Banyak alasan yang membuat wisatawan ingin berkunjung ke Papantla, antara lain adalah untuk mengunjungi kota kuno yang bernama El Tajin (baca : El Tahin). Selain itu juga karena mereka ingin bertatap muka langsung dengan orang keturunan Indian Totonaca dan ingin mengenal sedikit dari kebudayaan mereka Suku Indian ini tersebar di seluruh Mexico dengan komunitas terbesar di negara bagian Veracruz dan Puebla .
Kunjungan wisatawan biasanya dimulai dengan menyaksikan atraksi yang di sebut dengan Los Voladores (terjemahan bebasnya: the flying dancers). Volador (dari kata volar: to fly) di dalam bahasa Spanyol artinya : flyer. Los Voladores adalah bentuk jamaknya. Tradisi yang sudah berumur lebih dari 1500 tahun ini adalah suatu tarian yang dilakukan untuk menghormati salah satu dari dewa terpenting di dalam kebudayaan Totonac yaitu , Quetzalcoatl (the Morning star) .
Tarian ini dilakukan oleh lima orang pria (salah satunya adalah pendeta) yang mengenakan pakaian tradisional Totonaca , yaitu kostum berwarna putih yang dilengkapi dengan hiasan berwarna warni terutama warna merah untuk melambangkan sang surya . Mula–mulanya, mereka menari mengelilingi sebuah tiang dengan diiringi oleh alunan seruling dan gendang kecil .
Setelah itu kemudian mereka mulai memanjat ke atas tiang setinggi 32 meter itu dengan hanya menggunakan alat pengaman yang berupa seutas tali yang diikatkan di pinggang dan pergelangan kaki masing-masing penari itu .
Setelah keempat penari sampai di atas , kemudian orang terakhir yang memanjat adalah sang pendeta . Sesampainya di atas tiang itu, Sang pendeta kemudian duduk diatas gendangnya kemudian berdoa ke empat penjuru arah mata angin. Setelah selesai berdoa maka mulailah Sang Pendeta meniup seruling dan keempat pria itu “menari-nari “ di udara . Saya kasi tanda petik karena mereka sebenarnya hanya berputar-putar seperti gasing dengan posisi badan terjungkir (kepala di bawah , kaki di atas) .
Mereka berputaaaar….. terus sampai akhirnya satu persatu turun ke tanah dengan sendirinya . How they did it ? Kita yang menyaksikan upacara tersebut pasti akan merasa aneh. Keanehan juga terjadi saat mereka mendarat, tidak ada seorang pun dari para penari itu yang terlihat terhuyung-huyung . Kok nggak pusing ya? benar-benar menakjubkan.
Seperti halnya , bangsa Mesir , para bangsa Indian ini ternyata juga sangat piawai di dalam bidang arsitektur . Ini terlihat dari banyaknya peninggalan yang berupa pyramid yang tersebar di berbagai negara bagian di Mexico .
Secara menakjubkan bentuk pyramid yang dibangun oleh bangsa Maya di Yucatan itu bentuknya sangat mirip dengan bentuk candi Sukuh di Jawa Tengah . Sekedar informasi , bangsa Indian di Mexico ini juga terdiri dari dari berbagai macam suku bangsa . Suku – suku yang saya ketahui antara lain adalah suku Aztec (di Mexico City), Maya (semenanjung Yucatan) , Huasteca (Veracruz) dan Totonaca (Papantla) dan masih banyak lagi suku lainnya .
Suku bangsa Aztec adalah merupakan suku yang terbesar dan kebudayaannya juga sangat berpengaruh terhadap suku-suku yang lainnya . Ini bisa dilihat dari banyaknya kemiripan bentuk pyramid yang dibangun oleh bangsa Totonacas dengan pyramid dari kebudayaan bangsa Aztec .
Jika pyramid – pyramid yang di bangun oleh bangsa Mesir itu fungsinya adalah sebagai makam para raja , tidak demikian halnya dengan pyramid-pyramid yang dibangun oleh bangsa Meso - America ini . Di sini bangunan ini berfungsi sebagai tempat penyembahan dewa – dewa , permainan bola dan juga sebagai tempat dilakukannya persembahan korban manusia .
El Tajin , yang didalam bahasa Nahuatl (bahasanya suku Totonaca) artinya A Place of Thunder ini adalah merupakan sebuah komplek kota kuno .Sekurangnya ada sekitar 150 bangunan yang sudah berhasil diidentifikasi oleh para arkeolog , tapi sampai saat ini hanya sekitar 20 bangunan saja yang sudah berhasil direstorasi.
Piramid de los niches (Pyramid of the Niches) . Bangunan berlapis tujuh ini adalah merupakan bagian yang paling unik di El Tajin . Di mana di dalam bangunan ini terdapat 365 buah niches yang katanya adalah merupakan symbol setiap hari di dalam satu tahun . Menurut para arkeolog, ada kemungkinan bahwa bangunan ini dulunya digunakan sebagai alat pengukur waktu penghitung hari. Di belakang bangunan ini terdapat suatu area pemukiman yang di sebut dengan El Tajin Chico. Area ini adalah merupakan daerah pemukiman kaum elite pada waktu itu, seperti para pendeta,bangsawan dan seniman.
sumber : perempuan.com
Comments