
Dan kerinduanku mendera tanpa jeda,
Maka sirnalah semua yang maujud...
Kampung Basilam adalah kampung tarekat Naqsabandi Qadiriyah. Penghuninya adalah para sufi yang menjalankan tarekat Naqsabandi Qadiriyah. Siang malam, adalah hari hari dimana suara dzikir dilantunkan kencang tanpa henti. Mencari Allah, dalam rasa cinta yang kuat didada. Tidak ada yang tersisa lagi didunia ini, kecuali mencari Dzat Allah yang Pengasih. Kampung Basilam sejatinya merupakan pusat Tarekat Naqsabandi Qadiriyah tertua di Indonesia, bahkan dipercaya tertua di Asia Tenggara. Muridnya tersebar ribuan orang dalam kurun waktu sekian abad diseluruh pelosok negeri. Mereka datang kemari untuk mencari “jalan” menuju Sang Khalik. Sebuah “jalan” atau tarekat yang dipercaya akan memupuk cinta manusia pada Allah yang Maha Esa dengan serangkaian didikan agama yang taat dalam pengasingan terhadap kehidupan duniawi. Disinilah “sekolah” para sufi Naqsabandi mencapai “maqam” atau tingkatan demi tingkatan untuk menyapa Sang Pencipta.

Adalah Tuan Syeh Abdul Wahab Rokhan yang pertama kali membawa tarekat Naqsabandi Qadiriyah ketanah Langkat ini. Lahir 28 September 1811 di Danau Randa Rantau Binuang Sakti Negeri Tinggi Bengkalis. Anak ini tumbuh menjadi seorang yang taat dalam menjalankan ibadah agama. Hingga satu waktu, Tuanku Abdul Wahab Rokan meniti ilmu hingga ke Mekah selama bertahun tahun. Disanalah ia kemudian belajar tarekat Naqsabandi sampai kepulangannya kembali ketanah kelahiran. Setibanya di Langkat, Sultan Langkat memberi dia hadiah sebidang tanah yang boleh dipilih oleh dia dan kelak disitulah berdiri pusat Tarekat Naqsabandi yang disebut sebagai Kampung Besilam. Menurut cerita, ia mendapatkan lokasi Babussalam dengan menaiki sebuah sampan kecil menuju ke hulu menentang arus sungai deras menuju keatas bersama sekelompok kecil pengikutnya. Hingga satu saat ketika sampan itu berhenti, dan ia melaksanakan shalat, Tuanku Abdul Wahab Rokan kemudian mengatakan disinilah ia akan menetap. Dimata pengikutnya, ia diberi gelar “tuanku” (artinya: orang yang berilmu agama dan dihormati) Syeh Abdul Wahab Rokan Al Kholidy Naqsabandi Tuan Guru Babussalam Langkat.

Aku meminta Allah untuk menyingkirkan deritaku,
Allah menjawab: tidak,
Aku tidak mau menyingkirkannya, tapi untuk engkau kalahkan.
Aku mohon agar Allah menghilangkan cacatku,
Allah menjawab tidak,
Jiwa adalah sempurna, badan hanyalah sementara.

Dia menjawab tidak,
Kesabaran adalah hasil dari kesulitan,
ini tidak dihadiahkan tapi dipelajari.
Aku minta Allah memberiku kebahagiaan,
Allah menjawab tidak,
Aku memberi berkah, kebahagiaan adalah upaya kamu untuk mencarinya.
Aku minta Allah dipupuskan penderitaan ini,
Allah menjawab tidak,
Penderitaan menjauhkan kamu dari duniawi
dan membawamu berlari mendekat ke Aku.
Aku minta Allah
membantuku mengasihi orang lain,
seperti Dia mengasihiku,
Allah menjawab:... aaah akhirnya kamu paham.
(author unknown)
Penulis : hantulaut
Fotografer : hantulaut
Sumber : navigasi.net/liburan.info
Lokasi : Des. Basilam, Kec. Padang Tualang, Kab. Langkat, Sumatera Utara
Comments