
Untuk mencapai museum ini tidaklah sulit, karena lokasinya berada di tengah kota Solo, yakni di Jalan Slamet Riyadi, bersebelahan dengan kawasan Taman Sriwedari. Beragam peninggalan keluarga dan bangsawan Keraton Surakarta Hadiningrat tersimpan di dalam museum ini. Mulai dari senjata, peralatan kantor, peralatan dapur, hingga buku-buku Jawa kuno.
Ruang utama museum menampilkan berbagai jenis wayang, mulai dari wayang kulit, gedog, topeng, sampai wayang beber. Juga terdapat meriam Lela berukuran kecil. Meriam ini dulunya berfungsi untuk upacara pelantikan raja, pesta perkawinan, dan penyambutan tamu agung.

Sebuah master piece museum, yakni sebuah candik perahu yang dinamakan Rajamala -- dengan wujud kepala raksasa -- dipajang pada ruang khusus. Candik atau kepala perahu ini dulunya adalah bagian depan perahu kayu berukuran besar yang dibuat pada masa pemerintahan Paku Buwono IV. Perahu itu acapkali mengarungi Sungai Bengawan Solo ke pulau Madura.
Dalam cerita, dikisahkan salah satu putri bupati Cakraningrat dari Madura pada saat itu menjadi garwa prameswari (istri pertama) Paku Buwono IV. Karenanya, PB IV pada saat menjadi putra mahkota menciptakan perahu kayu berukuran besar berkepala raksasa. Warna kayu pada candik itu juga khas warna Madura, yakni merah hati.

Koleksi arca batu di museum ini hampir tidak terawat. Bahkan di tahun 2000 sebuah arca batu Agastya (sang Shiwa Maha Guru) hilang dicuri dari ruang depan museum. Berselang satu tahun kemudian, sebuah arca Nandiswara yang dikenal sebagai pengikut setia Shiwa juga hilang dicuri orang. Arca-arca koleksi museum ini kemudian ditempatkan di bagian belakang (ruang terbuka) berdekatan dengan ruang administrasi.
Arca batu yang dimiliki museum diperkirakan dari abad ke VII dan VIII yaitu pada zaman Hindu dan Budha mulai berkembang di Indonesia. Arca-arca itu kebanyakan ditemukan di daerah sekitar Klaten, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, dan Solo. Di antara arca yang tersimpan di museum ini adalah arca Siwa Mahadewa, Durga Mahisa Suro Mardhini, atau Ganesha, Jaladwara, Lingga, arca Bodhisatwa dan lainnya.
Di ruang pusaka tersimpan berbagai jenis keris pusaka dari Jawa, Sumatera, Bali, dan Madura. Juga keris kecil yang biasa digunakan oleh kaum wanita yang dinamakan patrem. Beberapa jenis keris yang tersimpan antara lain Warangka Sunggingan Gayaman, Sugingan Ladrang, dan Ukiran. Juga keris luk ganjil 3 (jangkung), luk 5 (pendawa), luk 7 (kidang soko), luk 9 (sempana), luk 11 (sabuk inten), luk 13 (parungsari), dan keris luk 15 (bima kurda). Koleksi pedang yang tersimpan di sini adalah pedang milik Sunan Amangkurat III (Kartosuro) dan Gada Besi milik Keraton Surakarta. Ruang perunggu tak kalah pentingnya menyimpan koleksi benda antik.

Di ruang koleksi keramik ini ditampilkan pula piring sewon (piring peringatan seribu hari wafatnya seseorang), ditata pada sebuah panel berbingkai dengan menggunakan pendekatan estetis yang diatur dengan sistim garis-garis. Kegiatan lain yang dilakukan museum ini adalah sarasehan kesusastraan Jawa pada setiap Rabu malam Kamis. (rn
Sumber: Perempuan
Comments