

Pulau Buton mempunyai "ibukota" bernama kota Bau-Bau. Penduduknya menyebut dirinya sebagai "orang buton", atau dalam bahasa setempat mereka mengatakan sbg "wolio". Arti kata Wolio dari kata "welia" artinya orang yang menebas hutan. Syahdan, nenek moyang awal orang Buton datang dari wilayah Johor Malaysia yang berlayar dipertengahan abad 13. Mereka masuk melalui selat Malaka, menyusuri laut Jawa, hingga akhirnya sampai dan menetap di wilayah ini. Sesampainya didaerah ini, mereka membangun pemukiman pertama digaris pantai. Pada awal kedatangan mereka itulah kemudian dibentuk kesultanan Buton, dan berdirilah kerajaan pertama diwilayah ini. Pada jaman Sultan Buton ke4, Sultan Dayan Hisanudin, ia memindahkan kesultanan kecilnya dari bibir pantai masuk menerobos hutan, naik medaki puncak bukit Rahantulu. Hijrahnya lokasi awal ketempat baru diduga karena ia khawatir dengan ancaman yang datang dari arah pantai oleh pendatang yang bisa jadi tidak ber itikad baik terhadap kerajaannya.
Dijaman sultan ke enam, yakni Sultan Gafurul Wadudu, lokasi wilayah kediaman sultan Buton diatas bukit itu kemudian diberi pagar benteng yang mengitari wilayah kerajaannya. Benteng dibangun dari batu gunung selama lebih dari 15 tahun. Konon, menurut cerita, batu batuan itu direkatkan satu dengan lainnya memakai putih telur sehingga susunan batu tersebut kokoh bersatu. Bersamaan dengan awal pembangunan benteng Buton, dibangun pula mesjid raya Buton. Karena awal pembangunan diera yang sama, maka kuat dugaan bahwa benteng dan mesjid ini dibangun dengan cara sama yakni memakai batu dan putih telur.

Buton dengan hasil laut yang melimpah serta membawakan keselamatan panjang selama mereka mencari nafkah sebagai nelayan di laut. Mungkin karena doa mereka inilah, pelaut Buton dari awal abad 15 sudah dikenal mampu membawa kapal cadiknya hingga ke Australia, atau Afrika.
Penulis : hantulaut
Fotografer : Silverum
Sumber : navigasi.net
Lokasi : Kab. Buton, Sulawesi Tenggara
Comments