Wilayah perairan di beberapa kawasan di Pulau Flores terkenal kaya akan objek wisata laut kelas dunia. Kawasan yang sangat ideal dan menyenangkan untuk kegiatan wisata selam (diving), baik untuk scuba diving maupun snorkeling itu terutama terdapat di Kabupaten Sikka, Ngada, dan Manggarai. Di Kabupaten Sikka terdapat cluster teluk Maumere dan Pulau Palue dengan perkampungan nelayan tradisional dan gunung berapinya. Di Kabupaten Ngada, pesona alam kepulauan Riung dengan 13 pulau yang menarik dengan keunikan masing-masing. Jop Ave, mantan Menparpostel Kabinet Pembangunan VI menyebut pesona Riung sebagai “Mutiara dari Timur”.
Di Kabupaten Manggarai terdapat Taman Nasional Komodo yang sangat unik, yang oleh Marzuki Usman, mantan Menparpostel Kabinet Pembangunan V, diberi julukan “Negeri Seribu Naga”.
Keindahan panorama perairan Flores itu bahkan disebut Jop Ave sebagai “surga bawah laut yang belum tersentuh”. Dengan nuansa perairan teluk yang membiru,
bertaburkan gugusan karang dengan aneka koloni terumbu karang serta kawasan ikan hias, memberikan nuansa sekaligus warna khas taman laut Flores yang menawarkan pesona alam tiada duanya dipandang dari permukaan air yang bening. Di beberapa kawasan tertentu, seperti di bagian barat Teluk Riung, dapat dijumpai pemandangan kebun koral yang eksotis pada kedalaman air laut sepuluh meter.
Pada kedalaman tersebut mudah ditemukan rumbaian berbentuk pita rambut merah menyala, melambailambai terkena arus dan tampak seperti cabikan kain. Organisme unik ini biasanya melekat pada karang besar dan menyerupai mawar, sehingga di sana lebih dikenal sebagai mawar laut. Di sekitar pulau ini hidup penyu bersisik besar. Di Pulau Meja atau di Pulau Temabaga (Riung) kita dapat menikmati hamparan karang keras dan lunak yang diselingi kipas laut. Di Pulau Tangil atau Pulau Ruton, kita dapat menyaksikan dari permukaan air laut yang bening, konfigurasi karang batu dengan cabang panjang. Di sini pula para penyelam bisa merasakan “termoklin”, perbedaan suhu air secara mendadak, hangat pada permukaan namun menjadi dingin sekali pada kedalaman satu meter. Bila beruntung, kita dapat menyaksikan ikan paus berenangrenang di selat antara Pulau Tangil dan Pulau Pata.
Di Pulau Bampa Timur atau Pulau Tiga, pada kedalaman sepuluh meter, tampak mawar laut melambai-lambai. Mawar laut ini sebenarnya merupakan kumpulan telur kelinci laut raksasa yang terikat oleh lendir dan membentuk rumbaian berwarna merah menyala. Pulau Wire menawarkan pesona ribuan ikan hias yang hidup di bawah teduhnya hutan bakau di bagian barat dengan arus yang sangat jarang. Pulau Untelue dikenal juga sebagai Pulau Kalong, karena di sini ribuan kelelawar hidup bergelantungan pada dahan-dahan bakau. Bersama ribuan kelelawar hidup pula monyet pemakan buah bakau dan burung rajawali yang bersarang jauh di pucuk pohon tertinggi.
Pulau Lainjawa sangat kaya akan keragaman fauna laut seperti ikan napoleon (cheilinus undulatus) sepanjang satu meter, kerondong laut (belut) raksasa yang panjangnya mencapai dua meter dengan diameter kepala 10 cm. Pulau Karang menyajikan penyelaman “drop” dengan rerimbunan karang lunak dan karang meja di sepanjang dinding. Di perairan ini hidup sekelompok “barakuda” yang menandakan daerah itu perairan dalam. Hal yang sama juga ditemukan di Pulau Dua, yang menjadi habitat ikan ekor kuning yang banyak di konsumsi oleh penduduk setempat.
Selat yang mengelilingi Pulau Lembata terkenal akan taman laut yang memukau. Di teluk Lewoleba, terdapat sebuah pulau kecil yang pada waktu-waktu tertentu mencuat ke permukaan air menyajikan berbagai siput laut untuk konsumsi masyarakat setempat. Di berbagai tempat di sekitar Tanjung kita dapat menikmati hamparan karang keras dan lunak yang diselingi kipas laut dengan ribuan ikan hias beraneka warna.
Legend of the Saint Dari manakah asal “surga bawah laut” yang indah tiada duanya itu, di sebuah pulau beriklim kering dengan musim penghujan yang sangat pendek pula? Sebagian orang Flores masih menyimpan jawabannya. Konon beberapa ratus tahun yang lalu beberapa pemuda berdiri di Teluk Maumere pada suatu pagi, ketika matahari belum terbit. Mereka berdiri dan memandang ke kejauhan. Tiba-tiba tampak di laut lepas sebuah kapal layar yang besar. Sangat jarang kapal sebesar itu berlayar si situ. Para pemuda itu merasa was-was, jangan-jangan kapal perompak.
Mereka terus mengamati kapal itu, yang tiba-tiba memutar halauannya, mendekat, dan berhenti di hadapan mereka. Sebuah sekoci kecil diturunkan. Seorang laki-laki putih berjubah dan beberapa orang lainnya turun ke sekoci, berkayuh dan mendarat. Salah seorang, lelaki putih berjubah itu, turun ke pantai. Dengan mata penuh kasih disapanya para pemuda yang tampak waspada itu. Dia menanyakan sebuah tempat yang asing di telinga mereka. Dia pun menceritakan bahwa dia datang dari jauh, jauh sekali datangnya, melalui lautan dan samudra raya. Akan tetapi kapal besar itu harus segera berangkat. Tergesa-gesa naiklah ia ke dalam sekoci yang membawanya ke dalam kapal besar itu. Kapal itupun menarik jangkar
dan menurunkan sauhnya. Para pemuda itu melambaikan tangan, dan orang berjubah itu pun membalasnya dengan lambaian penuh kasih. Tiba-tiba orang berjubah itu berjalan ke arah haluan kapal, berdiri diam seperti memanjatkan doa kepada yang ilahi. Dibuatnya tanda salib di udara dengan sebuah tongkat.
Tongkat itu kemudian dibuangnya ke laut lepas di Pulau Flores itu. Maka perairan di pulau itu berubah menjadi sebuah taman laut yang sangat indah tiada duanya, penuh dengan koloni fauna dan flora laut. Orang berjubah itu lalu menjadi buah bibir di kawasan itu. Ketika itu sedang tersiar berita tentang seorang yang tersohor dari Timur, bernama Fransiskus Xaverius. Sejak itu mereka percaya, orang yang melemparkan tongkat ke perairan Flores itu adalah Santo Fransiskus Xaverius. Santo yang kudus itulah yang telah memberikan sebuah souvenir bagi Pulau Flores: sebuah taman laut terindah di dunia
sumber : http://cintabahari.com
Comments