Selat Sunda, Banten; Panorama Krakatau nan Indah

Daerah Anyer-Carita-Labuan, di sebelah barat Provinsi Banten yang pernah musnah dihantam tsunami saat Gunung Krakatau meletus tahun 1883, kini menjadi daerah wisata pantai nan elok. Pantainya yang landai dengan pasir putih menghampar bak permadani adalah pemandangan yang pantas dinikmati di saat matahari terbit atau terbenam.

Tidak heran, pesona alam di Selat Sunda ini menarik pemilik uang untuk mendirikan tempat-tempat penginapan dengan sebutan hotel, cottage, resort, rumah makan dan sebagainya yang bertebaran sepanjang pantai itu. Sebut saja hotel berbintang mulai dari Sol Elite Marbella, Mambruk, Lippo, Patra Jasa, Sang Hyang dan sederet nama lainnya.

Bahkan pemilik uang membeli tanah-tanah terbuka di pinggir pantai, kemudian dikelola menjadi tempat wisata milik pribadi yang memungut uang bagi pengunjungnya. Ada nama Objek Wisata Marina, Pasauran Indah, Cinangka Beach, Carita Beach dan sebagainya. Fasilitas yang disediakan pengelola objek wisata itu sederhana, di antaranya MCK (mandi, cuci, kakus), bangunan-bangunan dari kayu untuk lesehan dan warung-warung. Biasanya, pengelola juga menyediakan perahu atau alat-alat untuk berenang.

Alhasil, daerah Anyer-Carita-Labuan yang secara administratif masuk Kabupaten Serang (Anyer) dan Pandeglang (Carita-Labuan) menjadi padat oleh para investor, terkesan wilayah ini sudah tak ada lagi ruang terbuka yang benar-benar milik publik. Nyaris pantai di Selat Sunda sudah dikuasai investor hingga ke bibir pantai, untuk mengeruk uang yang ada di kantung-kantung pengunjung.

Terbukti, setiap akhir pekan pantai di Anyer-Carita-Labuan dipadati wisatawan dari berbagai daerah seperti Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) dan provinsi-provinsi lain. Jadi pemandangan biasa, jalur wisata ini menjadi macet, terutama dari arah Kota Cilegon di saat hari-hari libur. Sebab arus kendaraan ke daerah wisata ini seperti leher botol yang menyempit ketika memasuki jalan ke arah Anyer, selain badan jalan itu sendiri lebarnya hanya 12 meter.

Padahal ada rute alternatif yang jarang disosialisasikan oleh pemerintah setempat. Rute itu antara lain Serang-Taktakan-Cinangka-Anyer atau Serang-Padarincang-Mancak-Cinangka-Anyer. Kedua rute ini menempuh daerah pegunungan dengan panorama khas. Misalnya, di Mancak terdapat Cagar Alam (CA) Rawadanau seluas 2.500 hektare yang merupakan rawa tropik pegunungan yang tinggal satu-satunya di dunia.

Selain panorama pantai, dua anak Gunung Krakatau di Selat Sunda adalah kekuatan alam yang menarik untuk dikunjungi. Meski gunung ini termasuk administratif Provinsi Lampung, gunung ini lebih mudah dijangkau dari Provinsi Banten. Daya tarik dua anak gunung ini selain kepulan asap akibat aktivitas gunung, juga munculnya kehidupan baru di badan gunung. Ini merupakan hal yang mendorong ilmuwan atau pemerhati lainnya untuk datang.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Banten berkerja sama dengan perusahaan pariwisata setiap tahun menggelar acara kunjungan ke anak Gunung Krakatau dengan menggunakan kapal fery (penyeberangan) berkapasitas lebih 1.000 orang.

Wisata di Anyer dan sekitarnya bukan hanya pantai. Mercusuar Anyer diyakini sebagai titik nol jalan Anyer (Banten)-Panarukan (Jawa Timur) yang dibangun Gubernur Jenderal Daendles. Pembangunan jalan ini menelan korban ribuan pekerja paksa. Sayangnya, tak ada monumen atau prasasti untuk mengenang sejarah yang penuh darah itu.

Sedangkan di Caringin, Kecamatan Labuan (Kabupaten Pandeglang) terdapat sebuah masjid yang didirikan sezaman dengan berdirinya Kerajaan Islam Banten. Corak dan gaya arsitekturnya hampir sama dengan Masjid Agung Banten di tengah reruntuhan Kerajaan Islam Banten di Desa Banten, Kecamatan Kasemen, 10 kilometer sebelah utara Kota Serang. Konon, masjid ini didirikan dalam waktu sehari seperti dongeng Sangkuriang-Dayang Sumbi di Tangkuban Perahu (Bandung) yang membangun kerajaan dalam sehari.

Namun peristiwa terbesar justru tidak terekam di daerah ini, yaitu musnahnya kehidupan di Anyer dan sekitarnya ketika Gunung Krakatau meletus tahun 1883. Peristiwa luar biasa ini memusnahkan Kota Anyer yang berpenduduk di atas 50.000, disusul dengan wabah malaria yang hebat. Kehancuran kota ini akibat gelombang tsunami yang dahsyat. Petugas Mercusuar di Ujungkulon di zaman itu mencatat, gelombang air mencapai ratusan meter di atas permukaan laut.

Kedahsyatan akibat letusan gunung ini sempat dipajang oleh pengelola Hotel Carita Beach yang berkebangsaan Jerman, berikut memajang foto dan karya Suku Baduy di Pegunungan Keundeung, Kabupaten Lebak. Hotel ini menggunakan bangunan khas Baduy. Setelah hotel ini dibeli oleh Grup Lippo dan mendirikan hotel modern, pajangan itu hilang.

Meski begitu, pantai Anyer-Carita-Labuan dan kini melebar ke Tanjung Lesung memang tetap menarik untuk dikunjungi. Paling tidak, daerah ini menjadi pelepas kejenuhan bagi warga Kota Jakarta. (rn)

sumber :perempuan.com

Comments