Cendawan Putih Mahameru

Asap putih mengudara, membentuk cendawan menawan. Itulah ciri khas aktivitas Puncak Mahameru, Gunung Semeru setiap pagi. Kehadiran cendawan putih itu menggoda relung jiwa sang pendaki gunung dari manapun. Gunung Semeru berada di dalam kawasan konservasi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru-(TNBTS). Secara administratif pemerintahan berada di 4 wilayah Kabupaten yaitu Kabupaten Malang, Lumajang, Pasuruan, dan Probolinggo Provinsi Jawa Timur. Gunung Semeru dengan puncaknya Mahameru berketinggian 3.676 meter dpl, merupakan gunung api tertinggi di Pulau Jawa.

Keindahan alam gunung ini begitu memesona para pendaki gunung. Terlebih setiap interval 15 menit sekali puncak Mahameru yang berkawah Jonggring Seloka mengeluarkan material vulkanik berupa letusan abu. Letusan periodik itu merupakan peristiwa alam yang sangat menarik dan langka.

Pada waktu pagi hari Puncak Mahameru selalu mengeluarkan asap putih seperti hamparan kapas yang dapat kita saksikan ketika kita berada di Puncak Gunung Pananjakan, kawasan Bromo. Bila kita lihat dari Gunung Pananjakan, bentuk Gunung Semeru seperti kerucut. Tapi saat kita berada di puncaknya, bentuknya berupa kubah yang luas dengan rute beralun di setiap tebing puncaknya.

Disamping keindahan alam dan cendawan asapnya, Gunung Semeru pun memiliki cerita menarik yang berkembang di masyarakat sekitar kawasan TNBTS, termasuk daerah Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Malang.

Konon katanya Gunung Semeru yang berada di Propinsi Jawa Timur ini, asal mulanya berasal dari tanah India karena keadaan Pulau Jawa pada waktu itu mempunyai tanah yang begitu labil dan tanahnya selalu bergerak-gerak sehingga Batara Guru sebagai pemimpin tertinggi para dewa-dewa memerintahkan segera para dewa untuk memindahkan Gunung Semeru dari tanah asalnya yaitu tanah Nepal (India) ke Pulau Jawa sebelah Timur. Sehingga dengan dipindahkannya Gunung Semeru dari tanah Nepal ke Pulau Jawa dapat dijadikan patok yang kuat agar Pulau Jawa tanahnya tidak bergerak-gerak lagi. Ini dikisahkan dalam kitab Tantu Pagelaran.

Puncak Mahameru diyakini sebagai tempat suci, karena dihuni oleh para dewa sebagai istana. Dalam ajaran Hindu tempat paling suci adalah dimana jika gunung itu letaknya paling tinggi. Gunung Semeru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa seklaigus merupakan Istana para Dewa dalam Syair lagu Dewa.

Di dalam Buku Arcopodo Mahameru sebuah legenda yang tersisa, Puncak Abadi para Dewa. Menurut ajaran Hindu praktis sudah gunung ini dijadikan sebagai istana para dewa karena letaknya lebih tinggi dari gunung lainnya. Gunung Semeru sama tingginya dengan Gunung Kailasa di India atau Gunung Agung di Bali.

Konon Puncak Mahameru diyakini sebagai Istana Dewa Siwa. Di puncak gunung inilah Dewa Siwa bertapa. Selain di Gunung Semeru, di Gunung Agung pun Dewa Siwa bertapa dan sama-sama didiaminya. Dewa Siwa marah ketika Pulau Bali yang juga merupakan pulaunya para dewa dan juga tempat yang suci telah di bom. Para Dewa marah karena alamnya telah dirusak oleh manusia dan kemarahannya dibuktikan dengan aktivitas Gunung Semeru baru-baru ini.

Untuk mendaki menuju puncak Gunung Semeru terdapat beberapa jalur pendakian seperti, jalur Tumpang-malang, jalur Sendoro-Lumajang. Kita disarankan untuk tidak mendaki Gunung Semeru pada bulan Desember sampai dengan Februari, karena pada bulan-bulan tersebut anginnya sangat kencang dan sering terjadi badai.

Di kawasan Gunung Semeru merupakan suatu hal yang biasa bila sepanjang jalan menuju puncaknya sering terjadi kabut yang cukup tebal terutama pada siang, sore, dan malam hari. Untuk mencapai puncaknya, terlebih dahulu kita harus melewati beberapa rute pendakian misalnya Ranu Pane menuju Watu Rejeng yang memerlukan waktu sekitar 2 jam perjalanan pendakian.

Dari Watu Rejeng kita lanjutkan pendakian menuju Ranu Kumbolo dibutuhkan waktu sekitar 2 jam perjalanan pendakian dengan pemandangan alam yang kitas lewati begitu indah dan memesona. Ranu Kumbolo merupakan sebuah Danau yang sangat luas dan indah dengan airnya yang mengalir ramah datang dari lembah-lembah, serta hijaunya pepohonan menambah daya tarik tersendiri.

Dari Ranu Kumbolo perjalanan diteruskan menuju Kalimati diperlukan waktu sekitar kurang lebih 4 jam melewati "Tanjakan Cinta" dengan rute yang menanjak dan cukup menguras tenaga. Konon jika melewati tanjakan ini yang cukup menanjak, kita disarankan untuk tidak menoleh kebelakang. Kalimati adalah sebuah tempat bekas aliran larva bekas letusan Gunung Semeru yang sudah kering. Dari Kalimati kita lanjutkan pendakian menuju Arcopodo yang merupakan rute terakhir sebelum mencapai puncak Mahameru.

Arcopodo merupakan daerah yang berada di lereng Gunung Semeru dan disini kita bisa mendirikan tenda sebelum melanjutkan menuju Puncak Mahameru. Biasanya perjalanan menuju puncak dilakukan pada dini hari dari Arcopodo agar kita bisa sampai di puncak pagi hari serta agar kita bisa melihat peristiwa Matahari terbit di Puncak Mahameru.

Dari Arcopodo menuju puncak jalanan mulai gersang dan berpasir dengan kemiringan hampir mencapai 70 derajat. Diperlukan kehati-hatian jika melewati jalur ini karena batu yang kita pijak mudah longsor. Sekitar 3 jam perjalanan pendakian kita akan sampai di Puncak Mahameru atau Kawah Jonggring Saloko.

Pada pagi hari di Puncak Mahameru kita akan disuguhi atraksi alam yang sangat menarik dan langka yaitu peristiwa matahari terbit. Dari Kawah Jonggring Saloka dapat disaksikan dengan jelas terbitnya matahari dari ufuk timur yang secara perlahan-lahan akan menyapu kabut yang menyelimuti gunung-gunung di sekitar Mahameru. Serta sang Surya yang terbangun dari tidurnya menyuguhkan lukisan alam yang indah dan memesona.

Selain itu atraksi alam lainnya yang disuguhkan oleh Gunung Semeru adalah peristiwa alam yaitu semburan abu dan batuan vulkanik yang didahului semburan asap berwarna hitam yang membumbung tinggi seakan-akan menyelimuti Puncak Mahameru dari Kawah Jonggring Saloka.

TNBTS mempunyai tipe vegetasi hutan hujan pegunungan, cemara gunung, dan vegetasi padang rumput. Tumbuhan yang hidup di kawasan Gunung Semeru antar lain Cemara Gunung (Casuarina Junghaniana), Sengon (Paraserienthes falcata) Ria Suren(Toona Sureni), dan Pohon Eidelweiss.

Berbagai jenis hewan yang hidup di kawasan gunung ini antara lain kera Hitam (Presbtys Cristaka), Burung Belibis (Dendrocigna Javanica), Rusa (Cervus Timorensis), ayam hutan, dan babi. Di Danau Ranu Kumbolo mudah kita jumpai Burung Belibis.

Sumber: Majalah Travel Club/liburan.info

Comments

Joherujo said…
Mahameru, saatnya untuk menghampiri puntjakmu.. setelah sekian lama terkubur dan tak bisa hilang dari pikiranku untuk mendakimu

btw, lam kenal tb4