Pantai Matobe, Permata dalam Lumpur

Pantai Matobe, Kecamatan Sikakap sangat indah dan menjanjikan berbagai aktraksi, namun kendala transportasi membuatnya tak dilirik masyarakat. Pemerintah Desa dan Kecamatan juga belum berpikir ke arah itu.

Supri Lin

Pantai Matobe, obyek wisata yang sama sekali belum digarap. Foto Supri Lindra
dra

Setelah menempuh perjalan sekitar 2 jam dari Desa Sikakap sampailah Puailiggoubat di objek wisata pantai Matobe Desa Matobe Kecamatan Sikakap, di mana Puailiggoubat dan rombongan berangkat dari Desa Sikakap pukul 08.30 wib pagi dengan mengunakan tiga sepeda motor dengan jumlah rombongan 6 orang, di mana tujuan Puailiggoubat dan rombongan hari itu tanggal 3 Desember adalah Desa Saumanganya, Kecamatan Pagai Utara

Tetapi Sesampai di objek wisata pantai matobe perjalanan Puailiggoubat dan rombongan terhenti karena adanya hamparan sungai dengan lebar perkiraan Puailiggoubat 13 meter dengan kedalaman mencapai 50 cm waktu pasang surut dengan air payau alias air tawar campur air laut sehingga rasa airnya mengarah keasin – asinan dengan warna air kecoklat – coklatan.

Waktu sampai di objek wisata Pantai Matobe ketiga dilihat jam di tangan kanan Puailiggoubat telah menunjukan pukul 10.30 pagi, dicari kesana sini peralatan untuk meyeberang kendaraan juga tidak ada, yang ada hanya tumpukan bambu ditepi sungai, timbul pikiran Puailiggoubat untuk membuat rakit bambu sebagai alat penyeberang kendaraan sepeda motor yang Puailiggoubat dan rombongan gunakan untuk sampai ke Desa Saumangaya,

Tapi keinginan untuk membuat rakit bambu Puailiggoubat urungkan niat karena Puailiggoubat menemukan sampang kecil dengan ukuran panjang 3 meter dengan lebar hanya 30 cm hanya bisa untuk menyeberangi kendaraan satu persatu sepeda motor sementara Puailiggoubat dan rombongan hanya mendorong perahu tersebut dengan cara mencebur ke dalam sungai,

Volley Pantai dan Sepak Bola Pantai

Tapi sebelum melakukan penyeberangan sepeda motor dengan mengunakan perahu tersebut Puailiggoubat temukan, rombongan Puailiggoubat terlebih dahulu menikmati objek wisata pantai matobe, dimana waktu Puailiggoubat sampai disana keadaan pasang air laut lagi surut, sehingga dataran pasir hitam kecoklatan yang bercampur pasir putih terlihat begitu indah, sehingga dataran pasir pantai mencapai 500 m jelas terlihat, ditambah lagi permukaan sungai yang dangkal hingga bisa digunakan untuk mandi bagi pengunjung,

Sebab dalam pengamatan Puailiggoubat setelah pengunjung menikmati mandi di air laut, sebelum pulang pengunjung telah bisa membersihkan diri kedalam air sungai yang begitu bersih walaupun warna airnya berwarna coklat, mungkin itu hanya pengaruh dari pasir yang ada dipermukaan sungai yang berwarna hitam kecoklat – coklatan,

Selain menikmati mandi di laut dan di sungai, bagi penjung yang suka olah raga bola kaki pantai atau bola volly pantai, karena melihat dataran pantai yang begitu luas dan permukaan tanahnya yang cukup keras maka bisa digunakan menjadi areal untu olah raga sebelum pengunjung mandi kedalam air laut atau ke dalam air sungai,

Tapi sayang sampai sekarang pengunjung yang ingin menikmati indahnya pantai Matobe hanya bisa dengan jalur laut mengunakan speed boat, kalau ingin lewat pantai seperti dilakukan Puailiggoubat bisa melewati pantai tapi harus melewati sungai yang ada di Dusun Cimpungan Desa Matobe dengan permukaan suangai mencapai 24 m, atau bisa lewat jalan setapak peninggalan PT Minas Pagai Loumber, sekitar 1 Km dari Dusun Cimpungan,

Westi ( 27 ) salah seorang rombongan Puailiggoubat mengatakan, pantai matobe sangat indah sekali, dengan amparan pasir yang begitu luas, sangat cocok sekali bila digunakan untuk olah raga volly ball, bola kaki, bahkan meraton, kalau ada jembatan di sungai cimpungan mungkin pantai ini akan menjadi tujuan saya dan keluarga untuk berwisata, sayang pantai ini belum dijadikan sebagai objek wisata dengan bukti belum satupun pondok yang bisa digunakan untuk berlindung dari terik matahari, tempat ini hanya bagus dikunjung sore hari waktu pasang air laut surut, kata ibu satu anak ini.

Hal senada juga dikatan Alif ( 21 ), menambahkan, “Kalau ada jalan ke Pantai Matobe ini pasti pantai ini menjadi rame dikunjung oleh masyarakat, apalagi ketiga pasang air laut surut, karena di Desa Sikakap sangat susah sekali kalau dicari dataran pasir yang luas seluas yang ada dipantai matobe, sebab bagi masyarakat yang ingin berolahraga pantai sangat cocok sekali, sayang sampai sekarang kenapa pemerintah belum juga menjadikan pantai matobe ini sebagai objek wisata pantai, rasanya ingin sekali berlama-lama di sini,” imbuhnya.

Pantai Matobe sangat berbeda sekali dengan pantai lainnya yang pernah Puailiggoubat kunjungi seperti objek wisata pantai mabola disana banyak terdapat terumbu karang, begitu juga dengan objek wisata bakkat binuang dengan indahnya terumbu karangnya, tapi di objek wisata pantai matobe pengunjung tidak akan menemukan apapun bentuk terumbu karang karena pantai matobe dengan panjang sekitar 1 hektar hanya ada hamparan pasir, tapi hamparan pasir ini akan hilang kalau pasang air laut naik, bagi pengunjung yang ingin berwisata ke Pantai Matobe harus menunggu pasang air laut turun sebeb objek wisata pantai matobe bisa dikatan objek wisata pasang surut” indah dikala pasang air laut surut, hilang ketika pasang air laut naik”,

Setelah menikmati indahnya objek wisata pantai matobe sekitar 30 menit maka Puailiggoubat melanjutkan perjalan ke Desa Saumnagaya, dalam perjalanan Puailiggoubat hanya bisa mengatakan betapa indahnya Pantai Matobe dengan hamparan pasir begitu luas.

sumber : www.puailiggoubat.com

Comments