Tanjung Balai Karimun

Teguh - Jakarta

Selama ini Pulau-Pulau di Riau sangat terkenal sebagai Pulau bernuansa prostitusi... Bulan Juli lalu saya berkunjung ke Pulau Tanjung Balai Karimun dengan maksud napak tilas ...... ternyata kesan sebagai Pulau Prostitusi itu sudah pudar…

Sebenarnya nga terlalu niat untuk berkunjung ke Pulau Tanjung Balai Karimun (TBK), sekedar intermezzo kangen dengan masa lalu. Apalagi ini Pulau terkenal sekali dengan predikat sebagai salah satu pulau prostitusi., tempat empek-empek Singapura buang hajat, sudah kebayang bakal susah cari Hotel yang “bersih”.

Dan bukan rahasia lagi bahwa bocoran barang-barang selundupan juga melalui akses ruko-ruko pinggir pantai yang memiliki anjungan dermaga sendiri, tapi justru inilah yang membuat perekonomian di TBK bergairah.

Dulu saya pernah bersekolah TK dan SD di sekolah Santo Yusup selama hampir 6 tahun di pulau ini mengikuti orang tua saya pindah tugas dari Jakarta. Dulu pulau ini termasuk kurang diperhatikan pembangunanya , hanya diexploitasi kandungan biji timahnya sehingga merusak baik hutan, pantai dan daerah-daerah pemukiman. Waktu itu pernah ada jalan utama dari kota TBK ke pemukiman tempat saya tinggal berjarak tidak lebih dari 4 km tapi karena jalan tersebut di gali oleh PN Timah maka harus memutar jalan sejauh 25 km. Sampai sekarang saya masih mengutuk-ngutuk perbuatan PN timah yang bikin saya dan teman-teman saya sengsara tiap berangkat dan pulang sekolah. Dan sekarang mereka meninggalkan Pulau TBK dengan kerusakan Alam yang parah……..kayak Pulau Babel kali ya nasibnya…..

Perjalanan ke Pulau Tanjung Balai Karimun (TBK) dengan pesawat udara harus ke Batam dulu, dari sana dilanjutkan naik feri di pelabuhan sekupang. Batam –TBK hanya ditempuh selama kurang dari 1 jam dan tiap jam ada kapal feri bolak balik TBK – Batam begitu sebaliknya.

Sampai di pelabuhan TBK, kotanya bersih, udaranya segar khas pinggir pantai , saya langsung mencari hotel …..puter punya keliling ternyata hotel yang enak deket pelabuhan dan berada di atas pantai.

Banyak kemajuan yang telah dicapai dan kata orang itu karena otonomi daerah, jalan-jalan sudah mulus…..banyak mobil plat B juga ternyata disana.


Jalan-jalan yang bersih dan apik serta asri

Ternyata Sekolah St. Yusup tempat saya dulu bersekolah selama 6 tahun disana sudah tutup, hanya bangunan gerejanya yang masih digunakan. Sedih benar rasanya ketika saya masuk ke areal sekolah ternyata banyak kelas yang sudah rusak, maklum sekolah tersebut di buat pakai kayu. Masih melekat di ingatan saya betapa ini dulu tempat saya bermain, belajar,dan bercanda dengan teman-teman yang sekarang entah dimana, karena hampir sebagian besar teman-teman saya juga seperti saya bukan anak asli TBK, tapi ikut tugas orang tua di pulau ini.

Sayang sekali padahal sekolah ini adalah ikon kota Balai, letaknya yang strategis di apit berbagai bangunan instansi pemerintah seperti kapolres, Angkatan laut, rumah dinas bupati, taman hiburan rakyat dan berjarak cuman 50 meter dari pelabuhan utama.

Pusat keramaian Pulau TBK ada di ibukotanya bernama Balai, asyik sekali menyusuri kota Balai yang “hidup” ini, kebetulan waktu itu long weekend jadi banyak pelancong dari Malaysia dan Singapore yang sedang berkunjung…eits jangan salah mereka memang berkunjung bukan untuk wisata esek-esek tapi benar-benar berwisata. Saat itu tercatat ada 2000 wisman asal Malaysia yang sedang melancong, mereka berdarmawisata menggunakan Bus ( bis kota) rakitan lokal yang bodynya dibentuk dari seng dan rangkanya dari kayu , dan bangkunya dari kayu berhadap-hadapan yang umumnya tanpa jok busa.

Pada saat saya melewati salah satu toko yang saya ingat bener toko itu dulu tempat mama saya belanja barang-barang kelontong dan bahan-bahan bikin kue, ah…aroma dan auranya masih seperti dulu….hmmmm…..serasa terbayang kembali saat saya merengek-rengek minta dibeliin coklat van houten tiap ke toko ini……


Bis inilah yang dulu beroperasi sebagai angkutan umum di pulau TBK, rasanya jangan di tanya kayak naik bajaj gede aja….heheheheheh apalagi dulu jalannya masih banyak jalan tanah merah belum beraspal. Sekarang bis tersebut hanya digunakan carteran untuk berwisata, dan fungsinya sudah tergantikan oleh angkot (minibus)


Kelenteng yang ada di tengah kota Balai ini katanya termasuk kelenteng tua yang sudah berumur hampir seratus tahunan, makin meriah dan bersolek. Kebetulan malam itu ada pertunjukan teater wayang orang cina….wuih ramai nya….

Malam di TBK juga nga kalah meriahnya, ada pasar malam yang menjual berbagai makanan khas baik makanan melayu maupun pecinan.




Kopi Tiam, atau warung kopi ada disepanjang jalan. Yang paling terkenal adalah kopi cap Walet ....rasanya mak nyusss....kopi susu nya top bgt…..jadi inget kopi aroma hehehehe starback mahh...putuss dah....... Gara-gara kopinya enak banget nga sadar kalau sudah menghabiskan 4 cangkir....halah.....dan impactnya malam itu nga bisa tidur sampai jam 1 malam .....


BTW kesan kota prostitusi sudah hilang .....memang masih ada satu dua kelihatan perempuan malam dengan dandanan menor keluar masuk hotel tapi itu dalam pemandangan yang masih wajar.....tidak seseram berita-berita dan kata orang.

Kulinernya juga enak .......ternyata sate ayamnya mutu boleh dipoejiken......

Bumbu kacangnya nendang banget dan mantab....


dan yang harus dicoba adalah Juhi panggang…..dulu kok enak banget ya…sekarang rasanya B banget hehehehehe…….

Jalan-jalan keliling Pulau TBK sangat mengasyikan, pulaunya sepi apalagi semenjak PN timah sudah berhenti beroperasi Pulau ini tambah cantik, tidak ada kendaraan proyek, hanya sesekali saja truk besar melintas, jalanan mulus, sepanjang jalan bersih. Ada beberapa pantai yang layak dikunjungi yaitu pantai Palawan dan satu lagi pantai Pongkar .

Pantainya indah, pasirnya putih dan satu lagi sepiiiiiii...banget.......bagus buat menyendiri....



Selain pantai –pantainya yang indah , bekas-bekas galian tambang timahpun menjadi danau-danau berair biru, danau-danau ini baru terbentuk sekian tahun setelah ditinggal oleh PN Timah, dan didaerah sekeliling danau tidak bisa di tanami karena tanahnya berpasir.

Cukup indah sayang belum dimanfaatkan sebagai potensi wisata. Danau-danau inilah yang dulu membelah-belah jalan-jalan utama , hutan dan pemukiman.

Ada satu komplek perumahan didaerah Teluk Air yang masih di jaga keaslian bangunannya bergaya art deco (entah nga ada dana utk renovasi atau alasan sejarah), di komplek inilah saya dulu sering bermain dan berkumpul dengan teman-teman sekolah karena terletak diatas bukit belakang sekolah saya. Komplek yang indah karena ada di atas perbukitan dan menghadap langsung ke lautan, yang kalau malam kerlap kerlip lampu Pulau Singapura bisa terlihat dari sini.




Senang rasanya bisa melihat tempat yang telah lama kita tinggalkan……..

Saran buat pemda TBK : tolong dong kendalikan pembangunan ruko yang sudah sangat jor-joran sehingga merusak keindahan pulau, apalagi kalau di liat-liat ruko-ruko itu belom banyak yang yang digunakan.

Oke sekian dulu laporan jalan-jalan napak tilasnya setelah 27 tahun balik lagi ke Pulau Tanjung Balai Karimun……..

sumber : kompas komunity

Comments