Iquazu, Brazil; Bertualang di Air Terjun 2 Negara

Naipi dan Taroba. Sepasang kekasih itu menyusuri sungai dengan raut ketakutan. Di belakangnya, air beriak deras saat Dewa Mboi yang berwujud ular mengejar mereka. Penguasa dunia itu penuh amarah, karena si bujang Taroba membawa lari persembahan untuknya, Naipi putri sang kepala suku Igobi.

Dewa Mboi mengejar terus hingga membuat lubang di dasar sungai. Terbentuklah air terjun yang deras. Perahu yang ditumpangi muda-mudi itu masuk kawah air terjun, dan tidak keluar lagi. Alkisah, Naipi berubah menjadi batu besar dan Tarobi menjadi sebatang pohon palem. Batu dan palem itu sampai kini berada di lidah tebing membelah air terjun Iquazu, di perbatasan Argentina dan Brasil.

Legenda kuno bangsa Indian Caingangue itu menjadi dongeng yang melatari terbentuknya air terjun Iquazu ini. Iquazu merupakan salah satu dari tiga air terjun terkenal di dunia, meski ketiganya bukan air terjun terbesar atau tertinggi di dunia. Air terjun ini sebanding kedahsyatan dan keindahan panoramanya dengan Sungai Niagara (perbatasan Amerika Serikat dan Kanada) dan Victoria yang berlokasi di Sungai Zambezi, antara Zambia dan Zimbabwe.

Air terjun Iquazu ini merupakan suatu fenomena alam yang spektakuler dan paling indah. Baik dari sisi Argentina, apalagi dari Brasil akan lebih indah dan pandangan lebih luas. Meskipun untuk mengunjungi Iquazu harus menempuh perjalanan jauh, karena letaknya berada di balik belahan bumi. Sesungguhnya, Iquazu tepatnya berlokasi di Amerika Selatan, tak jauh dari titik tiga perbatasan: Brasil, Argentina, dan Paraguay.

Ungkapan, air akan jatuh ke pelimbahan nampaknya berlaku pula di Iquazu ini. Menurut catatan geologis, ratusan ribu tahun lalu, di tempat ini terjadi transformasi gesekan tektonik yang menciptakan ngarai atau canyon raksasa. Hal ini membuat patahan dasar sungai yang menimbulkan beda tinggi, menyebabkan lahir air terjun Iquazu. Nama Iquazu ini berasal dari bahasa Indian Guarani yang berarti “air besar”.

Di Iquazu, terbentuk ngarai berbentuk tapal kuda. Di sini terdapat Garganta del Diablo atau Devil’s Throat. Volume air terbesar jatuh dari ketinggian sekitar 90 meter, yang membentuk sebuah kawah di dasar sungai. Bianglala sering nampak di tempat ini, begitu pula kabut penuh percikan air.

Debit sungai Iquazu rata-rata sebesar 1.800 meter kubik/det. Puncak tebing ngarai sepanjang 3,5 kilometer tidak rata, terdapat banyak benjolan batu karang dan pohon-pohon, maka lidah air terjun terpotong-potong, bukan hanya membentuk satu air terjun, tapi sekitar 275 buah air terjun dengan ketinggian yang berbeda antara 40 dan 80 meter.

Terdapat pula air terjun bertingkat. Melihat fenomena alam itu, suatu pemandangan yang sangat impresif tiada banding. Tak heran, ribuan pelancong berdatangan tiap hari sekadar ingin menyaksikan dan mengabadikan kebesaran alam itu melalui berjuta-juta foto. Pada 1986, obyek wisata Iquazu tercatat dalam daftar UNESCO sebagai sebuah warisan alam (heritage) untuk seluruh Umat Manusia.

Air terjun ini berada di tengah hutan belukar. Pada kedua sisi Argentina dan Brasil melakukan pemeliharaan lingkungan, dengan dibangun taman nasional yang melestarikan ekologi seluruh flora dan faunanya. Berbagai binatang liar serta aneka burung beterbangan, terutama bermacam warna-warni burung beo. Belasan jenis binatang masuk dalam daftar binatang yang dikonservasi. Ini menjadi nilai tambah bagi dunia wisata.

Dalam taman nasional itu, dibangun berbagai prasarana untuk para pelancong, tersedia jalur jalan untuk bus wisata. Sedangkan, di sisi Argentina terdapat jalur jalan kereta api kecil khusus untuk wisatawan, sehingga pengunjung tidak perlu berjalan kaki untuk berkeliling dan menikmati taman nasional ribuan hektar.

Dekat air terjun Iquazu, ada hotel-hotel tua yang sangat mewah. Pada sisi Argentina terdapat Hotel Sheraton Internacional Iquazu Resort, sedangkan pada sisi Brasil ada Hotel Tropical Cataratas Iguacu. Masing-masing berlokasi sangat berdekatan dengan air terjun, dari kedua hotel itu bisa dilihat keagungan air terjun Iquazu.

Dari halaman hotel tersebut bisa langsung menuju jalur pejalan kaki, semacam promenade berupa “catwalk”, berkonstruksi beton dan berlantai besi berkelok-kelok mengikuti tepi tebing. Sebagian menjorok ke tengah sungai, sepanjang sekitar 1,5 kilometer. Pengunjung dapat lebih mendekat lagi untuk melihat pemandangan yang lebih indah. (rn)

sumber : perempuan.com

Comments