MENDENGAR kata lombok, pasti pikiran kita akan tertuju sebuah nama sayuran. Bentuknya kecil dan berwarna merah, namun memiliki rasa yang pedas sekali. Tapi yang akan dibicarakan kali ini, bukan lombok si mungil merah pedas, tetapi sebuah daerah di Nusa Tenggara Barat (NTB). Kata lombok dalam bahasa Sasak adalah lumbuk, yang artinya lurus. Namun entah mengapa, kata lumbuk itu lama kelamaan lebih dikenal dengan kata lombok. Kota Mataram yang menjadi ibu kota NTB, pun dikenal dengan Lombok.
Konon menurut Babad Lombok, di daerah NTB pernah berdiri sebuah kerajaan tertua yang berkuasa di pulau ini, yaitu Kerajaan Laeq (dalam bahasa Sasak laeq berarti waktu lampau). Namun sumber lain, yakni Babad Suwung menyatakan, kerajaan tertua yang ada di Lombok adalah Kerajaan Suwung yang dibangun dan dipimpin Raja Betara Indera. Kerajaan Suwung kemudian surut dan digantikan oleh Kerajaan Lombok.
Pada abad ke-9 hingga abad ke-11 berdiri Kerajaan Sasak yang kemudian dikalahkan oleh salah satu kerajaan yang berasal dari Bali pada masa itu. Beberapa kerajaan lain yang pernah berdiri di Pulau Lombok antara lain Pejanggik, Langko, Bayan, Sokong Samarkaton, dan Selaparang.
Kerajaan Selaparang sendiri muncul pada dua periode, yakni pada abad ke-13 dan abad ke-16. Kerajaan Selaparang pertama adalah kerajaan Hindu dan kekuasaannya berakhir dengan kedatangan ekspedisi Kerajaan Majapahit tahun 1357. Kerajaan Selaparang kedua adalah kerajaan Islam dan kekuasaannya berakhir tahun 1744, setelah ditaklukkan oleh gabungan pasukan Kerajaan Karangasem dari Bali dan Arya Banjar Getas, yang merupakan keluarga kerajaan yang berkhianat terhadap Selaparang karena permasalahan dengan Raja Selaparang. Pendudukan Bali ini memunculkan pengaruh kultur Bali yang kuat di sisi barat Lombok, seperti pada tarian serta peninggalan bangunan (misalnya Istana Cakranegara di Ampenan). Baru pada tahun 1894 Lombok terbebas dari pengaruh Karangasem akibat campur tangan Batavia (Hindia Belanda) yang masuk karena pemberontakan orang Sasak mengundang mereka datang. Namun demikian, Lombok kemudian berada di bawah kekuasaan Hindia Belanda secara langsung.
Masuknya Jepang (1942) membuat Lombok otomatis berada di bawah kendali pemerintah pendudukan Jepang wilayah timur. Seusai Perang Dunia II Lombok sempat berada di bawah Negara Indonesia Timur, sebelum kemudian tahun 1950 bergabung dengan Republik Indonesia.
Di samping bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, penduduk Pulau Lombok (terutama suku Sasak), menggunakan bahasa Sasak sebagai bahasa utama dalam percakapan sehari-hari. Di seluruh wilayah Lombok sendiri bahasa Sasak dapat dijumpai dalam empat macam dialek yang berbeda, yakni dialek utara, tengah, timur laut, dan tenggara. Selain itu dengan banyaknya penduduk suku Bali yang berdiam di Lombok (sebagian besar berasal dari eks Kerajaan Karangasem), di beberapa tempat terutama di Lombok Barat dan Kotamadya Mataram dapat dijumpai perkampungan yang menggunakan bahasa Bali sebagai bahasa percakapan sehari-hari.
Kini, agama Islam merupakan agama yang paling banyak dianut oleh masyarakat Lombok, terutama masyarakat suku Sasak. Disusul agama Hindu dan Kristen. Dari sekian keunikan yang ada di Lombok, tenun kain songket dan tenun ikat menjadi buruan para wisatawan yang datang ke NTB. Kain tenun songket dan tenun ikat ini menjadi kerajinan tangan masyarakat Lombok selain mutiara dan pariwisata.
Mutiara asal Lombok ini menjadi komoditas ekspor ke Jepang dan berbagai negara lainnya. Tak heran, perajin dan pengusaha kerang mutiara banyak bermunculan.
Namun kini Lombok tengan berbenah dengan membangun sejumlah objek wisata alam, terutama pantai, seperti Pantai Senggigi, Cakranegara, Gili Air, Gili Meno, Gili Trawangan, Gunung Rinjani, Pantai Kuta, Lombok, Sentanu, Tetebatu, Air Terjun Sendang Gile, dan sebagainya. Di objek wisata ini banyak dijumpai bangunan khas suku Sasak yang terbuat dari kayu dan jerami. Untuk mendukung kedatangan para wisatawan asing dan wisatawan domestik, Pemprov NTB telah membangun Bandara Internasional Lombok menggantikan Bandar Udara Selaparang.(kiki kuria/"GM"/berbagai sumber)Sumber : http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150302374310503
Comments