Pulau Kemaro, Hiasan di Tengah Sungai Musi

Pagoda sembilan tingkat, dan pagoda 5 tingkat menjadi objek wisata di Pulau Kemaro, selain bangunan Klenteng yang dominana bernuansa merah. (Rahmayulis Saleh/JIBI/Kabar24)
PALEMBANG– Jika Anda mengunjungi ibukota Sumatra Selatan, ada satu tempat yang layak dikunjungi, yaitu Pulau Kemaro.
Pulau ini terletak di tengah Sungai Musi, Palembang. Anda dapat menikmati beberapa bangunan sebagai salah satu objek wisata.
Di atas daratan yang cukup luas dan banyak tumbuh pohon-pohon besar, terdapat bangunan Pagoda setinggi 9 tingkat, dengan desain warna-warni mencolok khas Tionghoa, dengan dominan warna merah dan kuning. Disampingnya ada patung Buddha.
Di bagian depan pulau ada bangunan gedung yang merupakan Klenteng tempat sembahyang umat Buddha. Di dalamnya ada makam Putri Siti Fatimah, yang tenggelam di Sungai Musi di jaman dulu.
“Makam itu sebagai simbolis saja,” kata Linda, pengurus Pulau Kemaro yang sejak 1969 sudah tinggal di pulau ini.
Untuk menuju Pulau Kemaro, Anda dapat melalui jalur sungai dengan naik perahu motor menyusuri Sungai Musi, Palembang.
Perahu motor sudah menunggu penumpang di dekat Jembatan Ampera, yang membelah Sungai Musi. Penumpang yang berjumlah 10 orang, mulai merasakan serunya berperahu mengarungi sungai yang cukup lebar, panjang, dan dalam itu.
Di sepanjang jalur sungai yang berair agak coklat ini, tampak kapal-kapal besar dan tongkang yang sedang sandar. Alat transportasi laut itu, merupakan salah satu pendukung utama perekonomian di daerah ini.
Sekitar setengah jam berperahu motor dari Jembatan Ampera, Anda dapat mencapai Pulau Kemaro.
Legenda pulau ini menceritakan seorang Putri Raja bernama Siti Fatimah yang disunting oleh seorang saudagar Tionghoa bernama Tan Bun An pada zaman kerajaan Palembang. Siti diajak ke daratan Tiongkok untuk mengunjungi mertuanya. Ketika pulang ke Palembang, dia diberi hadiah 7 guci.
Sampai di perairan Musi dekau Pulau Kemaro, Tan Bun mau melihat guci tersebut dan dia kaget karena isinya adalah sayur sawi asin, lalu langsung dibuangnya ke sungai.
Namun, saat guci terakhir hendak dibuang, guci tersebut pecah dan isinya beragam hadiah. Tan Bun pun langsung meloncat ke sungai, beserta dua pengawalnya, untuk mencari hadiah yang telah dibuangnya. Tak lama kemudian, Siti Fatimah pun ikut meloncat. Mereka semua tidak pernah lagi muncul kepermukaan karena tenggelam.
Untuk mengenang legenda tersebut, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Palembang menjadikan Pulau Kemaro sebagai salah satu objek wisata.
“Setiap tahun baru China pulau ini banyak didatangi pengunjung. Sampai penuh. Mereka melakukan kegiatan sakral seperti sembahyang,” ujar ujar Karyanto, Corporate Communications Manager Dexa Group di Palembang. Dia mengatakan sudah lima kali berkunjung ke pulau ini

 sumber : http://www.harianjogja.com