Candidasa, Bali; Wisata Murah Pulau Dewata

Sebagai kawasan wisata, Kuta, Sanur, dan Nusa Dua memang terbilang mumpuni. Para pelancong bisa mendapatkan segala hal di sana. Mulai dari hiburan, makanan, penginapan, sampai aneka cenderamata. Tapi bagaimana dengan harga yang harusdi bayar untuk aneka fasilitas wisata itu? Jelas, tidak murah, bahkan bisa dibilang mencekik leher. Untuk menginap semalam di hotel melati atau bintang tiga di kawasan 'emas' itu, biayanya bisa mencapai Rp 300 ribu. Begitu pun dengan harga makanan dan cenderamata, bisa empat atau bahkan lima kali lipat dari harga normal.

Jika Anda ingin berwista di Pulau Dewata dengan harga yang terjangkau, kawasan Candidasa mungkin bisa anda pilih. Memang, kawasan yang berada di Kabupaten Karangasem, Bali bagian timur ini, belum berkembang seperti kawasan wisata Kuta, Sanur, dan Nusa Dua. Walau begitu, Candidasa memiliki cukup banyak hotel dan penginapan Tarifnya juga bisa dikompromikan. Tarif bermalam di hotel bintang tiga atau penginapan yang memiliki fasilitas sekelas hotel bintang tiga, lumayan murah yakni Rp 75 ribu - Rp 100 ribu per malam.

Kendati belum semaju Kuta atau kawasan lainnya di Kabupaten Badung, Denpasar, Tabanan, dan Gianyar, namun Candidasa pernah menjadi favorit wisatawan Eropa. Hal ini tak lain karena suasana Candidasa yang tenang dan alami. Bahkan tak sedikit orang mengatakan, bila ingin melihat wajah Kuta tiga puluh tahun lalu, maka lihatlah wajah Candidasa saat ini.

Bisa jadi, dulu orang enggan bermalam di Candidasa karena akses ke kawasan ini relatif sulit, karena harus melewati jalan-jalan di pusat kota Gianyar dan Semarapura yang sempit. Namun, menyusul dibukanya jalan bypass Prof Dr Ida Bagus Mantera, Candidasa lebih mudah dijangkau.

Berkat jalan bypass yang menghubungkan Denpasar dengan Kabupaten Karangasem itu, transportasi menjadi lebih lancar. Jika sebelumnya, butuh waktu sekitar 90 menit untuk mencapai Candidasa dari Denpasar, kini cukup dengan 40 menit saja.

Ini hampir sama dengan waktu tempuh Denpasar-Nusa Dua. "Dengan dibukanya jalan baru, akses ke Candidasa sekarang sudah sangat mudah, bahkan Candidasa nyaris menyatu dengan Denpasar," kata Ida Bagus Astika, pemandu wisata yang biasa memandu turis untuk diving di Desa Tulamben, Karangasem.

Anda tentu tahu bahwa objek wisata di Bali sebenarnya menyebar ke sejumlah tempat seperti Bali bagian timur dan tengah (Ubud dan Tampak Siring), Goa Gajah juga Pasar Seni Sukawati yang menjadi tempat berbelanja barang-barang kerajinan Bali. Nah, objek-objek wisata tersebut akan lebih mudah dicapai bila ditempuh dari Candidasa.

Ketika pertama kali berkembang, sekitar pertengahan 1980-an, Candidasa dikenal sebagai kawasan wisata spiritual. Dulu, di sini terdapat ashram (semacam padepokan) yang dikembangkan oleh almarhumah Ny. Gedong Bagus Oka dan sahabatnya, mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid.

Sepeninggal Ny. Gedong Bagus Oka, Candidasa tetap menarik untuk dikunjungi. Selain arena diving di Desa Tulamben, kita bisa melihat dari dekat desa tradisional Tenganan yang memiliki tradisi dengan beragam atraksi masyarakatnya yang unik. Ada pula Desa Putung yang lekat dengan panorama pemandangan pegunungan dan kebun salaknya yang cantik. Tak kalah menarik adalah Goa Lawah. Ini adalah sebuah pura yang disucikan umat Hindu dan di sekitarnya didiami oleh ribuan kelelawar.

'Jalan' sedikit ke arah barat, terdapat Goa Gajah, Istana Negara Tampaksiring dan kawasan Ubud yang kondang dengan karya lukisnya. Sekitar 15 kilometer sebelah selatan Ubud, ada Pasar Seni Sukawati. Di pasar ini, anda bisa puas membeli berbagai kerajinan dan cenderamata khas Bali. Harganya murah asal pintar menawar.

"Harga barang-barang di sini memang lebih murah, kualitasnya juga bagus," kata Suparsana, perajin patung yang biasa menyetor hasil kerajinannya ke Pasar Sukawati. Jadi, bila anda tengah merancang liburan ke Pulau Dewata, tak ada salahnya memilih Candidasa sebagai tempat bermalam. Di sinilah anda akan melihat wajah Bali yang sebenarnya.

Tarif menginap di Candidasa memang miring. Tapi bagaimana dengan makanan? Restoran memang gampang ditemui di Candidasa, kawasan wisata yang terletak sekitar 12 kilometer sebelah barat Amlapura, ibukota Kabupaten Karangasem atau sekitar 65 kilometer sebelah timur Denpasar. Hanya saja, seringkali, cita rasa dari menu-menu makanan yang dihidangkan kurang pas dengan selera lidah Jawa atau Indonesia. Artinya, makanan yang disediakan restoran-restoran di Candidasa lebih cocok untuk wisatawan yang 'berambut pirang'.

Mungkin, anda bisa menemukan restoran, rumah makan atau warung yang menyediakan nasi soto, nasi rames, nasi campur, bahkan nasi pecel. "Tapi, untuk pelancong domestik, sebaiknya jangan coba-coba membelinya. Karena rasanya memang kurang pas dengan lidah kita," kata Bara, warga Denpasar yang telah berulangkali jalan-jalan ke Candidasa.

Jadi, mesti bagaimana? Ada saran, belilah makanan di Amlapura. Di kota ini,kita bisa dengan mudah mendapatkan nasi campur, gulai dan satai kambing, ayam Taliwang khas Lombok, juga soto ayam. Pedagangnya adalah para pendatang asal Jawa dan Lombok yang kini tinggal di Amlapura. (rn)

sumber : perempuan.com

Comments