race memiliki serangkaian aturan yang wajib diikuti seluruh peserta. Uniknya, sebagian besar aturan yang diterapkan dalam pertandingan ini ternyata mirip dengan spa yang berlaku pada ajang balap mobil A1 GP, yaitu lomba mobil yang membawa nama negara yang beberapa waktu lalu sukses digelar di Indonesia. Setiap peserta wajib menggunakan bentuk perahu dan spesifikasi mesin yang sama, yaitu mesin standar berkapasitas 24 PK, body sepanjang 10 meter dan diisi 3 orang. Dengan aturan seperti itu, tak heran bila lomba ini pun berlangsung ketat. Performa mesin serta kepiawaian sang nakhoda dalam mengemudikan katinting-nya menjadi kunci utama untuk menjuarai race ini.
Lomba ini menerapkan sistem gugur dan terbagi dalam beberapa babak, yaitu penyisihan, semi final dan final. Alhasil, setiap peserta memiliki kemungkinan untuk 'turun' beberapa kali. Banyaknya babak yang harus dilalui peserta menyebabkan pertandingan ini berlangsung hingga sore hari.
Sehari menjelang pertandingan dimulai, panitia mulai sibuk melakukan berbagai persiapan. Marka-marka yang berupa pelampung dan bendera merah putih dipasang pada rute sepanjang sekitar 500 meter yang telah ditentukan. Pada hari yang sama pula, sejumlah peserta pun tak kalah sibuk. Di sudut-sudut danau mereka berlatih dengan memacu 'mobil'-nya sekaligus mengetes kemampuan dan setting-an mesin untuk mendapat perfoma terbaiknya.
Keesokan harinya, waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Sejak jam 07.00 pagi, seluruh katinting sudah ready di dermaga Pantai Ide. Saat lomba, peserta dilepas berpasangan dan harus melintasi jalur sebanyak 2 kali. Saat lomba berlangsung, tak jarang terdengar teriakan-teriakan serta tepuk tangan dari para supporter untuk menyemangati katinting favorit. Suasana pun terasa makin meriah.
Serunya lagi, Anda tak perlu mengeluarkan uang sepeser pun, alias gratis, untuk menyaksikan serunya Katinting Race ini. Tentu, ini tak lepas dari upaya pemerintah daerah setempat untuk lebih memperkenalkan Danau Matano sebagai destinasi wisata unggulan di Luwu Timur yang patut dikunjungi oleh para wisatawan domestik maupun mancanegara.
Sumber: Majalah Tamasya
Comments