Jejak Spanyol di Manila

Jangan datang ke Manila kalau tidak sempat mengunjungi Makati. Itu yang selalu dikatakan para Pinoy, sebutan untuk orang Filipina. Kenapa? Makati memang kota yang ramah. Kata Tagalog "mabuhay" yang terpampang begitu kita masuk ke wilayah tersebut secara harafiah memang berarti "selamat datang".
Jadi, siapapun yang berkunjung ke Global City, Makati, sambutan hangat siap menanti di situ. Makati sering dicitrakan sebagai wilayah yang menawarkan kenikmatan dan keglamouran Kota Manila. Sebab, kenyataannnya Makati adalah pusat bisnis dan hiburan terbesar di Manila.

Itu kalau Anda lebih suka pergi ke suatu tempat untuk tujuan bisnis atau menghibur diri. Tapi bila Anda begitu gandrung sesuatu yang berkenaan dengan hal-hal historis, ucapan para Pinoy bisa saja seperti ini: "Jangan datang ke Manila kalau tidak sempat berkunjung ke Intramuros."

Apa pasal? Intramuros adalah bangun bersejarah bagi masyarakat Filipina. Bangunan itu serupa sebuah benteng di sisi aliran Pasiq River. Dan yang pasti, di dalam bangunan itu tersimpan sejumlah situs dan catatan-catatan sejarah Filipina mulai dari Kerajaan Islam, zaman pendudukan Spanyol, Amerika Serikat, dan Jepang. Tak termungkiri, catatan dan bukti historis tentang "arus perrubahan zaman" Filipina dapat dibaca di dalam Intramuros.

Sebelum jatuh ke tangan Spanyol, Filipina menjadi negara merdeka yang sangat dipengaruhi oleh budaya Melayu. Hingga sekarang, meski budaya Spanyol sudah sangat dalam memengaruhi kebudayaan Filipina (khususnya wilayah Utara), tetapi masih banyak budaya Melayu yang melekat dalam kehidupan masyarakat.

Sampai saat inipun kita masih dapat menemukan begitu banyak kesamaan bahasa antara bahasa Tagalog dan Indonesia yang sama-sama berakar pada budaya Melayu. Misalnya sebutan untuk payung, putih, kumpul-kumpul, dan lain-lain. Atau yang sangat mirip misalnya landas (jalan, Indonesia: landasan), lalaki (lelaki), dingding (dinding), dan masih banyak lagi.

Sejarah Inramuros dimulai ketika bulan Juni 1571 Spanyol di bawah Miguel Lopez de Legazpi mendirikan kota Manila yang menjadi pusat kekuasaan Spanyol di Filipina selama lebih dari 300 tahun. Untuk menghindari serangan dari bajak laut China, Jepang dan serangan Belanda serta Portugis, Legazpi membangun benteng untuk melindungi kota tersebut. Tembok pertahanan yang tebalnya lebih dari satu meter itu memiliki panjang 4,5 kilometer, dan kokoh berdiri di atas tanah seluas 64 hektar.

Benteng itu kukuh membentengi kota. Makanya kota di dalam benteng itu kemudian dikenal dengan nama Intramuros. Dalam bahasa Spanyol, Intramuros berarti 'di dalam dinding atau benteng'. Intramuros menjadi wilayah yang sangat penting karena di dalam kota kecil tersebut Raja Spanyol Philip II menempatkan semua pusat politik, budaya, pendidikan, perdagangan, dan agama. Intinya di situlah pusat kekuasaan Spanyol di wilayah Timur bertakhta. Bukan itu, saja. Semua orang kaya di Asia ditempatkan di kota yang juga dikenal sebagai Ciudad Murada atau Kota Bertembok.

Jejak-jejak kemasyuran Intramuros masa lalu masih dapat ditemukan. Gedung pemerintahan Spanyol masih berdiri dengan sangat megah tidak jauh dari Gereja Katedral Manila yang dulunya merupakan pusat keagamaan Intramuros dan Spanyol di Timur secara keseluruhan.

Dalam hal keagamaan, posisi Katedral Manila di dalam Intramuros menjadi lebih penting karena jasad semua Kardinal Manila dimakamkan di sana sejak Kardinal Sing memilih dikuburkan di sana.

Sekolah-sekolah tua seperti Manila High School juga masih berbaris rapi di samping Mapua Institute of Technology. Sekolah-sekolah itu dulunya sebuah lembaga pendidikan bagi anak-anak Intramuros. Bahkan sebelum Jepang menghancurkan Intramuros, salah satu universitas tertua di Asia, Ateneo de Manila University juga berada di dalam Intramuros sebelum dipindahkan ke Quenzon City.

Selain itu, Manila Buletin, salah satu surat kabar tertua di Asia juga berada di sini, tepatnya di samping Pamantasan ng Lungsod ng Maynila (Universitas Kota Manila). Manila Buletin menjadi sumber informasi penting ketika kekuasaan terkonsentrasi di Intramuros.

Sejarah kemerdekaan Filipina mencatat nama Intramuros dengan huruf emas. Betapa tidak, Fort of Santiago yang merupakan bagian dari Intramuros pernah menjadi rumah tahanan bagi Dr. Jose Rizal, sang pahlawan kemerdekaan Filipina. Bahkan pada zaman Jepang, para pejuang kemerdekaan Filipina yang tertangkap dipenjara dan dibantai di tempat tersebut. Karena banyaknya pejuang Filipina yang tertangkap, Rumah Sakit yang dibangun Amerika Serikat ketika menjajah Filipina pun dialihfungsikan sebagai menjadi penjara.

Semua situs penting di Intramuros itu dapat kita kunjungi dengan menggunakan semacam andong yang bentuknya tidak jauh berbeda dengan andong di Indonesia, khususnya di Jawa. Hal yang menarik adalah, semua kusir andong di dalam Intramuros dapat berbahasa Inggris secara fasih.

Dengan membayar 500 Peso atau sebesar Rp. 98.000 kita dapat berkeliling Intramuros. Kusir andong tersebut dapat sekaligus berfungsi sebagai pemandu wisata yang secara rinci mampu menjelaskan setiap jengkal wilayah Intramuros. Uniknya, mereka bukan pegawai negeri, tetapi orang biasa yang menyewakan andongnya untuk keperluaan pariwisata di dalam Intramuros.
(Izak YM Lattu/73)

Sumber: Suara Merdeka

Comments