Museum Sepatu Imelda Marcos

"Puji syukur pada Tuhan ketika mereka membuka lemariku, mereka menemukan sepatu, bukan kerangka orang." mungkin ungkapan wanita yang lahir di sebuah propinsi Leyte dan besar di Tacloban pada 2 Juli 1929 itulah yang memunculkan ide membuka sebuah museum sepatu Imelda di Makati, Philippina.

Makati sendiri merupakan pusat keuangan dan rumah bagi para skyscrapers, stock exchange, bank, mal, restoran, hotel dan perkampungan elit. Pada masa penjajahan Spanyol, daerah ini dimiliki Agustinian Friars.

Pada tahun 1950 - an, keluarga MacMiking dan Zobel de Ayala mulai membangun daerah ini dalam waktu yang sangat singkat. Akhirnya, Makati menjadi pusat perbelanjaan terbaik, fashion butik, hotel dan resto berbintang lima, toko permata eksklusif dan toko antik, toko sepatu, toko buku dan lainnya.

Disini bermukim pula kalangan atas di area Forbes Park. Kota yang memiliki luas lahan 29,9 km persegi ini dihuni lebih dari 4.176 cacah jiwa. Letak geografi kota ini adalah sungai Pasig disebelah timur laut dan tenggara, kota Pasay disebelah barat, mabes AU Philippina (Villamor Air Base) - Magallanes dan Merville Park di ParaƱaque disebelah barat daya, serta Ayala Alabang di Muntinlupa disebelah selatan.

Salah satu yang termashyur adalah museum Imelda. Museum sepatu di Makati ini selain mengingatkan masa kemewahan Imelda RomuƔldez Marcos. Di samping melambangkan betapa produk lokal bisa sukses di pasaran.

Imelda, sebagai salah satu pemakai secara tak langsung mempromosikannya keseluruh dunia. Bahkan beberapa produk lokal koleksi Imelda terpajang nan cantik di museum yang berdekatan dengan balaikota.

Saat itu, Walikota memperbolehkan wisatawan yang mengikuti kegiatan Asian Sub Regional Youth Summit untuk mengabadikan koleksi dalam kamera dan video. Gedung bercat putih itu menyimpan koleksi wanita yang pernah mendampingi mantan presiden Marcos berkuasa selama 20 tahun tersebut.

Ditilik dari kualitas dan kuantitas sepatu yang ada disana, pastilah wisatawan mengiyakan bahwa nyonya Marcos pernah dinobatkan sebagai satu dari sepuluh wanita terkaya didunia, walau akhirnya bangkrut.

Dari kehidupan mantan juara dua Miss Philippines yang dijuluki "Muse of Manila" lantaran memprotes juri itu, pemerintah menyita 1.220 pasang sepatu, 500 gaun dan 300 bra (yang satu diantaranya anti peluru dan disimpan di istana Malacanang menyertai lima pasang sepatu dari bahan satin produk lokal, 2 gaun cantik Imelda, parasol, lukisan, perabotan dari perak dan furniture).

Anak – anaknya, Imee dan Bong Bong yang juga terjun di jagad politik pastilah melihat jelas nostalgia kemewahan klan sang bapak-ibu dalam museum sepatu ini.

Mantan menteri transmigrasi dan ekologi ini memasuki usia 70 tahun dan kini mendiami sebuah kondominium elite di kawasan central Manila setelah lima tahun sebelumnya mengungsi ke Hawaii pada masa "people power" dan kasus korupsi.

Wanita pesolek ini tentunya bangga dengan koleksi sepatu yang jumlahnya berlebihan itu, meski beberapa waktu lalu sempat naik pitam gara - gara film "Imelda". Memang tak bisa dipungkiri ia pernah diwawancarai untuk thesis seorang mahasiswa jurusan film di universitas Stanford, Ramona S. Diaz yang tinggal di Baltimore, Maryland, Amerika Serikat.

Saat itu, wanita yang dijuluki kupu – kupu besi ini tak menduga film bakalan dikomersialkan. Film yang kemudian hari mendapatkan penghargaan sinematografi di Park City, Utah, Amerika Serikat dalam sebuah festival independent Sundance dengan tema kemanusiaan dan HAM ini menuai protes Imelda Marcos melalui pengadilan setempat.

Tetapi wanita yang menjadi belahan jiwa Marcos ini akhirnya kalah hingga film itu bebas beredar di wilayah manapun termasuk Philippina. Beruntung bahwa berita itu tak menghalangi minat wisatawan untuk berkunjung ke museum sepatu. Waktu itu wisatawan yang berkunjung ada 50 orang dalam kurun waktu dua jam.

Lokasi museum sepatu wanita yang menikah dengan Marcos tahun 1954 ini berada di tengah kota Makati. Bangunan bertingkat dua yang dijadikan museum, luasnya tak seberapa namun mampu menyimpan berbagai kolesi seperti; 3000 pasang sepatu milik Imelda berikut foto kapan - dimana - dengan siapa sepatu itu dipakai, sepatu ukuran raksasa yang menang dalam sebuah kontes, koleksi keramik mini berbentuk sepatu dari berbagai negara, alat menjahit sepatu, foto Imelda Marcos, Barong atau baju tradisional pria Philippina, fragmen pembuatan sepatu dan masih banyak lagi.

Etalase kaca sap tujuh yang mewadahi sepatu dan foto – foto Imelda yang ada disekeliling tembok dipagari oleh tali biru dengan tonggak besi aluminiumnya.

Selop pasangan pengantin Jawa juga ada dideretannya hingga membuat wisatawan asal Jawa akan mengembangkan senyum. Dari gambar - gambar foto yang dibingkai pigura cantik, terlihat jelas betapa wanita yang pernah menjadi gubernur Manila ini sangat menebar keindahan dan kecantikan dari masa jaya hingga kini.

Bahkan kabarnya ketika kru film "Imelda" sedang tur keliling Philippina, mantan first lady Philippina sejak 1964 ini juga membagi – bagikan eksennya dalam foto. Banyak pihak menuding museum inilah yang menunjukkan sebagian tanda - tanda korupsi dan kediktatoran Ferdinand Marcos. Terlepas dari itu semua, museum ini tetaplah menjadi aset wisata Philippina yang menarik khususnya bagi kaum hawa pecinta atau kolektor sepatu.

Penulis : Gaganawati Stegmann
sumber : liburan.info

Comments