Melaka, Malaysia; Kota Sejarah Nan Menawan

Tidak bisa disangkal, minimnya objek wisata di Provinsi Riau, menyebabkan masyarakatnya melirik daerah lain untuk tempat berlibur. Biasanya, kota tujuan itu kalau tidak ke provinsi tetangga seperti Sumatera Barat dan Sumatera Utara, tentu Melaka atau Malaka, Malaysia.

Di samping letaknya yang dekat dengan Riau, Melaka menawarkan konsep berwisata sambil berobat. Penduduk Riau biasanya memercayakan pemeriksaan kesehatan mereka di sejumlah rumah sakit modern di negara bagian Malaysia ini. Sebut saja Mahkota Hospital, RS Putra, dan Hospital Air Keroh.

“Dalam satu hari kita selesai berobat, besoknya sudah bisa mengunjungi tempat-tempat wisata di Melaka. Kalau uang lebih, dari Melaka kita bisa meneruskan perjalanan darat ke Kuala Lumpur, Genting Hinghland, Singapura, hingga ke Bangkok dan Pattaya,” kata El Yusril, pengusaha muda asal Riau.

Untuk berkunjung ke Melaka, terdapat banyak pilihan. Jika Anda menggunakan pesawat, ada Riau Airlines yang langsung mendarat di Bandara Batu Berendam. Jika dengan pesawat lain, Anda transit dulu di Kuala Lumpur, lalu melanjutkan perjalanan darat dengan taksi atau bus sekitar dua jam. Tetapi kalau lewat laut, bisa dari pelabuhan Sungai Duku, Pekanbaru. Atau dari Dumai, Bengkalis dan Bagansiapi-api.

Menurut Presiden Dewan Perniagaan Melayu Malaysia Negeri Melaka (DPMM) Datuk MD Ramli Mohammad yang ditemui SH, sedikitnya 60.000 turis dari Sumatera mengunjungi Malaysia. “Makanya, kita terus melakukan promosi wisata di Indonesia, terutama di kota-kota yang berdekatan dengan Malaysia, seperti Pekanbaru, Medan, Padang, dan lainnya,” tuturnya.

Dia mengakui kerajaan (pemerintah) Malaysia berhasil menyatukan potensi wisata alamnya dengan industri rumah sakit. Tahun lalu, tercatat 7,2 juta wisatawan Indonesia berkunjung ke daerah yang terkenal sebagai “Kota Sejarah” itu, padahal targetnya hanya 6,2 juta pelancong.
Kurator Perbadanan Musium Melaka, Mohammad Nasrudin Bin Abdul Rahman, menjelaskan pemerintah juga berupaya melestarikan cagar budaya. Rumah-rumah tradisional diberi dana rehab dan perawatan. Melaka mempunyai 26 museum tua peninggalan masa kerajaan dan kolonial.

Melaka terkenal sebagai kota yang penuh dengan bangunan bersejarah. Uniknya, bangunan kuno itu bukan semata didominasi satu budaya. Ketika Portugis menguasai kota ini tahun 1511, mereka meninggalkan benteng yang kemudian menjadi salah satu landmark Melaka, yakni Benteng A ‘Farmosa.

Portugis juga meninggalkan Gereja ST Paul yang sampai saat ini masih kokoh berdiri meski tinggal dinding tanpa atap. Di lokasi gereja ini juga terdapat Museum Budaya, Taman Sejarah, Memorial Kemerdekaan, hingga pekuburan Belanda (Dutch Graveyard).

Selain ST Paul, masih ada gereja lain, yakni Gereja Christ yang merupakan peninggalan Belanda, dibangun pada tahun 1753. Gereja ini terletak di Jalan Laksama, satu kompleks dengan Museum Belia Malaysia, Balai Seni Lukis Melaka. Gereja Christ merupakan gereja Protestan yang dibangun oleh penjajah Belanda, dan hingga kini masih dipakai umat Kristen Melaka untuk beribadah.

Di depan kompleks gereja ini Anda bisa menemukan sejumlah becak hias yang siap mengantarkan turis untuk berkeliling Kota Melaka, dengan tarif 40 ringgit Malaysia untuk satu jam. Di sekitar tempat mangkal abang-abang becak itu terdapat sebuah kedai kecil tempat penjual cendol.

Tidak jauh dari kompleks tadi, bisa ditemukan Museum Samudera yang berbentuk sebuah kapal Portugis. Di dalam badan kapal ini terdapat benda-benda bersejarah yang tidak terhingga harganya.

Tidak hanya peninggalan Eropa yang dapat kita temui di Kota Melaka, pendatang China di Melaka juga meninggalkan warisan budaya tinggi. Kita bisa melihat kuil yang indah, seperti Kuil Cheng Hoon Teng. Perbauran antara etnis China dengan keturunan raja Melaka juga menghasil budaya baru sehingga melahirkan sebutan ‘Baba & Nyonya’ untuk keturuan mereka.

Di lain pihak, Kerajaan Melaka sendiri memiliki warisan sejarah yang tidak ternilai seperti Istana Sultan Melaka serta kuburan laksamana yang terkenal, yakni Hang Tuah, Hang Kasturi, dan Hang Jebat. Sejalan dengan perkembangan zaman, Melaka terus berbenah dan membangun sejumlah objek wisata modern, termasuk membuat minatur Malaysia. Di sini terdapat 13 rumah tradisional yang menggambarkan kerajaan (negara bagian) Malaysia.

Namun, di antara objek wisata modern, ada tempat arena rekreasi yang terpadu, yakni A Fomosa Resort Malaysia. Di atas lahan seluas 520 hektare dibangun berbagai sarana rekreasi lengkap, termasuk naik kuda, naik sepeda motor mini hingga mobil balap, dengan penginapan. Kalau sudah begitu, wajar rasanya bagi warga Riau mengatakan, “Suatu saat kami pasti ke Melaka.

sumber : perempuan.com

Comments