Apabila kalian suka dengan wisata sejarah, datang saja ke Dukuh Badut, desa Karangwidodo, Malang. Di sana terdapat Candi Badut, salah satu candi yang ada diKabupaten Malang sebagai bukti kejayaan masa lalu. Untuk sampai ke lokasi sangat mudah karena mikrolet (angkutan umum) dari terminal Arjosari jurusan Tidar mangkal di dekat situ, tak jauh dari perumahan Badut Permai.
Candi Badut ditemukan secara kebetulan tahun 1921. Orang pertama yang melaporkan keberadaan candi adalah Maurenbrecher yang menjabat kontrolir B.B. (pamong praja pada masa kolonial) di Malang. Saat itu candi Badut tertutup tumbuhan yang lebat. Penggalian dan penyelidikan dimulai tahun 1925 dan berakhir tahun 1926 dengan usaha-usaha pembinaan kembali.
Dalam keadaan asalnya Candi Badut dikelilingi oleh pagar tembok dan tiga candi perwara kecil di bagian muka yang semuanya sudah hilang, yang ada hanya bekas alasnya. Selain itu terdapat arca yang menurut kebiasaan susunan candi yaitu utara Durga Mahisasuramarni, timur Ganeca, selatan Ciwa Guru, Kala Nandicwara, dan Lingga. Yang ada aat ini tinggal arca Durga dan Ciwa Guru, sedangkan arca lain sudah lenyap. Dalam kamar induk terdapat yoni. Atap candi Badut tidak bisa dibangun kembali karena banyak batu yang hilang.
Ada tanda-tanda khusus yang menunjukkan bahwa candi ini termasuk salah satu candi tertua di Jawa dengan adanya ragam hias dalam candi Badut berupa hiasan kala makara pada pintu gerbang. Gayanya serupa dengan candi-candi di Jawa Tengah, hiasan kala tidak memakai rahang bawah, berbeda seperti umumnya terdapat pada candi di Jawa Timur.
Hiasan Kinnara dan Kinnari pada tangga candi, berupa hiasan berbentuk kepala manusia bertubuh burung. Hiasan bunga pada dinding candi yang serupa dengan candi Kalasan dan candi Sewu di Jawa Tengah. Tidak ada relief atau hiasan lain pada dinding candi yang bercerita tentang candi Badut.
Ditinjau dari gaya bangunan candi ada kesamaan gaya bangunan candi di Jawa Temgah terutama dengan kompleks Candi Dieng. Satu, antara kamar induk candi dan bagian muka dihubungkan dengan serambi panjang yang tertutup. Dua, luas kamar induk berukuran tembok 3.53 dan 3.67m (candi di Jawa Timur mempunyai ukuran yang lebih kecil). Tiga, terdapat susunan yang simetris dari denah candi yang sesuai dengan candi di Jawa Tengah. Empat, susunan alas candi Badut bentuknya sederhana dan tinggi.
Ada satu hal yang sampai sekarang masih menjadi perdebatan karena belum ada bukti yang jelas. Pada abad delapan terdapat sebuah kerajaan bernama Kanjuruhan yang pusatnya di sekitar Malang dan berdiri sendiri. Rajanya bijaksana bernama Devasimha yang mempunyai seorang putra bernama Gajayana.
Gajayana mempunyai seorang putri bernama Uttijana. Raja Gajayana membuat sebuah candi untuk sang Maharsi (Agatsya) yang dihormati dan dipuja dalam bentuk patung yang ditempatkan dalam sebuah candi (mungkin candi Badut sekarang). Satu hal yang diakai untuk menghubungkan candi Badut dengan kerajaan Kanjuruhan adalah Badut.
Menurut prasasti Dinoyo, Raja Gajayana juga bernama Liswa dalam bahasa Sansekerta berarti badut (pelawak_. Keistimewaan prasasti Dinoyo ditulis dalam bahasa Sansekerta atau Jawa kuno, bukan lagi huruf Pallawa dan angka tahunnya disusun dalam bentuk Condra Sangkala yang berbunyi : Nayana Vasurasa = 628 saka = 760M.
Prasasti ini memegang peranan terbesar dalam sumber sejarah adanya sebuah kerajaan besar Kanjuruhan yang pernah ada di Nalang selain candi Badut, candi Besuki (hanya tinggal alasnya dan sebuah arca Agtsya, terletak dekat candi Badut), dan penemuan arca-arca setempat. Nah buat anda yang gemar dengan wisata sejarah anda wajib mengunjungi tempat ini untuk menambah wawasan sejarah tempo dulu.
sumber : perempuan.com
Comments