Cerita dari Arung Jeram Cimanuk

Bagian paling menakutkan dari arung jeram itu cuma satu: Nagih pengen arung jeram lagi.

Mahanagari dan teman-teman diajak anak-anak Darkcrossers untuk nyicip jeram sungai Cimanuk di Garut hari Sabtu, 9 Februari kemarin. Start dari Bandung pukul 07.30 dan sudah sampai Bandung lagi pada pukul 7 malam.

Total ada 16 orang yang berangkat dari Bandung, 12 peserta. Emma, seorang Blogger sekaligus petani organik di Panaruban, Subang. Lalu ada Tessi, Nona Cimahi yang bekerja di Siemens Jakarta. Ada pula 2 fresh gradute Psikolog Unpad bernama Anwar dan Shinta. Berikutnya Alwi yang baru saja pulang penelitian dari Papua dan teman kampusnya yang rame, ribut, dan energik, Ella. Dewi dan Yusi adalah dua dosen UPI Bandung, masing-masing adalah dosen Bahasa jepang dan pendidikan Psikologi. Taufik, peserta yang termasuk sering tercebur ini adalah mahasiswa S2 ITB. Terakhir Lemet, bapak yang satu ini sudah langganan ikutan acaranya Manahagari. Dan tentu saja ada Benben dan Ulu dari Mahanagari. Tiga lainnya adalah tim dari Darkcrossers: Dodi, Isan, Mas Andi, dan Meydi. 16 orang ini terbagi dalam 3 mobil: Cherokee, Kijang, dan sedannya Taufik.

Sampai Cimanuk jam 10, setelah sebelumnya kita mampir dulu di pinggir jalan kota untuk mompa perahu. Jam 10.30 setelah briefing dan perkenalan, kita mulai nyemplung. Seorang dari kita mulai berkomentar “kok sungainya tenang gini ya” dan komentarnya berubah 180˚ setelah 1 jam berikutnya=D

Selama 2 jam pertama saya gabung dengan satu perahu jagoan, isinya tim Rescue semua. Belum lagi saya perempuan satu-satunya, yang lain bapak-bapak semua. Jadi kalo saya ngedayung itu buat sopan santun aja=D Karena ingin mencoba perahunya Dark Crossers yang kelihatan besar dan anggun, saya pindah ke perahu yang dipegang Ihsan, setelah sebelumnya diceburkan secara sengaja oleh Dodi. Begitu juga yang lain. Tercatat hari itu yang tidak tercebur adalah Tessi. Sisa 3 jam berikutnya saya mendayung dari perahu Avon, yang kata Dodi adalah Mercedesnya Perahu.

Grade sungai Cimanuk bisa sampai !V. jeramnya juga macam-macam jenisnya, mulai dari Jeram Vietnam sampai Jeram Tangga. Jeram yang bikin kita senyum-senyum biasa sampai ke yang teriak-teriak entah karena senang atau karena ketakutan. Kita juga termasuk sering ketemu edis (isitilahnya gini bener?). Arus balik, yang bikin perahu kita berputar balik dan bukannya maju terus ke depan.

Jeram Cimanuk lumayan seru & nantang.

Jeram-jeram cadas nan deras banyak kita lewatin meski gak sedikit pula jeram yang biasa saja. Selain itu, Cimanuk juga aktif bikin kita mendayung. Berbeda dengan sungai Palayangan yang relative sempit dan dangkal, bening bersih, dikelilingi hutan, perkebunan, dan gunung, serta tidak perlu susah payah mendayung karena tinggal sliding saja, Cimanuk justru sebaliknya. Dikelilingi oleh sawah-sawah dan tebing, sungai ini memiliki lebar (sekitar 7-8 meter) dan dalam (5-6 meter). Airnya khas sungai di Indonesia yang coklat keruh dan kotor. Setelah jeram biasanya kita akan ketemu dengan air yang tenang setenang orang bertapa. Makanya mendayung itu perlu. Pemandangan satwa sekitar sungai Cimanuk juga menarik. Sekali waktu kita bisa menemukan Biawak, Elang, dan bermacam burung yang imut dan cantik. Diantaranya seekor burung bernama Raja Udang.

Rute kita kemarin hanya 12-15 km dengan jarak tempuh hampir
5 jam. 2 jam pertama tujuan kita mendayung adalah untuk senang-senang, mencari nikmatnya goncangan akibat jeram. Dan jam-jam
berikutnya adalah jam senang-seneng sengsara nikmat. Karena tujuan kita hanya satu : Cibiuk Restaurant. Bahkan bekal coklat yang kebasahan sungai Cimanuk kita sikat habis.

pukul 14.30
Masih lapar dan coklat yang dibawa Dodi habis. Bisa disimp
ulkan bahwa dari sinilah saya tahu kalau Fatamorgana juga berlaku di sungai sekalipun. masing-masing personel perahu mulai bersahutan berpuisi:

Surawung mewangi
Nasi pulen bulat penuh memanggil-manggil.
Gurami dan Ayam tersenyum mesra
Menunggu untuk dikunyah
Sambal cantik melambai-lambai dari sudut piring
Cibiuk oh Cibiuk…

Semakin lama wajah kami yang segar bugar menjadi sedikit layu dan kucel walau masih penuh pesona. Posisi duduk mulai berpindah-pindah. Yang didepan mundur ke belakang, kiri ke kanan. Dan semua masih harus mendayung. Terus mendayung.

Dan tercatat pula beberapa orang jatuh secara tidak sengaja. Dodi,
Taufik, dan Ulu. Saya jatuh gara-gara telat ngangkat kaki masuk ke perahu dan gara-gara perahu keburu nyenggol batu, badan gak seimbang dan byur ! panik, sangat luar biasa panik. Karena saya gak bis
a berenang. Saya gak bisa memijakkan kaki (sungai ini dalamnya 5-6 meter). Panik yang akibatnya malah bikin makin semangat mendayung dan berjanji untuk tidak jatuh lagi ke sungai=D berbeda jauh dengan Dodi yang kecemplung pas di Jeramnya. Dia luar biasa tenang. Sungguh mengagumkan.

Jembatan Leuwi Goong adalah spot finish rute rafting. Waktu menunjukkan pukul
15.30an. dan arung jeram pun selesai.

Langsung menuju Cibiuk. Semua bersorak sorai. Ayam, Tempe, Tahu, Kerupuk, serta Lalap dan Sambal khas Cibiuk yang dinanti-nanti sudah menunggu. Yeah!

Makan di Saung dengan latar belakang Gunung Haruman dan angin sepoi-sepoi rasanya peacefull sekali. Didiringi derai canda dan tertawaan cerita after rafting. Saking capeknya, Taufik sampai sempat-sempatnya tertidur manis.

Terkadang pegal-pegal, kepanasan, kehujanan, memar-memar, dan basah tercebur di air kotor itu keren. Apalagi kalau rame-rame.

A moment you don’t want to forget.

Ok. Thanks everyone.

dicopy dari mahanagari.multiply.com

Comments

Unknown said…
bu ... masa kecil saya sangat menyenangkan sekali di sungai cimanuk. tiap musim kemarau aktivitas di kampung saya pasti kesana. selama ini saya penasaran ingin menelusuri sungai ini. gimana caranya ?