Bono Sungai Kampar
Wajah menatap ke barat yang kental nuansa logis dan empiris mengaliri pikiran dengan kaki yang terbenam terikat akar budaya timur yang berselimutkan misteri dan mistikal pada intuisi. Pada setiap sabda alam yang terjelma di negara ini, perspektif magis akan selalu mengiringi setiap paradigma ilmiah dan rasional.
Pada tanggal 17-24 Maret 2011 Rip Curl Team yang
berjumlah 17 orang melakukan kegiatan berselancar diatas Gelombang Bono
dan sekaligus mendokumentasikan fenomena gelombang Bono di Muara Sungai
Kampar, Kecamatan Teluk Meranti Propinsi Riau agar lebih di kenal
masyarakat internasional. Beberapa nama yang sangat dikenal di dunia
peselancar terlibat pada aktivitas yang bernama Project Bono tersebut
antara lain Tom Curren (USA) Alive surfing legend and 4 times
world champ, Bruno Santos (BRZ) TOP 3 ASP South America and former ASP
WT 2010 and 2006 Junior World Champ ISA, Tyler Larronde (FRA) big media
push on 2010 and Younger Tow surfer ever/ Biillabon XXL qualification,
Dean Brady (AUS) RC Australia Official team leader, dan Oney Anwar (IND)
RC Asia Official team leader.
Bono merupakan nama yang diberikan oleh masyarakat Teluk Meranti kepada gelombang yang terkategori Tidal Bore,
yaitu fenomena hidrodinamika yang terkait dengan pergerakan massa air
dimana gelombang pasang menjalar menuju ke hulu dengan kekuatan yang
bersifat merusak. Bono menjadi terkenal karena telah cukup banyak
memakan korban jiwa dan merusakkan kapal-kapal yang sedang melintas jika
harus berpapasan tanpa mampu menghindar dengan Bono. Selama ini,
cerita-cerita yang berkembang dan berseliweran di masyarakat
menggambarkan Bono hanya sebagai fenomena alam yang mengerikan dan
menakutkan.
Legenda turun menurun yang tidak pernah
dituliskan tetapi hanya tersebar dari mulut ke mulut mengungkapkan kalau
pada awalnya Bono di Sungai Kampar berjumlah 7 ekor, kemudian salah
satu dari anak Bono mati dan menghilang karena ditembak oleh meriam
Belanda. 6 ekor Bono yang tersisa kemudian dari yang kecil hingga yang
besar pada saat-saat tertentu datang mengamuk untuk menunjukkan kekuatan
dan keberingasannya laksana induk yang marah karena kehilangan anaknya.
Cerita lain yang berkembang adalah Bono yang
ada di sungai Kampar merupakan Bono jantan sedangkan Bono yang berada di
Sungai Kubu merupakan Bono betina. Pada musim pasang mati, Bono jantan
menemui Bono betina untuk mengajaknya bermain di selat Malaka. Jika
bulan mulai membesar mereka masing-masing kembali ke tempat asalnya,
Bono jantan mudik ke sungai Kampar dan Bono betina mudik ke sungai
Rokan. Semakin sempurna bulan di langit semakin kedua Bono bergembira
untuk berpacu dengan dahsyat menuju asalnya sehingga semakin menderu dan
bergemuruh sampai ke tempat masing-masing.
Konon katanya pada zaman Belanda, rakyat
Teluk Meranti telah sering ditantang keberaniannya oleh Belanda untuk
mengendarai kapal di atas Gelombang Bono dengan imbalan Rp. 5 yang pada
masa itu tentunya dianggap berjumlah cukup banyak. Istilah untuk
keberanian menaklukkan Bono dikenal oleh masyarakat setempat dengan Bekudo Bono.
Fenomena Bono yang gelombang ketinggiannya
mencapai 4-6 meter di Propinsi Riau ditemukan pada Sungai Kampar dan di
Sungai Kubu, Kabupaten Rokan Hilir. Berdasarkan kajian ilmiah, Bono
tercipta disebabkan oleh kondisi di muara sungai terjadi pendangkalan
berat sehingga saat air pasang datang dari laut maka air pasang tidak
dapat bergerak ke hulu dengan lancar tercegah oleh endapan dan bentuk
muara yang menguncup. Gelombang pasang surut yang bertemu dengan arus
sungai Kampar menyebabkan terbentuknya Bono di Muara Sungai Kampar.
Dikarenakan tidak semua muara sungai atau
teluk dapat melahirkan Gelombang Bono, maka fenomena Bono di Kecamatan
Teluk Meranti Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau menjadi pesona alam yang
dianggap unik dan menarik. Berdasarkan laporan Tidal Bore Research Society beberapa Todal Bore yang pernah terjadi di negara lain yaitu di Batang
Lumpar (Malaysia), Sungai Siene (Francis), Sungai Shubenacadie dan
Sungai Stewackie (Canada), Sungai Yang Tse-Kiang dan Sungai Hangzhou
(Hangchow) di China, Bore di Sungai Amazon (pororoca) di Brazil, tidal bore di Sungai Seine (mascaret) di Perancis, dan Tidal Bore Hoogly di Sungai Gangga. Bore tertinggi dari seratus kejadian yang terpantau dari 60 tempat di seluruh dunia terjadi di Buy of Fundy Kanada.
Aksi-aksi yang dipertontonkan peselancar kelas dunia di Sungai Kampar oleh Rip Curl Team pada
bulan maret lalu sangat berhasil memukau masyarakat Pelalawan pada
khususnya dan mampu memberikan perspektif yang berbeda dalam memandang
Bono (cuplikan videonya antara lain dapat dilihat di http://www.youtube.com/watch?v=N7RjGGizGDc&feature=related atau http://www.youtube.com/watch?v=oLMoHJGkrC0&feature=related).
Bono di Sungai Kampar bukan lagi sesuatu yang menakutkan, akan tetapi
menjadi fenomena alam yang menyajikan keindahan berbeda dari gelombang
besar yang ada di laut. Bahkan Pemerintah Kabupaten Pelalawan semakin
terdorong untuk mengembangkan Bono sebagai aset wisata daerah, yang
tentunya untuk mewujudkannya dibutuhkan keseriusan pemerintah dan
dukungan dari berbagai pihak agar Bono layak ditampilkan sebagai bagian
dari kemolekan tubuh Indonesia.
Rasionalitas dan mistikal tidaklah melulu
untuk saling dibenturkan, masing-masing ranah memiliki tempatnya sendiri
untuk dikembangkan agar khazanah kekayaan bangsa menyeruakkan aroma
rempah-rempah wangi menggoda Indonesia yang memikat dan menebarkan
benih-benih Paling Indonesia dan Indonesia Paling kaya wajah, kaya bahasa, kaya budaya.
(Informasi dikumpulkan dari sumber sana sini, ucapan terima kasih khusus kepada Bapak Bambang Sulistyanto atas tulisannya “Fenomena Gelombang Pasang Bono di Muara Sungai Kampar”, Dinamika Teknik Sipil, Volume 9, Nomor 1, Januari 2009: 19-26)
Senin, 3 Mei 2011
Iin Parlina, Pelajar Kehidupan