Banten, Jabar; Wisata Eksotisme, Mistis dan Magis

Banten yang mistis dengan Suku Baduy. Banten yang indah dengan jajaran pantai pasir putihnya. Banten yang rimbun dan terpencil dengan Ujung Kulonnya. Banten yang sakti dengan berbagai aksi tradisionalnya. Inilah sekelumit eksotisme Banten. Seraaammm! Itulah kesan yang muncul saat Anda menyaksikan pertunjukan debus. Sebuah atraksi unik dan langka yang hanya ada di Banten.

Debus merupakan paduan beragam jenis pencak silat dan musik tradisional dengan unsur magis yang kental. Menyaksikan debus, layaknya melihat para Superman yang kebal terhadap benda tajam dan tak hangus dilalap api. Tak heran bila tradisi khas Banten ini bukan hanya populer di Indonesia, tapi sampai ke belahan dunia lain. Kentalnya unsur magis dan religius pada debus, tak lepas dari lahirnya tradisi ini yang sudah ada sejak abad ke-16. Saat Banten dipimpin oleh Sultan Maulana Hasanuddin.

Debus dipergunakan sebagi alat bagi para ulama untuk menyebarkan ajaran agama Islam di Banten dan sekitarnya. Ini cukup beralasan, mengingat kerasnya karakter orang Banten yang masih terasa hingga kini. Ketika Belanda memasuki Banten, debus juga hadir untuk mengobarkan semangat jihad para pejuang Banten dalam melawan penjajah. Kini, debus muncul dengan ‘wajah’ lain. Atraksi ini dikemas apik sebagai tontonan menarik yang dapat dikonsumsi oleh wisatawan.

Sesaat sebelum pertunjukan, para pemain biasanya akan melakukan ritual khusus untuk menyiapkan diri dengan berpuasa dan berdoa agar diberi keselamatan saat melakukan pertunjukan nanti, minimal 2 hari sebelumnya. Umumnya para pemain memiliki skill pencak silat. Tapi, bukan berarti semua pesilat bisa bermain debus karena ada keterampilan khusus lain yang harus dimiliki.

Pertunjukan debus, diawali dengan gembung (pembukaan) di mana seluruh pemain membaca shalawat (puji-pujian) kepada Nabi Muhammad dan dzikir dengan diiringi tetabuhan. Setengah jam kemudian, lantunan pujian itu semakin keras dan saling bersahutan. Tahapan ini disebut beluk. Seiring dengan tahapan tersebut, para pemain debus pun mulai beraksi. Menusuk perut dengan tombak, mengiris tangan dengan golok, melahap api, menusuk lidah atau kulit pipi dengan kawat tanpa mengeluarkan darah (kalaupun berdarah, dapat lansung sembuh hanya dengan sekali usapan tangan!), Memang terlihat sangat mengerikan! Tapi, justru inilah yang menjadi daya tariknya.

Di kalangan peneliti atau para antropolog, Desa Budaya Baduy yang berada di kawasan Desa Kanekes, Kec. Leuwi Damar, Lebak, menjadi magnet tersendiri. Kehidupan mereka yang masih tradisional dan unik menjadi daya tarik istimewa untuk diamati dan dipelajari. Berkat mereka, kini Desa Kanekes menjadi terkenal dan kini telah ditetapkan sebagai objek wisata yang dapat dikunjungi oleh para wisatawan.

Untuk menuju Desa Budaya Baduy, Anda terlebih dahulu harus menuju Rangkas Bitung. Kemudian, melanjutkan perjalanan ke Ciboleger, yang berada sekitar 38 kilometer dari Rangkas Bitung. Sebenarnya ada sejumlah ‘pintu’ untuk memasuki kawasan Baduy ini. Namun, Ciboleger telah ditetapkan menjadi gerbang utama oleh pemerintah daerah setempat. Kondisi jalan, umumnya sudah baik. Tapi, di beberapa lokasi cukup curam dan rawan akan tanah longsor. Jadi berhati-hatilah.

Sebelum memasuki Baduy, para wisatawan harus memberitahukan kedatangan sekaligus meminta izin kepada Kepala Desa. Selanjutnya, perjalanan pun bisa dimulai. Ada dua pilihan untuk menjelajah kawasan Baduy. Bila memiliki waktu yang banyak atau lebih dari sehari, Anda bisa menjelajah hingga ke desa Cibeo, Cikertawana atau Cikeusik atau yang dikenal dengan kawasan Baduy Dalam. Jaraknya sekitar 12 kilometer dari Ciboleger dan harus ditempuh dengan berjalan kaki. Sedangkan bagi yang tidak memiliki keleluasaan waktu, Desa Gajeboh yang berada 3,5 kilometer atau sekitar 2 jam perjalanan dari Ciboleger, bisa menjadi tujuan perjalanan.

Bagi Anda yang baru pertama kali mengunjungi tempat ini, jasa pemandu akan sangat berguna. Untuk mendapatkannya, Anda bisa meminta bantuan para pemandu yang biasa berkumpul di sekitar terminal Ciboleger. Kemudian bila barang Anda dirasa terlalu banyak dan bakal menyulitkan dalam perjalanan, jasa porter juga patut dipertimbangkan. Yang perlu diperhatikan sebelum memasuki wilayah Baduy, ada sejumlah aturan khusus yang berlaku. Salah satunya adalah, hanya mereka yang berperawakan Melayu (berkulit atau bermata coklat) yang diizinkan masuk ke Baduy Dalam.

Sedangkan, orang Kaukasus (Eropa) atau mereka yang berwajah Tionghoa tidak diperbolehkan masuk. Mereka hanya diizinkan memasuki kawasan Baduy luar atau sampai di Kampung Gajeboh. Dalam perjalanan, Anda akan melewati jalan setapak di tengah hutan dan perkampungan masyarakat Baduy. Jadi, sepatu olahraga atau trekking sangat disarankan untuk digunakan.

Selama perjalanan, Anda bisa menyaksikan para wanita Baduy yang sedang menenun kain, para pria yang pulang dari ladang sambil memanggul buah-buahan atau anak-anak yang lugu dan menggemaskan sedang bermain di depan rumah mereka.

Selama berada di kawasan Baduy Luar, Anda masih diperbolehkan memotret orang atau suasana perkampungan Baduy. Kecuali satu, sebuah rumah adat yang berada tak jauh dari jembatan bambu di Kampung Gajeboh. Sedangkan, bila Anda berada di kawasan Baduy dalam, sama sekali tidak diperbolehkan memotret. Patuhi aturan ini!

sumber : perempuan.com

Comments