Setelah tiga tahun bencana banjir bandang, wisata Bukit Lawang di Bahorok kembali menggeliat. Kunjungan turis beranjak normal. Aktifitas wisata air dan alam yang menjadi sajian utama, masih menarik untuk dikunjungi.
Jika sedang berada di Sumatera Utara (Sumut), sempatkanlah datang ke Bukit Lawang. Jaraknya sekitar 96 kilometer barat laut Medan, ibukota Sumut. Angkutan model bus hingga travel berangkat hampir setiap waktu dari Terminal Terpadu Pinang Baris.
Selama perjalanan sekitar dua jam, akan terlihat perkebunan kelapa sawit, serta beberapa sungai yang menjadi sumber kehidupan warga sekitar. Lantas, sehabis melewati perkebunan karet, maka panorama Bukit Lawang yang menakjubkan terhampar luas.
Sejak dulu, tempat ini dikenal turis mancanegara sebagai objek wisata alam hutan tropis. Bahkan di dunia tidak lebih dari lima tempat yang mempunyai wisata hutan tropis yang sangat sejuk. Bukit Lawang bahkan mungkin salah satu yang terbaik di dunia. Pemandangan alamnya terutama didominasi bukit-bukit terjal, pepohonan rindang, dan pemandian sungai dengan airnya yang jernih.
Seiring dengan datangnya pagi hari, kabut akan menipis lantas sinar matahari menembus di balik daun-daun. Sementara deras air sungai Bahorok tak pernah henti. Suplai airnya bersumber dari hutan sekitar yang rimbun dan kokoh. Debit airnya yang deras dengan bebatuan alami, menempatkan sungai ini cocok untuk aktifitas wisata sungai seperti arung jeram. Sementara desiran angin, membawa oksigen murni yang baik untuk kesehatan.
Keindahan Bukit Lawang tidak terlepas dari posisinya yang merupakan bagian dari kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Sebagai sebuah kawasan taman nasional, kondisinya memang terjaga. Konsep ekowisata menjadi hal utama di sini.
Ketika banjir bandang menerjang kawasan wisata ini pada 2 November 2003 lalu, hampir sebagian besar alam di sekitarnya rusak. Badan sungai pun melebar karena sebagian pepohonan berusia ratusan tahun yang ada di tepian sungai rubuh dihantam air bah berkecepatan pesawat boeing. Ratusan korban jiwa tewas, dan rumah-rumah hanyut.
Namun tiga tahun setelah itu, Bukit Lawang hampir 90 persen pulih. Berdasarkan data Seksi Konservasi Wilayah III Balai Taman Nasional Gunung Leuser, sejak dibuka kembali pada Juni 2004 pasca banjir bandang tercatat 2.892 turis dari Eropa datang berkunjung sampai 31 Desember 2005. Meski jumlah tersebut masih jauh dari tingkat kunjungan sebelum banjir bandang, yaitu Mei-Oktober 2003, sebanyak 4.900 orang, namun sudah menunjukkan geliat ekowisata Bukit Lawang.
Kini cottage-cottage sudah mulai terisi penuh menjelang akhir pekan. Orang-orang dari beragam tempat berdatangan kemari. Termasuk turis-turis asal Eropa yang mendominasi para pengunjung asing, seperti Belanda, Jerman dan Swiss. Selain bermain arus sungai dan melakukan jungle trekking, para turis umumnya datang ke Stasiun Objek Wisata dan Pengamatan Orangutan atau Ponggo Resort, untuk melihat aktifitas pemberian makan pada orang utan (Ponggo abelii).
Untuk bisa melihat tempat rehabilitasi orang utan, pengunjung harus berjalan sekitar setengah jam dari tempat penginapan. Setidaknya harus melewati dua jembatan gantung dan melewati sungai selebar sekitar delapan meter dengan menggunakan perahu kecil.
Kegembiraan pengunjung akan sangat terasa, saat berinteraksi dengan orang utan. Pengunjung turut memberikan makanan, bersentuhan langsung secara fisik. Untuk mengungkapkan rasa terima kasih, biasanya orang utan memberi salam dengan cara berguling-guling atau melompat-lompat dengan keriuhan suaranya. akanan berupa pisang, semangka dan beragam jenis buah lainnya menjadi rebutan puluhan orang utan yang berdiam di sekitar sini. (rn)
sumber : perempuan.com
Comments