DUA DANAU ANGGI DI PUNCAK KOBREY

Menikmati Karya Alam Tiada Banding

“Sajian pemandangan dua danau begitu fantastik dilihat dari puncak bukit Kobrey. Di sebelah kiri terlihat danau Anggi Giji dan di sisi kanannya danau Anggi Gita yang anggun mempesona. Pemandangan seperti ini hanya ada di sini, tidak ditemukan di tempat lain, menikmati dua danau dalam waktu bersamaan. Luar biasa!”

Pagi itu menunjukan pukul 06.00 WIT. Kami berangkat dari kota Manokwari dengan menggunakan mobil jenis off-road Mitsubisi L200 atau di Papua biasa disebut “mobil ranger” milik dinas Perhubungan dan Pariwisata Manokwari. Sesuai rencana, perjalanan kami kali ini menuju ke obyek wisata alam yakni melihat dua danau di pegunungan Arfak, yakni danau Anggi Giji dan Anggi Gita. Perjalanan yang cukup menantang ini dapat dilakukan dengan durasi waktu sehari saja.

Sejam berlalu. Kami tiba di bawah kaki pegunungan Arfak yakni di distrik Ransiki dan berhenti sejenak sekedar untuk belanja bekal makan nanti. Nasi kuning, telur, ikan dan kue-kue menjadi pilihan untuk kami bawah ke tempat tujuan. Situasi yang hangat di pasar tradisional juga saya manfaatkan untuk berbincang-bincang dengan masyarakat di sana sambil memotret aktifitas masyarat pasar tersebut. Ransiki dihuni oleh berbagai suku bangsa baik lokal maupun pendatang transmigran tahun 60-an dari Jawa dan Sulawesi.

Sekitar satu jam perjalanan lagi, tim kecil kami yang berjumlah 7 orang, yakni Penulis, Kepala Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Manokwari, Drs. Jack Insyur, Pak Mus dan Pak Fery (staf dinas) dengan 2 orang supir serta seorang mekanik, memasuki lokasi cagar alam pegunungan Arfak. Selama perjalanan dari Ransiki, pemandangan khas hutan tropis menjadi hal menarik untuk diamati meskipun hanya dari dalam mobil yang melaju kurang lebih 20 km per jam dan sesekali berjalan perlahan menaiki tanjakan cukup sulit, yang masih dalam tahap pengerasan serta melewati jalan dengan jurang dalam di sisi kiri dan kanan.

Berbagai jenis pohon dan tumbuhan dapat dilihat dari dalam mobil. Rata-rata pohon di sana diselimuti lumut. “Kita juga bisa melihat berbagai jenis tumbuhan sarang semut (Mymecodie) yang bergelantungan di pohon-pohon yang menjadi tempat hunian bagi ribuan ekor semut karena umbinya yang seperti rumah tawon itu mengandung cairan manis,” ungkap Pak Jack, sapaan akrab Kepala Dinas, di dalam mobil yang tetap merayap naik.

Meski badan jalan masih pada tahap pengerasan dan di beberapa tempat agak berlubang, namun kekawatiran menyusuri sepanjang pegunungan terhapuskan dengan hamparan panorama nan indah yang tiada mata ingin berkedip memandanginya. Di saat mata menengok ke bawah, terlihat lembah-lembah yang indah. Di pinggiran jalan bisa pula kita temukan berbagai kupu-kupu warna-warni dan unik. Sayapun sempat memotret kupu-kupu yang betebangan di pinggiran jalan. Dalam hati saya berharap-harap cemas semoga dalam perjalanan ini kami bisa menemukan kupu-kupu sayap-burung berterbangan di pinggiran jalan.

Kami melewati beberapa buah kali, di antaranya kali Induk dan kali Inggirmaga yang airnya sangat sejuk dan segar. Pohon-pohon di pinggir sungai terlihat lebat dipenuhi lumut. Sesekali saya melihat anggrek bergelantungan di atas pohon yang sebagiannya sedang berbunga. Dan di kejauhan, di lebatnya hutan-rimba pegunungan Arfak, kicauan berbagai burung terdengar jelas, membawa kami berhenti sejenak untuk menikmati nyanyian alam itu dengan seksama.

Saat kami tiba di ketinggian gunung Lantijmout, perasaan senang menggelayut di hati karena tidak lama lagi akan tiba di lokasi danau pertama, yakni danau Anggi Gita yang sudah terlihat jelas. Meskipun mendung menyelimut cukup tebal di atas danau Anggi Gita, namun panorama alam begitu indah. Sehingga tidak hitung-hitung dua-tiga jepretan, kamera saya tidak henti-hentinya mengabadikan keindahan yang amat sulit menemukan tandingannya di tempat lain. Lekukan-lekukan bukit begitu indah. Mempesonakan!

Kamipun tiba di distrik Anggi Kampung Tombrok dan Airei yang berada di pinggiran danau Anggi Gita. Jejeran rumah Tumisen atau rumah-rumah suku Arfak Sough menjadi sasaran obyek pemotretan saya pula. Rombongan kami sempat berhenti beberapa saat dan dimanfaatkan untuk menyapa warga sekitar serta tidak ketinggalan berfoto bersama. Rupanya mereka sangat senang dikunjungi. Ada juga pemandangan unik, yakni ibu-ibu duduk di depan rumah sambil memeluk bayi dengan berselimut kain tebal. Setiap melewati atau memasuki ujung kampung ditutupi pagar. Masyarakat suku Arfak menamainya Lega. Pak Fery, staf dinas Perhubungan dan Pariwisata terlihat lincah berkomunikasi menggunakan bahasa sough dengan mereka.

Sajian pemandangan dua danau begitu fantastik dilihat dari puncak bukit Kobrey. Di sebelah kiri terlihat danau Anggi Giji dan di sisi kanannya danau Anggi Gita yang anggun mempesona. Pemandangan seperti ini hanya ada di sini, tidak ditemukan di tempat lain, menikmati dua danau dalam waktu bersamaan. Luar biasa! Andapun dapat membayangkan dan merasakan keindahan kedua danau Anggi di bukit Kobrey tersebut. Selain itu, jejeran tumbuhan warna-warni yang terhampar lembut tertata-rapi di bukit Kobrey menambah indahnya pemandangan. Dari kejauhan, ada pula hamparan pasir putih di beberapa sisi pinggir danau. Mengabadikan kedua danau dari puncak Kobrey adalah hal yang tak henti-hentinya saya lakukan waktu itu, seakan ingin membawa keindahan karya alam ini saat kembali ke kediaman Penulis.

Keindahan belum selesai. Pemandangan menakjubkan lainnya juga terlihat di pinggiran danau Anggi Giji, yakni perkampungan di distrik Sururey. Kampung Sineremer yang diapit oleh pegunungan dan danau sehingga terlihat mempesona sekali.

Saat kami memasuki distrik Anggi Kampung Irayweri, kami disambut dan saling bertegur sapa dengan masyarakat di sana. Mereka sangat ramah. Mereka pandai bercocok tanam bunga-bunga dan sayuran. Kentang ,Wortel, Seledri, daun bawang bisa ditemukan dengan mudah di sana.

Rasanya, perjalanan yang memakan waktu hanya sehari tidak cukup untuk menikmati panorama di pegunungan Arfak. Terutama menyusuri dua danau Anggi. Terbetik janji suatu hari nanti akan kembali kepadamu, dan tinggal beberapa hari di sana. (Fredy Tewu)

Oleh : Fredy Tewu explore-indo.com

Comments