Makassar;Wisata Komplit dari Bahari, Budaya hingga Sejarah

Kota yang terdapat di Ujung Pandang ini memiliki segudang objek wisata, seperti pantai, beberapa pulau dengan daya tarik oseanorium peninggalan jaman Jepang, makam para raja, arsitektur mesjid tua dan klenteng serta pusat souvenir Somba Opu.

Pantai Losari amat terkenal dan menjadi kebanggaan masyarakat setempat. Pantai ini menawarkan pemandangan indah terutama saat senja sunsetnya. Di sekitar pantai ini terdapat pusat perbelanjaan kerajinan emas dan souvenir di sepanjang Jalan Somba Opu, juga banyak terdapat fasilitas penginapan mulai dari wisma hingga hotel berbintang. Selain itu di Pantai Barombong anda bisa menikmati fasilitas pemandian alam dan olah raga air. Pantai ini terkenal karena keunikannya sebagai pantai berpasir hitam.

Di bagian Utara Kota Makassar terdapat pelabuhan perahu bernama Paotere. Salah satu pelabuhan rakyat warisan tempo doeloe yang masih bertahan dan merupakan bukti peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo sejak abad ke 14, saat memberangkatkan sekitar 200 armada Perahu Phinisi ke Malaka. Pelabuhan Paotere sekarang ini masih dipakai sebagai pelabuhan perahu-perahu rakyat seperti Phinisi dan Lambo dan juga menjadi pusat niaga nelayan.

Sebuah pulau kecil bernama Pulau Kayangan memiliki pasir putih seluas 1 hektar. Pulau ini dulunya bernama Marrouw atau Meraux. Di pulau ini terdapat fasilitas liburan dan sarana olah raga air, anjungan memancing, dan sejumlah aquarium yang menampung beraneka ragam jenis ikan hias air laut.

Di Pulau Barrang Caddi dan Barrang Lompo terdapat oseanorium peninggalan Jepang. Barrang Lompo sendiri merupakan salah satu pulau koral di lepas Pantai Makassar berbatasan dengan Gusung Bone Battang. Pulau seluas 49 hektar ini mempunyai taman laut sangat elok dan menarik. Di antara pulau sekitarnya hanya Pulau Barrang Lompo yang mempunyai sumber air tawar, sehingga pulau ini banyak dihuni oleh nelayan, pelayar dan beberapa keluarga pengrajin perak tradisional yang menjual hasil karya seninya ke Kota Makassar.

Pulau Samalona yang berbentuk bundar seluas 2,34 hektar hanya berjarak sekitar 6,8 km dari Kota Makassar dapat ditempuh dengan menggunakan speed boat dalam waktu 20 menit. Pulau ini merupakan salah satu tujuan wisata bahari yang banyak dikunjungi wisatawan lokal dan mancanegara untuk memancing, berenang, dan menikmati terumbu karang dengan snorkling dan menyelam (diving). Batu karang yang mengelilinginya berupa taman laut yang mempunyai susunan koral dalam berbagai tipe dan warna-warni yang indah.

Sempatkan pula untuk mengujungi Benteng Ujung Pandang, yang dibangun oleh Kompeni Dagang Belanda (VOC). Selama hampir 300 tahun benteng ini menjadi pusat pemerintahan Belanda di Sulawesi Selatan. Pada 1937 Fort Rotterdam diserahkan untuk penggunaan sipil sebagai pusat budaya dan kesenian, antara lain untuk merumahkan Yayasan Matthes, sebuah perpustakaan terkenal tentang sejarah, bahasa dan budaya Sulawesi Selatan. Kini Benteng Ujung Pandang dikelola oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Makassar, Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, sedangkan Museum Lagaligo yang berada dalam benteng ini, dibawah pengelolaan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Kawasan ini menjadi salah satu obyek wisata budaya Kota Makassar.

Selain itu ada juga Benteng Soma Opu yang dibangun mengelilingi kompleks Kerajaan Gowa. Dibangun pada abad ke-XV oleh Raja Gowa ke-X Tunipallangga, yang memerintah antara 1548 dan 1566. Berbentuk persegi empat dengan dinding setebal 12 kaki, dinding atau front sebelah barat terdapat Baluwara Barat Daya, Baluwara Tengah, dan Baluwara Barat Laut yang juga sering disebut Baluwara Agung (Groot Bolwerk). Di Baluwara Agung inilah ditempatkan sebuah meriam yang amat dahsyat yang pernah dimiliki oleh Indonesia, yakni Meriam "Anak Makassar" yang berbobot 9.500 kg dengan panjang 6 meter dan berdiameter atau berkaliber 41,5 cm.

Monumen Korban 40.000 Jiwa merupakan salah satu obyek wisata peninggalan sejarah yang dibangun untuk mengenang peristiwa pembantaian massal para pejuang dan tokoh-tokoh masyarakat Sulawesi Selatan oleh Westerling.

Masjid Al-Markaz Al-Islami merupakan tempat ibadah dan Pusat pengembangan Agama Islam yang terbesar dan termegah di Asia Tenggara. Masjid Al-Markaz Al-Islami memiliki lima menara yang salah satu diantaranya menjulang hingga ketinggian 87 meter. Di puncak menara yang terselubung dengan batu granit terpasang loudspeaker yang dirancang oleh tenaga ahli audio dari Jepang agar kumandang Adzan dapat terdengar sampai kejauhan. Selain masjid Al-Markaz Al-Islami, terdapat juga Masjid Kuno Arab yang dibangun pada tahun 1907, dan hingga kini masih berfungsi sebagai tempat ibadah umat Islam di sekitarnya.

Di kota ini terdapat Makam Pangeran Diponegoro, Pahlawan Nasional yang lahir pada tanggal 11 Nopember 1785. Selama seperempat abad beliau menempati ruang tahanan di salah satu bagian Benteng Fort Rotterdam Makassar. Beliau wafat pada tanggal 8 Januari 1855. Di kompleks pemakaman ini terdapat 86 makam, diantaranya Isteri beliau (R.A. Ratu Ratna Ningsih), 6 orang anaknya, 30 cucu, 19 cicit dan 9 orang pengikut setianya.

Selain Makam Pangeran Diponegoro, kota ini juga menyimpan khasanah wisata ziarah berupa Kompleks Makam Raja-raja Tallo yang dibangun sekitar abad ke-18. Di pemakaman ini dikebumikan Raja Tallo ke VII, I Malingkaang Daeng Manyonri yang merupakan Raja Tallo I, yang memeluk Agama Islam dengan julukan “Macan Keboka ri Tallo” (Macan Putih dari Tallo), dan dikenal sebagai penyebar Agama Islam ke wilayah Timur seperti Buton, Ternate dan Palu. Beliau juga digelari KaraEng Tuammalianga ri Timoro (Raja yang berpulang di Timur).

I Makassar terdapat pula sebuah bangunan kelenteng, yaitu Kelenteng Ibu Agung Bahari. Didirikan pada 1773 sebagai persembahan pada Dewi Ma Co, kelenteng ini bukan sekedar bangunan biasa. Disamping berfungsi sebagai tempat ibadah Sekte Mahayana, tempat ini juga menjadi salah satu objek wisata yang dilindungi oleh Suaka Kepurbakalaan. Bangunan ini merupakan salah satu dari empat kelenteng yang didirikan di masa awal kedatangan perantau Cina ke Makassar.

Jangan lupa sempatkan cuci mata di sepanjang Jalan Somba Opu, karena anda dapat memilih aneka ragam souvenir dan hasil kerajinan khas Makassar, seperti perhiasan dan aksesoris yang terbuat dari emas dan perak bahkan sarung sutera dari berbagai etnis di Sulawesi Selatan. So, pastikan destinasi anda ke Makassar untuk liburan anda selanjutnya. (ee)

sumber : perempuan.com

Comments