| |
Bangsa kolonial Belanda pasti tidak akan menduga bahwa hasil karyanya berupa "Kelok Sembilan" yang berada di ruas jalan yang menghubungkan Pekanbaru - Sumatera Barat (Sumbar) keberadaannya sangat berarti hingga sekarang. Belok sembilan itu selain berfungsi sebagai ruas jalan penghubung juga menjadi objek wisata yang cukup menarik. Setiap kendaraan yang menempuh rute Pekanbaru - Padang, pasti akan melewati Kelok Sembilan. Jalur ini merupakan yang paling dekat untuk menghubungkan kedua kota yang berjarak lebih kurang 350 km ini.    Sedangkan Kelok Sembilan sendiri berada pada jarak 180 km dari arah Pekanbaru, yang letaknya di cela-cela berbukitan.    Bagi masyarakat Riau dan Sumatera Barat, nama ruas jalan Kelok Sembilan itu tidak asing lagi. Ruas jalan itu dinamakan Kelok Sembilan, karena memiliki belokan (bahasa Minang kelok sama artinya belok-red) ke kiri dan ke kanan sebanyak sembilan belokan. Kalau dilihat dari atas, belokannya merupakan zig zag.    Ruas jalan itu sendiri dari dulu hingga sekarang cukup ditakuti para sopir yang menggunakan jalur tersebut, karena dinilai sangat berbahaya.    Dengan lebar jalan lebih kurang enam meter dan punya kemiringan yang cukup tajam, jelas jalan ini bisa menimbulkan bahaya bagi kendaraan yang melewatinya.    Jika sopir tidak ekstra hati=hati, kendaraan bisa masuk jurang dan terjatuh ke belokan berikutnya yang kedalamannya mencapai 40 meter. Kalau ini terjadi maka dapat dibayangkan akan hancur mobil naas itu. Sebab mobil tersebut akan terjun bebas dan terhempas di atas jalan beraspal.    Makanya setiap kendaraan tidak bisa melaju begitu saja di ruas jalan ini, tapi harus pelan-pelan dan sangat waspada, terutama setiap berada di belokan yang menanjak tajam.    Begitu pula saat berpapasan dengan kendaraan lain, kendaraan yang datang dari atas harus berhenti untuk memberikan kesempatan kendaraan yang menanjak melewatinya.    Berhawa Sejuk    Namun dibalik kerawanan itu, kelok Sembilan menyimpan pesona tersendiri. Letaknya yang di cela-cela bukit yang masih perawan membuat suasana di sekitarnya menjadi sangat asri dan terasa sejuk.    Soalnya sinar matahari hanya bisa menembus tempat tersebut hanya pukul 11.00 Wib hingga 14.00 Wib. Sebelum itu, tempat tersebut selalu sejuk.    Letaknya yang berada pada ketinggian sekitar 1000 meter di atas permukaan laut membuat udaranya terasa dingin. Jika pada malam hari suhu udara disini bisa mencapai 17 derajat selsius. Sebuah suhu yang tergolong sangat dingin bagi bangsa yang tinggal di daerah tropis.    Liuk-liuk yang dimiliki Kelok Sembilan membuat tempat ini semakin menarik untuk dinikmati. Menikmati pemandangan di sekitar Belok Sembilan ini bisa dilakukan dari ruas jalan paling atas.    Di belokan paling atas ini terdapat pinggang jalan yang luas cukup. Disitu anda bisa berdiri untuk melihat bentuk Belok Sembilan secara utuh.    Dari atas itu, bisa dilihat jelas ratusan kendaraan berjalan meliuk-liuk hilir mudik di ruas jalan mengikuti kelokan dari jalan tersebut. Dari situ juga bisa menikmati hutan perawan yang tumbuh di lereng-lereng bukit yang mengapir Belok Sembilan. Disamping itu juga bisa dilihat ujung belokan yang terletak berada 100 meter di bawah.    Dulu saat kepariwisataan Bukittinggi sedang jaya-jayanya, banyak turis asing mengunjungi tempat ini. Hanya dengan waktu 2 jam dari Bukittinggi, mereka sudah bisa mencapai tempat ini. Disini mereka tidak hanya menikmati suasana di kawasan Belok Sembilan itu, tapi juga menganggumi konstruksi jalan tersebut.    Bayangkan saja, pada tahun 1932, Belanda telah mampu menaklukkan garangnya alam Sumatera Barat untuk sarana jalan. Padahal pada zaman itu belum ada eskapator atau peralatan berat lainnya untuk mengerjakannya. Semuanya masih mempergunakan peralatan sederhana dengan teknologi pas-pasan. Jalan Layang    Saat ini rute Pekanbaru-Padang yang melewati ruas jalan Kelok Sembilan itu menjadi alternatif utama bagi setiap kendaraan yang menempuh rute tersebut. Makanya tidak heran setiap harinya tidak kurang 7.000 unit kendaraan melewatinya. Bahkan pada hari libur jumlahnya bisa menjadi dua kali lipat atau lebih.    Masih sempitnya ruas jalan itu, tidak heran pada saat-saat tertentu terjadi kemacetan. Misalnya setiap musim mudik lebaran pasti akan terjadi kemacetan lalu lintas di sekitar ruas jalan Kelok Sembilan. Setiap terjadi kemacetan, kendaraan bisa tertahan berjam-jam lamanya.    Untuk mengatasi masalah itu, kini sedang dibangun jalan layang di kawasan tersebut. Studi kelayakan pembangunan jalan layang Kelok Sembilan itu sudah selesai dilakukan tahun lalu dengan menelan dana sekitar Rp 2,2 miliar. Dan saat ini pembangunannya sedang dilakukan.    Keberadaan jalan layang ini nantinya akan memperlancar arus di sekitar itu. Jalan layang yang dibangun sepanjang 4,5 kilometer itu bakal bisa dilewati dengan kecepatan 80 kilometer per jam. Jadi kendaraan tidak perlu lagi beringsut-ingsut di ruas jalan Kelok Sembilan yang sempit tersebut.    Namun, meskipun telah dibangun jalan layang, bukan berarti fungsi Kelok Sembilan akan dihilangkan. Ruas jalan Kelok sembilan tetap dihidupkan, terutama bagi para wisatawan. Sebab bagaimanapun historis dan keelokkan Kelok Sembilan tidak bisa diabaikan begitu saja.    Makanya kekhawatiran sebagian orang bahwa Kelok Sembilan akan tinggal nama, tidak akan terjadi. Malahan dengan adanya jalan layang tersebut, kelestarian Kelok Sembilan akan bisa terus terjadi. Sebab nantinya Kelok Sembilan tidak lagi terlalu berat menerima beban yang makin meningkatkan akibat semakin padatnya arus lalu lintas disana. (Adrizas) sumber : http://www.suarakarya-online.com/ |
Comments