tag:blogger.com,1999:blog-13244757253538388252024-03-19T11:24:00.366+07:00LAGULAMAKUPencinta Jalan-Jalanlagulamakuhttp://www.blogger.com/profile/16409840254823396267noreply@blogger.comBlogger816125tag:blogger.com,1999:blog-1324475725353838825.post-15747859842564831362012-10-23T18:10:00.001+07:002012-10-23T18:10:14.311+07:00 Madurodam, Cukup Dua Jam Mengelilingi <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmvPYvcCFcIRzIn2fWwsZ0V9us3TUIdFsceZBSzIRyizLs6jkg9soZ5y-95LG2I6yB2YL1Jy7M65KI0FceBxXpXNxmhw3VMCEC-vUlF3P77eAspLtcPFKSCjrh3yfIYX_d-zyuWCBZGL8/s1600/325px-Madurodam.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmvPYvcCFcIRzIn2fWwsZ0V9us3TUIdFsceZBSzIRyizLs6jkg9soZ5y-95LG2I6yB2YL1Jy7M65KI0FceBxXpXNxmhw3VMCEC-vUlF3P77eAspLtcPFKSCjrh3yfIYX_d-zyuWCBZGL8/s320/325px-Madurodam.jpg" width="320" /></a><b> </b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<b> Entrance of Madurodam</b></div>
<br />
<h5>
<b> <span class="small">Ditulis oleh <a href="http://jalanasik.com/component/option,com_comprofiler/task,userProfile/user,556/Itemid,32/">andri kurniawan</a> </span>
</b></h5>
<br />
<h5>
<b>LUAS</b> Madurodam hanya sekira 18.000 meter persegi.
Namun, taman miniatur ini memiliki koleksi ikon arsitektur Belanda yang
cukup komplet. Membuat Anda hanya membutuhkan waktu dua jam agar merasa
mengelilingi "Belanda".</h5>
<h5>
Dinginnya udara di Den Haag tidak menyurutkan niat SINDO dan
wartawan lain yang tengah mengikuti kunjungan kenegaraan Wakil Presiden
Jusuf Kalla ke Belanda, beberapa waktu lalu, berwisata ke Madurodam
yang terletak di The Hague. Meski suhu udara mencapai 3 derajat
Celsius, kemasyhuran Kota Miniatur yang dibuka pada 1952 ini membuat
kami penasaran untuk mengintipnya. Beruntung cuaca pada hari itu cukup
cerah sehingga embusan angin tidak terlalu terasa menusuk kulit. <br /><br />
Untuk masuk ke dalam Madurodam, setiap pengunjung dewasa dikenakan
14,50 euro. Harga tiket memang bisa dikatakan cukup mahal, mengingat
kami yang terbiasa mengantongi rupiah. Kalau ditukar ke mata uang
rupiah, setidaknya masing-masing dari kami harus membayar sekitar
Rp200.000. Namun, jika Anda membawa rombongan lebih dari 20 orang, maka
harga tiket per orang bisa lebih murah, yakni 10,25 euro. </h5>
<h5>
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjUb-Uqwy2q7MlO8FWax_ynt869Fjz-6G0uQr1GtY4Be48Bg-jk9_1CHfK662NUjl3m2CJObDOO1PlikpcUwS6L3ss9Z_HGMiEXXe1OeM3B7IGZZ98qpw-nHkQapESmg94p8QSmnoF3Ns/s1600/Madurodam1.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="219" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjUb-Uqwy2q7MlO8FWax_ynt869Fjz-6G0uQr1GtY4Be48Bg-jk9_1CHfK662NUjl3m2CJObDOO1PlikpcUwS6L3ss9Z_HGMiEXXe1OeM3B7IGZZ98qpw-nHkQapESmg94p8QSmnoF3Ns/s320/Madurodam1.jpg" width="320" /></a><br /> <br />
Namun, rasanya harga tersebut cukup pantas tatkala saya dan rekan-rekan
memasuki taman yang dibangun dengan skala 1:25 itu. Meski luasnya hanya
sekitar 18.000 meter persegi, Madurodam memiliki koleksi ikon
arsitektur Belanda yang cukup komplet, seperti kincir angin, Pelabuhan
Rotterdam, Bandara Internasional Schiphol, Jembatan Erasmusbrug, dan
Stadion Amsterdam Arena yang merupakan markas klub sepak bola Ajax. <br /> <br />
Sang arsitek, yakni SJ Boume memang cukup teliti dalam merancang setiap
miniatur bangunan. Contohnya, Bandara Internasional Schiphol yang
dibuat persis menyerupai aslinya. Selain bangunan, Madurodam juga
dilengkapi dengan miniatur orang, mobil, pepohonan, dan kereta api. </h5>
<h5>
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhs4NpA0c5XzgWGvoFCZSrNZ38vujs6d4Yu5PE04Uyg_6lMq9tGOlQbqNoABKs36UmooJGX27_aSGW1LcNfSuhUEfzbjMDFoQrT1VngczEXdIXqPgaPGUURNZlma5JXwetD78BNo8wCNww/s1600/225px-Madurodam_Amsterdam9.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhs4NpA0c5XzgWGvoFCZSrNZ38vujs6d4Yu5PE04Uyg_6lMq9tGOlQbqNoABKs36UmooJGX27_aSGW1LcNfSuhUEfzbjMDFoQrT1VngczEXdIXqPgaPGUURNZlma5JXwetD78BNo8wCNww/s320/225px-Madurodam_Amsterdam9.jpg" width="320" /></a></h5>
<h5>
Inside Madurodam, <a class="mw-redirect" href="http://en.wikipedia.org/wiki/Rijksmuseum_Amsterdam" title="Rijksmuseum Amsterdam">Rijksmuseum</a><br /> <br />
Pagi itu cukup banyak warga Belanda yang mengajak anak-anaknya
berekreasi ke Madurodam. Para orangtua terlihat sibuk mengawasi
anak-anak mereka yang berlari ke sana kemari melihat miniatur kereta
api, pesawat, dankapal laut. Selain anak-anak, tidak sedikit pula kaum
manula yang mengunjungi tempat ini dengan tujuan bernostalgia. <br /> <br />
Berbekal kamera pocket, mereka pun berfoto di depan miniatur Istana
Ratu Belanda. Sementara saya sendiri lebih tertarik berfoto di depan
miniatur kincir angin dan Bandara Schiphol.</h5>
<h5>
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSvDYjTxdZlooFU6QJ3bmWovkRfgr2PwcJRL7nnLHB5fH33tQfw9HAOP1qDfeIx2YvD_2NdGyntxh9Ul6Qph4j7B8q229LFWNObh61Th6bVongI1ZbSt6e44quPKmqxKnNvtYycyf6ZcE/s1600/225px-Madurodam_Schiphol_airport_planes.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSvDYjTxdZlooFU6QJ3bmWovkRfgr2PwcJRL7nnLHB5fH33tQfw9HAOP1qDfeIx2YvD_2NdGyntxh9Ul6Qph4j7B8q229LFWNObh61Th6bVongI1ZbSt6e44quPKmqxKnNvtYycyf6ZcE/s320/225px-Madurodam_Schiphol_airport_planes.jpg" width="320" /></a></h5>
<h5>
Miniature planes at the miniature <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Amsterdam_Airport_Schiphol" title="Amsterdam Airport Schiphol">Schiphol</a> airport in Madurodam<br /><br /> Kemeriahan
Madurodam semakin semarak dengan hadirnya burung camar yang terbang
lalu lalang melintasi langit biru. Beberapa dari burung camar itu
bahkan hinggap di miniatur kapal dan semakin menghidupkan suasana di
miniatur Pelabuhan Rotterdam.<br /><br /> Jika ada pertanyaan proyek
terbesar apa yang pernah dibuat di Madurodam, maka jawabannya adalah
miniatur Bandara Schiphol yang dibuka kembali pada 2003. Dengan
menggunakan landasan magnetik dan baterai isi ulang dan bantuan
komputer, pesawat terlihat berlalu lalang di <i>taxi way</i> buatan. Pesawat yang bergerak ini menjadi tontonan menarik sebagian pengunjung, terutama anak-anak kecil. </h5>
<h5>
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitUc32k8PninmJeNd5Yk8O3roERkq8Ce_UEW0-0iALf-8yI9tw_9EL5vCS9fEEIiVi4yzFCgYsd7hMIbf4Lutdx7Q1L2BYCe2TY-tcYC9H2thfGwa43f25GraYaIOq-dHiXQQEbKPHxzI/s1600/Madurodam.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitUc32k8PninmJeNd5Yk8O3roERkq8Ce_UEW0-0iALf-8yI9tw_9EL5vCS9fEEIiVi4yzFCgYsd7hMIbf4Lutdx7Q1L2BYCe2TY-tcYC9H2thfGwa43f25GraYaIOq-dHiXQQEbKPHxzI/s320/Madurodam.JPG" width="320" /></a><br /> <br />
Selain bangunan rumah, gedung, dan katedral, terdapat pula miniatur
instalasi pengeboran minyak lepas pantai dan juga pom bensin milik
perusahaan energi terkenal asal Belanda, yakni Shell. Setelah puas
berkeliling, saya pun menuju toko suvenir yang masih terletak di dalam
kawasan Madurodam.<br /> <br /> Di toko ini kami bisa menemukan banyak
suvenir khas Belanda. Tidak terasa, saya sudah berjalan-jalan
mengelilingi "Belanda" selama dua jam. Ya, jika Anda tidak sempat
mengelilingi Belanda, maka Madurodam bisa menjadi tempat persinggahan
singkat saat Anda berada di Negeri Kincir Angin tersebut.</h5>
<h5>
sumber : http://jalanasik.com</h5>
lagulamakuhttp://www.blogger.com/profile/16409840254823396267noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1324475725353838825.post-63757010922356810532012-10-23T17:45:00.003+07:002012-10-23T17:45:38.846+07:00Siem Reap tujuan wisata Kamboja<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img alt="siem.jpg" height="298" src="http://jalanasik.com/images/stories/siem.jpg" style="float: left; height: 227px; margin: 5px; width: 304px;" title="siem.jpg" width="400" /> </div>
KOTA Siem Reap yang dulu dikenal angker dan rawan kriminalitas, kini
mengubah wajahnya menjadi tempat tujuan wisata utama di Kamboja,
lengkap dengan taburan hotel mewah dan restoran ternama.
<br />
<br />
Ingat Kamboja, ingat Khmer Merah. Begitu kira-kira yang terlintas di
benak banyak orang tentang negara di kawasan Asia Tenggara ini. Pada
tahun 1970-an sampai pertengahan 1990-an, Rezim Khmer Merah yang brutal
memang selalu menghiasi berita yang menyangkut Kamboja, hingga tak heran
masyarakat mengasosiasikan Kamboja sebagai negara mengerikan yang rawan
konflik.<br />
<br />
Namun, setelah kematian pimpinan Khmer Merah, Pol Pot pada tahun 1998,
kondisi keamanan Kamboja pun berangsur-angsur pulih. Salah satu kota
terbesar di Kamboja yang ikut berbenah, yaitu Siem Reap, ibu kota
Provinsi Siem Reap. Jika nama ini belum terlalu akrab di telinga, nama
Angkor Wat atau Candi Angkor mungkin pernah sampai ke telinga. Nah, Siem
Reap adalah tempat bermukimnya Angkor Wat, yang sama seperti Candi
Borobudur, masuk dalam daftar UNESCO World Heritage Site.<br />
<br />
Soal memperbaiki sarana wisatanya, pemerintah Kamboja memang patut
diacungi jempol. Lihat saja Angkor Wat yang saat ini memiliki berbagai
layanan wisata yang memanjakan. Bayangkan saja, wisatawan bisa memilih
berbagai alat transportasi untuk berkeliling area candi tersebut. Mau
naik gajah? Boleh. Mau naik helikopter? Bisa. Atau mau dengan cara
tradisional dengan berjalan kaki dan menyelami tiap lekuk batu candi,
silakan saja. Bahkan, kalau mau mengambil gambar dengan video pun
dipersilakan.<br />
<br />
Padahal dulunya, area di sekitar candi ini adalah tempat yang lumayan
berbahaya. Jika wisatawan berangkat dari Phnom Penh, Vietnam, dengan
menggunakan kapal boat dengan jarak tempuh lima jam, kapal tersebut bisa
saja tenggelam atau bahkan ditembak oleh para bandit. Bahkan, pasukan
Khmer Merah bisa saja mengawasi dari balik bukit. Tapi kini, di sekitar
tempat tersebut banyak dibangun tempat main golf bahkan juga restoran es
krim.<br />
<br />
Itu baru bicara soal Angkor Wat saja. Melangkah delapan kilometer dari
situ, yaitu ke pusat Kota Siem Reap, akan lebih menakjubkan lagi. Kota
yang dulunya penuh darah ini, kini telah bangkit dan bersolek dengan
membangun hotel- hotel mewah, tempat berbelanja, spa, galeri, bahkan
tempat kerajinan tangan.<br />
<br />
Salah satu kawasan bernama Pub Street, bahkan dilengkapi dengan kafe
bertaraf internasional, bar dengan desain yang artistik dan cozy, tempat
pacuan kuda, convention hall, pasar malam, restoran dengan pemandangan
candi, sampai wisata alam.<br />
<br />
Soal hotel, Grand Hotel adalah hotel berkelas dunia pertama yang kembali
dibangun di Kamboja. Hotel yang berbasis di Singapura ini pada tahun
1960-an sempat disinggahi Charles de Gaulle dan Jacqueline Kennedy
Onassis. Kabarnya, Bill Clinton dan penyanyi Ricky Martin juga pernah
menginap di tempat ini. Singkat kata, Grand adalah tempat menginap
pertama yang akan dikunjungi para figur publik terkemuka di dunia jika
mengunjungi Kamboja.<br />
<br />
Tempat menginap lainnya yang jadi incaran adalah Residence Angkor. Ini
adalah sebuah boutique hotel dengan 55 kamar. Yang jadi daya tarik hotel
ini ialah, kamar-kamarnya dibuat dari kayu yang eksotik. Hotel yang
dikelola Orient-Express Hotels (OEH) ini sepertinya memang dirancang
untuk para turis dari kawasan Eropa dan Amerika. Dengan fasilitas spa,
business center, Victoria Angkor Resort & Spa dengan 130 kamar, dan
resor golf, tempat ini memang bisa membuat betah siapa pun yang ingin
diperlakukan layaknya raja.<br />
<br />
Geliat pariwisata di Siem Reap makin menjadi-jadi karena di sepanjang
jalan setelah Bandara Siem Reap-Angkor International Airport, belasan
hotel bintang empat siap menjamu dengan berbagai layanan berkelas.<br />
<br />
Banyak dari hotel high-end ini yang akhirnya melakukan ekspansi.
Misalnya saja Amanresorts International, milik perusahaan di Singapura,
yang sudah membuka 12 kamar berkelas resor pada tahun 2002. Pada tahun
2006, mereka membuka 12 kamar lagi yang tarif per malamnya mencapai
USD700. Uniknya, meski kamarnya didesain dengan gaya baru, peralatan di
kamar dan hotel tersebut penuh catatan sejarah.<br />
<br />
Misalnya, guesthouse yang pernah ditinggali Raja Thailand Norodom
Sihanouk dibangun menjadi kamar suite. Sementara ruang makan, dulunya
adalah tempat Norodom dan seorang sutradara menonton sebuah film.<br />
<br />
Kabarnya, untuk melakukan renovasi besar-besaran dalam bidang
pariwisata, pemerintah Kamboja mendapat banyak bantuan dari Jepang.
Bantuan tersebut umumnya dipakai untuk membangun jalan, jembatan, dan
bandara.<br />
<br />
Lantas, apa hasil yang diperoleh pemerintah Kamboja dari "mempermak"
Kota Siem Reap? Tentu saja, lonjakan wisatawan yang berbondong-bondong
ke Kamboja. Saat negara ini baru saja pulih, Kamboja dikunjungi sekitar
217.000 turis.<br />
<br />
Pada tahun 2007, angkanya melonjak menjadi 2,1 juta orang. Hampir 50
persennya berkunjung ke Angkor Wat. Saking optimisnya dengan potensi
wisata negaranya, Menteri Pariwisata Kamboja Thong Khon yakin bahwa pada
tahun 2010, Kamboja bisa mendatangkan 3 juta pengunjung.<br />
<br />
Jika tertarik untuk datang ke Kamboja, harus diketahui bahwa umumnya
turis datang pada high season, yaitu bulan Oktober-Maret. Pada musim
ini, cuaca Kamboja memang lebih hangat dan kering. Kebanyakan turis
datang dari Korea, Taiwan, Jepang, Vietnam, Thailand, serta Eropa dan
Amerika yang ikut penerbangan langsung dari Singapura atau Bangkok.<br />
<br />
Wisatawan dari berbagai benua memang harus bersiap-siap dimanjakan
pemerintah Kamboja karena seperti pengakuan Thong Khon, Kamboja akan
meladeni apa pun keinginan para wisatawan tersebut. "Orang Eropa senang
berenang. Orang Amerika suka olahraga. Sedangkan orang Asia senang
berbelanja. Kami akan menyediakan itu semua," kata Khon. (Arief)<br />
(Koran SI/Koran SI/tty)<br />
<h1>
<br /></h1>
<table class="contentpaneopen"><tbody>
<tr>
<td align="left" colspan="2" valign="top" width="70%"><br /></td>
</tr>
<tr>
<td class="createdate" colspan="2" valign="top"><br /></td>
</tr>
<tr>
</tr>
</tbody></table>
lagulamakuhttp://www.blogger.com/profile/16409840254823396267noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1324475725353838825.post-2468928078079147242012-10-22T14:33:00.000+07:002012-10-22T14:33:36.796+07:00Caringin Tilu, Indahnya Alam di Bandung Timur<h2>
<span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;"> <a href="https://picasaweb.google.com/lh/photo/1FoVAk0rDtXNE5OOwZRnDA?feat=embedwebsite"><img alt="" height="266" src="https://lh5.googleusercontent.com/-uRtrJmVzpnY/S-fY_cPsmnI/AAAAAAAAAlo/5d9RcgYPE1U/s400/DSC_0001_CaringinTilu.JPG" width="400" /></a></span></span></h2>
<h2>
<span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;">Caringin Tilu merupakan salah satu tempat menarik di kawasan Bandung
Timur yang mungkin belum banyak diketahui masyarakat luas. Pesona
alamnya sungguh luar biasa untuk ukuran tempat yang boleh dibilang
sangat dekat dengan Kota Bandung. Betapa tidak, kita dapat menikmati
alam dan pegunungan hijau menghampar di sekeliling kita dari tempat yang
hanya berjarak 5 km dari Surapati Core atau Saung Mang Ujo di Jalan
Padasuka Bandung.</span></span></h2>
<em class="info"><a href="http://ayowisata.wordpress.com/2011/08/12/caringin-tilu-indahnya-alam-di-bandung-timur/trackback/" title="trackback url"></a>
</em>
<a href="https://picasaweb.google.com/lh/photo/1FoVAk0rDtXNE5OOwZRnDA?feat=embedwebsite"><br /></a><span id="more-302"></span>
<a href="https://picasaweb.google.com/lh/photo/BaLtaorowUig2Di04fXNqA?feat=embedwebsite"><img alt="" height="266" src="https://lh4.googleusercontent.com/-oOj0shtkjUw/S-fZ0oeCN_I/AAAAAAAAAmA/XDEO3fp-1Ys/s400/DSC_0008_CaringinTilu.JPG" width="400" /></a><br />
<a href="https://picasaweb.google.com/lh/photo/O6ja_pn7zTdOwRAwVXCGuA?feat=embedwebsite"><br /></a>
:: Pemandangan di sekitar Caringin Tilu ::<br />
Anda dapat menikmati baik suasana malam atau pun pagi di Caringin
Tilu. Sambil menikmati alam ataupun view Kota Bandung, Anda dapat
memesan aneka makanan dan minuman yang dijajakan di warung-warung yang
berderet rapi apakah mie rebus/goreng, jajanan pasar, bandrek, dan
banyak lagi.<br />
<a href="https://picasaweb.google.com/lh/photo/fv-JKYh0-TrJxm2w4gFO4w?feat=embedwebsite"><img alt="" height="266" src="https://lh5.googleusercontent.com/-V8c9hpDnVIQ/S-fZfwJ6-1I/AAAAAAAAAl4/I0o1F0PMKC4/s400/DSC_0006_CaringinTilu.JPG" width="400" /></a><br />
:: Banyak warung makan menjajakan aneka makanan dan minuman ::<br />
<br />
<a href="https://picasaweb.google.com/lh/photo/O6ja_pn7zTdOwRAwVXCGuA?feat=embedwebsite"><img alt="" height="266" src="https://lh4.googleusercontent.com/-8lqySfNpfkw/S-fZUHKUCYI/AAAAAAAAAl0/C27Kz6PM948/s400/DSC_0005_CaringinTilu.JPG" width="400" /></a><br />
Untuk menuju ke tempat ini, Anda dapat menggunakan kendaraan baik
roda dua maupun roda empat karena akses jalan ke sana sudah beraspal
cukup baik sebagaimana terlihat di dalam foto di atas. Dari Jalan
Surapati atau Jalan PHH Mustofa, Anda masuk ke Jalan Padasuka dan ikuti
jalan utama sampai kurang lebih 5 km. Selamat berpetualang di kawasan
pegunungan di kawasan Bandung Timur.<br />
<br />
sumber : http://ayowisata.wordpress.comlagulamakuhttp://www.blogger.com/profile/16409840254823396267noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1324475725353838825.post-85194140906765657772012-10-22T14:23:00.002+07:002012-10-22T14:24:10.040+07:00Kawah Domas – Gunung Tangkuban Parahu<h2>
<span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: small;">Sekitar 1 km sejak meninggalkan gerbang utama obyek wisata alam
Gunung Tangkuban Parahu, kita akan menemui parkiran pertama yang ramai
oleh pengunjung. Ya .. para pengunjung hendak mengunjungi salah satu
kawah Gunung Tangkuban Parahu yaitu Kawah Domas. Untuk menuju ke sana
dari tempat ini, pengunjung harus jalan kaki sejauh 1.2 km.</span></span></h2>
<em class="info"><a href="http://ayowisata.wordpress.com/2009/04/02/kawah-domas-gunung-tangkuban-parahu/trackback/" title="trackback url"></a>
</em>
<a href="http://picasaweb.google.co.uk/lh/photo/QxitpOzwFDx8xhznoauOgg"><img alt="" src="http://lh6.ggpht.com/ybandung/SOS_dAj1s5I/AAAAAAAABO4/pZjV__mvlq0/s400/P1010023.JPG" /></a><br />
Alternatif lain adalah dengan jalan kaki yang juga sejauh 1.2 km dari
pelataran parkir obyek utama Kawah Ratu. Pengalaman saya bersama Om
Yosi ke Kawah Domas adalah melalui jalan ini. Jalan menuju Kawah Domas
sangat sepi, jarang sekali berpapasan dengan pengunjung lain, didominasi
oleh jalan menurun. Pengunjung lebih suka melalui jalur pertama karena
kondisi jalan relatif lebih datar.<span id="more-60"></span><br />
<a href="http://picasaweb.google.co.uk/lh/photo/pMXtpkQJnZeioE8Fl2ob0w"><img alt="" src="http://lh3.ggpht.com/ybandung/SOS_c5XPTsI/AAAAAAAABOY/zVjobhXRjAs/s400/P1010339.JPG" /></a><br />
Tidak jauh dari pertemuan kedua jalur menuju Kawah Domas, kita akan
sampai di warung yang menjual makanan, karya seni, dan juga telur ayam
mentah bagi pengunjung yang ingin merebusnya di kawah. Sambil
beristirahat kita dapat menikmati pemandangan kawah dari atas. Memandang
jauh ke depan, kita dapat menikmati pemandangan kebuh teh di wilayah
Kabupaten Subang.<br />
<a href="http://picasaweb.google.co.uk/lh/photo/Qx6aoInF-C5soHUedXaODA"><img alt="" src="http://lh5.ggpht.com/ybandung/SOS_c44VFGI/AAAAAAAABOg/Ho0lAnA0udE/s400/P1010344.JPG" /></a><br />
Yuk kita turun ke kawah sana. Rupanya banyak pengunjung yang
mendatangi kawah berasap itu. Oh ternyata sebuah kawah kecil dengan
semburan air panas. Di sinilah pengunjung dapat merebus telur ayam untuk
kemudian dapat dinikmati di tempat. Asik ya ..<br />
<br />
<a href="http://picasaweb.google.co.uk/lh/photo/oYlDjt7dHtmBz0sgveuCvg"><img alt="" src="http://lh4.ggpht.com/ybandung/SOS_c2nkb-I/AAAAAAAABOw/6f-6HCOOkIg/s400/P1010035.JPG" /></a><br />
<br />
<a href="http://picasaweb.google.co.uk/lh/photo/NW9SXoVzHVnDVUnOm9UwEQ"><img alt="" src="http://lh3.ggpht.com/ybandung/SOS_czsXksI/AAAAAAAABOo/GHZfUnU9HEU/s400/P1010064.JPG" /></a><br />
<a href="http://picasaweb.google.co.uk/lh/photo/oYlDjt7dHtmBz0sgveuCvg"><br /></a>
Nah jika kita sudah puas bermain di tengah kawah, kita dapat
beristirahat di warung-warung makan di samping kawah, tentunya sambil
menikmati pemandangan alam Kawah Domas, Gunung Tangkuban Parahu.<br />
<br />
sumber : http://ayowisata.wordpress.com<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<a href="http://picasaweb.google.co.uk/lh/photo/QxitpOzwFDx8xhznoauOgg"><br /></a>lagulamakuhttp://www.blogger.com/profile/16409840254823396267noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1324475725353838825.post-27389002490962059822012-10-22T12:41:00.000+07:002012-10-22T12:41:28.600+07:00Pulau Kemaro, Hiasan di Tengah Sungai Musi<h1>
</h1>
<div class="wp-caption alignleft" id="attachment_334559" style="width: 310px;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSf9uXaU2z5HTUzwJ_-Td8LGBNkRFWg5puI6-xcNO26tQvYo64p6B_vp_-IpwAS7yxYVRR3W_AacPqDQr3fv9vzR3GtDLgGn8eYaQAgZwfJ_Xa5-z456Z_1MN_-YAD78tiEsvRhY3vPx8/s1600/Pulau-Kemaro.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSf9uXaU2z5HTUzwJ_-Td8LGBNkRFWg5puI6-xcNO26tQvYo64p6B_vp_-IpwAS7yxYVRR3W_AacPqDQr3fv9vzR3GtDLgGn8eYaQAgZwfJ_Xa5-z456Z_1MN_-YAD78tiEsvRhY3vPx8/s320/Pulau-Kemaro.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="wp-caption-text" style="text-align: center;">
Pagoda
sembilan tingkat, dan pagoda 5 tingkat menjadi objek wisata di Pulau
Kemaro, selain bangunan Klenteng yang dominana bernuansa merah.
(Rahmayulis Saleh/JIBI/Kabar24)</div>
</div>
PALEMBANG– Jika Anda mengunjungi ibukota Sumatra Selatan, ada satu tempat yang layak dikunjungi, yaitu Pulau Kemaro.<br />
Pulau ini terletak di tengah Sungai Musi, Palembang. Anda dapat menikmati beberapa bangunan sebagai salah satu objek wisata.<br />
Di atas daratan yang cukup luas dan banyak tumbuh pohon-pohon besar,
terdapat bangunan Pagoda setinggi 9 tingkat, dengan desain warna-warni
mencolok khas Tionghoa, dengan dominan warna merah dan kuning.
Disampingnya ada patung Buddha.<br />
Di bagian depan pulau ada bangunan gedung yang merupakan Klenteng
tempat sembahyang umat Buddha. Di dalamnya ada makam Putri Siti Fatimah,
yang tenggelam di Sungai Musi di jaman dulu.<br />
“Makam itu sebagai simbolis saja,” kata Linda, pengurus Pulau Kemaro yang sejak 1969 sudah tinggal di pulau ini.<br />
Untuk menuju Pulau Kemaro, Anda dapat melalui jalur sungai dengan naik perahu motor menyusuri Sungai Musi, Palembang.<br />
Perahu motor sudah menunggu penumpang di dekat Jembatan Ampera, yang
membelah Sungai Musi. Penumpang yang berjumlah 10 orang, mulai merasakan
serunya berperahu mengarungi sungai yang cukup lebar, panjang, dan
dalam itu.<br />
Di sepanjang jalur sungai yang berair agak coklat ini, tampak
kapal-kapal besar dan tongkang yang sedang sandar. Alat transportasi
laut itu, merupakan salah satu pendukung utama perekonomian di daerah
ini.<br />
Sekitar setengah jam berperahu motor dari Jembatan Ampera, Anda dapat mencapai Pulau Kemaro.<br />
Legenda pulau ini menceritakan seorang Putri Raja bernama Siti
Fatimah yang disunting oleh seorang saudagar Tionghoa bernama Tan Bun An
pada zaman kerajaan Palembang. Siti diajak ke daratan Tiongkok untuk
mengunjungi mertuanya. Ketika pulang ke Palembang, dia diberi hadiah 7
guci.<br />
Sampai di perairan Musi dekau Pulau Kemaro, Tan Bun mau melihat guci
tersebut dan dia kaget karena isinya adalah sayur sawi asin, lalu
langsung dibuangnya ke sungai.<br />
Namun, saat guci terakhir hendak dibuang, guci tersebut pecah dan
isinya beragam hadiah. Tan Bun pun langsung meloncat ke sungai, beserta
dua pengawalnya, untuk mencari hadiah yang telah dibuangnya. Tak lama
kemudian, Siti Fatimah pun ikut meloncat. Mereka semua tidak pernah lagi
muncul kepermukaan karena tenggelam.<br />
Untuk mengenang legenda tersebut, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Palembang menjadikan Pulau Kemaro sebagai salah satu objek wisata.<br />
“Setiap tahun baru China pulau ini banyak didatangi pengunjung.
Sampai penuh. Mereka melakukan kegiatan sakral seperti sembahyang,” ujar
ujar Karyanto, Corporate Communications Manager Dexa Group di
Palembang. Dia mengatakan sudah lima kali berkunjung ke pulau ini<br />
<br />
sumber : http://www.harianjogja.comlagulamakuhttp://www.blogger.com/profile/16409840254823396267noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1324475725353838825.post-72150198818302666362012-10-22T09:22:00.000+07:002012-10-22T09:22:24.170+07:00Taman Wisata Alam Gunung Meja<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4hEbgPI02W34L-jnd189mamQ6Q87WK7ujO7z_-KGLUVIaGlulCZkQFvVwo0dwuytRHTpZQ52z4vdn3F4lqVDW7eoCUvXZNveJ5kP4IWXAEpvR4uneGJC-Gp1pLm2uUYIQZO1-aL7KHjM/s1600/images.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4hEbgPI02W34L-jnd189mamQ6Q87WK7ujO7z_-KGLUVIaGlulCZkQFvVwo0dwuytRHTpZQ52z4vdn3F4lqVDW7eoCUvXZNveJ5kP4IWXAEpvR4uneGJC-Gp1pLm2uUYIQZO1-aL7KHjM/s1600/images.jpeg" /></a></div>
<h2>
<span style="font-weight: normal;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Selain Raja Ampat yang menjadi<em> icon </em>unggulan
bagi pariwisata di Papua Barat, ada juga wisata alam Gunung Meja yang
terletak di tengah-tengah kota Manokwari. Disebut sebagai Gunung Meja,
karena puncak taman wisata alam tersebut terlihat datar menyerupai
sebuah meja. Pemandangan datar yang dimaksudkan diperoleh dari
sekumpulan pohon yang memiliki ketinggian serta tingkat kerapatan hampir
sama, sehingga bila dilihat dari jarak yang cukup jauh akan terlihat
seperti sebuah meja yang datar.</span></span></span></h2>
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">Selain dijadikan sebagai tempat rekreasi, taman wisata alam Gunung
Meja ini juga berfungsi sebagai hutan lindung. Berbagai macam flora
hutan tropis dengan bentuk yang unik siap memanjakan para pengunjung
yang berada di obyek wisata tersebut. Jadi, tidak salah bila banyak
wisatawan yang semakin penasaran untuk melihat kekayaan alam Gunung
meja, sebab selain bisa menikmati suasana hutan yang masih asri,
pengunjung juga memiliki kesempatan untuk menikmati indahnya pemandangan
Kota Manokwari dari puncak ketinggian.</span></span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;">sumber : <cite><span class="bc">bisnisukm.com</span></cite></span></span>lagulamakuhttp://www.blogger.com/profile/16409840254823396267noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1324475725353838825.post-60580444850196207622012-10-22T09:12:00.000+07:002012-10-22T09:12:17.839+07:00Benteng Belgica<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjN4n865o974WGVA8mG7OIBZ7ifD5lQHCbc6NWA_LgW0W_9MBoKnOkjF1R83PS3UsLxTM_ZEUUbS-X2huI6Y4nTBlWrNyN8pS5V0otuX8f9SeUTaz2NhfDxSbljZ-GcDb7J27G59oOqw1o/s1600/300px-BandaBesarIslandSeenFromFortBelgica.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjN4n865o974WGVA8mG7OIBZ7ifD5lQHCbc6NWA_LgW0W_9MBoKnOkjF1R83PS3UsLxTM_ZEUUbS-X2huI6Y4nTBlWrNyN8pS5V0otuX8f9SeUTaz2NhfDxSbljZ-GcDb7J27G59oOqw1o/s1600/300px-BandaBesarIslandSeenFromFortBelgica.JPG" /></a></div>
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Pulau <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Banda_Besar&action=edit&redlink=1" title="Banda Besar (halaman belum tersedia)"><span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Banda Besar</span></a> dilihat dari
benteng Belgica</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGqZyEY3NH0uzhNbSy9vAsDVA5YvERk6gglbnE07UFkS5OVIGY1Zm3J7PbwDcubAVDXqxMDNWNjRACoj0ikoMaTfiKrrZd2fsmX8gvjSUqrH544RfMQWqY2tqD44OUbtvzGsmXMCjndYE/s1600/300px-Fort_Belgica_01.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGqZyEY3NH0uzhNbSy9vAsDVA5YvERk6gglbnE07UFkS5OVIGY1Zm3J7PbwDcubAVDXqxMDNWNjRACoj0ikoMaTfiKrrZd2fsmX8gvjSUqrH544RfMQWqY2tqD44OUbtvzGsmXMCjndYE/s1600/300px-Fort_Belgica_01.JPG" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;}
</style>
<![endif]-->
</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Benteng
Belgica</span></b></div>
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">
</span></b><br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Benteng
Belgica</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"> pada
awalnya adalah sebuah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Benteng" title="Benteng"><span style="color: windowtext;">benteng</span></a> yang dibangun
oleh bangsa <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Portugis" title="Portugis"><span style="color: windowtext;">Portugis</span></a> pada abad 16 di <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pulau_Neira&action=edit&redlink=1" title="Pulau Neira (halaman belum tersedia)"><span style="color: windowtext;">Pulau
Neira</span></a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Maluku" title="Maluku"><span style="color: windowtext;">Maluku</span></a>. Lama setelah itu, di lokasi benteng
Portugis tersebut kemudian dibangun kembali sebuah benteng oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/VOC" title="VOC"><span style="color: windowtext;">VOC</span></a>
atas perintah Gubernur Jendral <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pieter_Both" title="Pieter Both"><span style="color: windowtext;">Pieter Both</span></a> pada tanggal 4 September 1611.
Benteng tersebut kemudian diberi nama Fort Belgica, sehingga pada saat itu,
terdapat dua buah benteng di Pulau Neira yaitu; Benteng Belgica dan <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Benteng_Nassau&action=edit&redlink=1" title="Benteng Nassau (halaman belum tersedia)"><span style="color: windowtext;">Benteng
Nassau</span></a>. Benteng ini dibangun dengan tujuan untuk menghadapi
perlawanan masyarakat Banda yang menentang monopoli perdagangan pala oleh VOC.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Pada tanggal
9 Agustus 1662, benteng ini selesai diperbaiki dan diperbesar sehingga mampu
menampung 30 – 40 serdadu yang bertugas untuk menjaga benteng tersebut.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Kemudian
pada tahun 1669, benteng yang telah diperbaiki tersebut dirobohkan, dan
sebagian bahan bangunannya digunakan untuk membangun kembali sebuah benteng di
lokasi yang sama. Pembangunan kali ini dilaksanakan atas perintah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Cornelis_Speelman" title="Cornelis Speelman"><span style="color: windowtext;">Cornelis Speelman</span></a>. Seorang insinyur bernama
<a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Adriaan_Leeuw&action=edit&redlink=1" title="Adriaan Leeuw (halaman belum tersedia)"><span style="color: windowtext;">Adriaan
Leeuw</span></a> ditugaskan untuk merancang dan mengawasi pembangunan benteng
yang menelan biaya sangat besar ini. Selain menelan biaya yang sangat besar
(309.802,15 Gulden), perbaikan kali ini juga memakan waktu yang lama untuk
meratakan bukit guna membuat pondasi benteng yaitu sekitar 19 bulan. Biaya yang
besar tersebut juga disebabkan karena banyak yang dikorupsi oleh mereka yang
terlibat dalam perbaikan benteng ini. Akhirnya benteng ini selesai pada tahun
1672.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Sepuluh
tahun kemudian komisaris <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Robertus_Padbrugge&action=edit&redlink=1" title="Robertus Padbrugge (halaman belum tersedia)"><span style="color: windowtext;">Robertus
Padbrugge</span></a> ditugaskan untuk memeriksa pembukuan pekerjaan tersebut,
tetapi ia tidak berhasil dalam tugasnya tersebut. Hal ini dikarenakan banyak
tuan tanah yang beranggapan bahwa biaya tersebut tidak terlalu besar jika
dibandingkan dengan hasilnya, sebuah benteng yang hebat dan mengagumkan. Karena
hal tersebut, Padbrugge menghentikan penyelidikannya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Walaupun
benteng tersebut dikatakan sangat hebat dan mengagumkan, tetapi masalah
bagaimana untuk mencukupi kebutuhan air dalam benteng masih juga belum
terpecahkan. Setelah menimbang-nimbang apakah akan menggali sebuah sumur atau
membuat sebuah bak penampungan air yang besar atau membuat empat buah bak penampungan
air yang lebih kecil, akhirnya diputuskan untuk menggali sebuah sumur di dekat
benteng dan menghubungkannya dengan sebuah bak penampung air berbentuk oval
yang dibuat di tengah halaman dalam benteng.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Pada tahun
1795, benteng ini dipugar oleh <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Francois_van_Boeckholtz&action=edit&redlink=1" title="Francois van Boeckholtz (halaman belum tersedia)"><span style="color: windowtext;">Francois van Boeckholtz</span></a>—Gubernur Banda yang
terakhir. Pemugaran ini dilaksanakan juga di beberapa benteng-benteng lain
sebagai persiapan untuk menghadapi serangan Inggris. Satu tahun kemudian,
tepatnya pada tanggal 8 Maret 1796, benteng Belgica diserang dan berhasil
direbut oleh pasukan Inggris. Dengan jatuhnya benteng ini, Inggris dengan mudah
dapat menguasai Banda. Pada tahun 1803 dilaporkan, setiap kali ada satu kapal
yang berlabuh, diadakan upacara band militer setiap jam 5 pagi dan jam 8 malam
di benteng Belgica dan Nassau. Setiap hari Kamis dan Senin dilakukan pawai
militer pada jam 6.30 pagi. Pergantian jaga dilakukan setiap pagi, siang dan
malam pada kedua benteng tersebut, sehingga hampir setiap jam masyarakat yang
tinggal dekat kedua benteng tersebut dapat melihat parade militer dan
mendengarkan musik dari band militer. Benteng Belgica telah dicalonkan untuk
menjadi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Situs_Warisan_Dunia_UNESCO" title="Situs Warisan Dunia UNESCO"><span style="color: windowtext;">Situs Warisan
Dunia UNESCO</span></a> sejak tahun 1995.</span></div>
<br /><br />
sumber : http://id.wikipedia.orglagulamakuhttp://www.blogger.com/profile/16409840254823396267noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1324475725353838825.post-60705729281508921682012-10-22T08:59:00.001+07:002012-10-22T08:59:42.017+07:00'Ladang Rapa' Negeri Ajaib dari China<h1 class="head-title">
<img alt="Ladang Rapa Negeri Ajaib dari China" height="250" src="http://media.infospesial.net/image/news/p/ladang-rapa-negeri-ajaib-di-negri-china.jpg" title="Ladang Rapa Negeri Ajaib dari China" width="500" /><span class="source-headline"><br /></span></h1>
<div class="detail-headline-socmed">
<div class="detail-socmed">
</div>
<div class="detail-socmed">
Pernahkah
Anda melihat film Alice in Woderland ? dimana menunjukan negeri ajaib
yang begitu indah, hal ini seolah menjadi nyata jika Anda berkunjung ke
ladang rapa (rapeseed) di Luoping, Cina.</div>
</div>
<div class="detail-desc">
<br />Ketakjuban ini pun
diutarakan oleh fotografer Jerman Anne Berlin. Pertama kali menginjakan
kaki di ladang rapa ia pun begitu tercengang melihat pemandangan
tersebut sampai-sampai ia lupa mengambil foto.<br />
"Saya tak pernah
melihat sesuatu yang seperti ini. Sangat mengagumkan. Saat saya berjalan
di lanskap menakjubkan ini, saya merasa seperti Alice di Negeri Ajaib",
tuturnya melansir dari<em> Yahoo! News.<br /><br /><img alt="" src="http://media.infospesial.net/image/p/2012/10/3a041-rapessed1.jpg" style="display: block; margin-left: auto; margin-right: auto;" /></em><br />
Keindahan
ladang rapa diwakilkan dengan dua warna yaitu kuning dan cokelat.
Kuning menggambarkan ladang bungan yang membentang luas dimana
disekitarnya menjulang bukit-bukit tinggi yang berwarna cokelat.<br /><br />"Seperti
berenang di kolam bunga kuning. Saya tak akan melupakan hari yang
menyenangkan dan mengagumkan ini. Benar-benar luar biasa. Anda harus
melihatnya sendiri", lanjutnya.<br />
Kala itu, Berlin sedang melakukan
tur foto di Yunnan pada bulan Maret saat mengambil gambar-gambar ini.
Karena cuaca yang kurang bersahabat, Berlin pun harus memanjat bukit
untuk mendapatkan gambar yang bagus dengan didukung kamera Canon 5D Mark
II, 17-40mm dan 70-200mm.<br />
"Dua hari terakhir kami tinggal di Luoping, sekitar 200 km timur Kunming, untuk mengambil foto ladang rapa", kata dia.<br />
"Cuacanya tidak bagus untuk mengambil foto karena berkabut. Untuk mengambil gambar ini, kami harus memanjat bukit tinggi."<br />
<div class="news_copy">
(rha)</div>
<div class="news_copy">
sumber : http://www.infospesial.net</div>
</div>
lagulamakuhttp://www.blogger.com/profile/16409840254823396267noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1324475725353838825.post-31189202267641621932012-09-29T21:49:00.000+07:002012-09-29T21:49:46.599+07:00Pulau berhala
<div style="text-align: center;">
<img height="300" src="http://disporabudpar.jambikota.go.id/images/seputar_jambi/800px-BERHALA_ISLAND_2.jpg" width="400" /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
Pulau Berhala adalah sebuah pulau di Jambi, Indonesia[1]. Pulau ini
merupakan pulau terluar Indonesia di Selat Malaka, Pulau yang kaya akan
hutan akar bahar ini menyimpan berbagai jenis terumbu karang (Intertidal
Coral Reef dan Karang Tengah) dalam radius 200 M dari bibir pantai yang
tidak kurang dari 22 spesies dan jenis ikan karang dapat terlihat dari
11 spesies, bila anda menyelam kesana. Luasnya adalah 2,5 km². Berhala
memiliki topografi bergunung dengan hutan lebat dan pantai yang putih
bersih. Pada awal dan akhir tahun, pantai Pulau Berhala menjadi tempat
persinggahan penyu untuk bertelur. Pulau yang kaya akan hutan akar bahar
ini menyimpan berbagai jenis terumbu karang (Intertidal Coral Reef dan
Karang Tengah) dalam radius 200 M dari bibir pantai yang tidak kurang
dari 22 spesies dan jenis ikan karang dapat terlihat dari 11 spesies,
bila anda menyelam kesana.<br />Nama pulau Berhala ini diambil dari nama raja Jambi dahulu yaitu Datuk Paduko Berhala yang makamnya terdapat di pulau itu.<br />Pulau
Berhala cukup unik di lihat dari namanya saja sudah memberi kesan
tersendiri. Luas pulau berkisar 2,5 Hektar. Kondisi pulau sangat alami
dan belum memiliki penduduk. Saat ini pulau di jaga oleh Tentara
Nasional Indonesia Angakatan Laut<br />Saat ini sudah terdapat fasilitas
berupa resort, pemancingan, wahana untuk permainan laut maupun Hotel
untuk para wisatawan yang berkunjung ke sana<br />
<br />
sumber : http://disporabudpar.jambikota.go.id<br />
lagulamakuhttp://www.blogger.com/profile/16409840254823396267noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1324475725353838825.post-35230064223238319542012-09-29T21:45:00.003+07:002012-09-29T21:46:06.583+07:00Gua Tiangko
<div class="art-postcontent">
<div class="art-article">
<div style="text-align: center;">
<img height="266" src="http://disporabudpar.jambikota.go.id/images/seputar_jambi/gua_tiangko.jpg" width="400" /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="border: 0px none; color: #333333; font-family: Tahoma, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px; margin-bottom: 1.5em;">
Tidak
jauh dari Sungai Manau Anda dapat menemukan wisata Gua Tiangko. Gua
Tiangko terletak di Desa Tiangko, Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten
Merangin, Jambi atau sekitar 9 km dari Sungai Manau. </div>
<div style="border: 0px none; color: #333333; font-family: Tahoma, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px; margin-bottom: 1.5em;">
Bukan
hanya Gua Tiangko yang berada di Desa Tiangko, tetapi juga beberapa gua
lainnya. Konon dahulu daerah ini dijadikan tempat tinggal manusia
purba. Gua Tiangko salah satunya, gua ini dahulu di tempati oleh
sekelompok manusia purba, 9000 tahun silam. Keadaan dalam gua sama
seperti gua lainnya, terdapat stalaktit dan stalagmit. </div>
<div style="border: 0px none; color: #333333; font-family: Tahoma, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px; margin-bottom: 1.5em;">
Untuk
sampai ke lokasi ini sama seperti menuju Sungai Manau Anda dapat
menempuh dari Jambi untuk menuju Kota Bangko kemudian di lanjutkan
menuju Desa Air Batu, jarak yang harus ditempuh selama perjalanan ini
sekitar 330 km dalam waktu 4,5 jam. Anda dapat menggunakan mobil atau
bus.</div>
<div style="border: 0px none; color: #333333; font-family: Tahoma, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19px; margin-bottom: 1.5em;">
sumber : http://disporabudpar.jambikota.go.id</div>
</div>
</div>
lagulamakuhttp://www.blogger.com/profile/16409840254823396267noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1324475725353838825.post-1306137727376494042012-09-29T21:44:00.000+07:002012-09-29T21:44:28.319+07:00Air Terjun Sei Letung
<div style="text-align: center;">
<img src="http://disporabudpar.jambikota.go.id/images/seputar_jambi/airterjunsgletung.jpg" width="300" /></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<br />Lokasi<br />
Terletak di Dusun Muara Buat, Desa Sungai Letung, Kecamatan Bathin III Ulu, Kabupaten Bungo, Propinsi Jambi. <br />
Peta dan Koordinat GPS:<br />
Aksesbilitas<br />
Berjarak sekitar 50 km atau sekitar 4 jam perjalanan dari pusat
ibukota kabupaten Bungo, Muara Bungo. Kondisi jalan menuju kecamatan
Bathin III Ulu sudah cukup baik dengan jalan beraspal. Hanya beberapa
kilometer masih berupa jalan berkerikil tajam. Selanjutnya perjalanan
diteruskan ke Sungai Letung yang berjarak 3 km dengan melewati
hutan-hutan yang masih alami. Dan terakhir perjalanan diteruskan ke
lokasi air terjun.<br />
<br />
sumber : http://disporabudpar.jambikota.go.idlagulamakuhttp://www.blogger.com/profile/16409840254823396267noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1324475725353838825.post-37532493051250238092012-09-24T14:06:00.001+07:002012-09-24T14:06:48.813+07:00Cerita Tentang Triton dan Irish<h2>
oleh: <a href="http://travel.detik.com/aci/detailuser/47/10323/0">Yakub Hari Kristianto</a>
</h2>
<div class="galleryview fl">
<img src="http://images.detik.com/customthumb/2011/12/09/1274/img_20111209221937_4ee22709b4715.jpg?w=600" width="480" />
<div class="caption">
Tebing</div>
</div>
<h3>
Foto Selengkapnya</h3>
<div class="morefoto">
<a href="http://travel.detik.com/aci/read/2011/12/09/222038/1787724/1274/cerita-tentang-triton-dan-irish/1">
<img alt="Tebing" class="thumb" height="85px" src="http://images.detik.com/customthumb/2011/12/09/1274/img_20111209221937_4ee22709b4715.jpg?w=120" style="margin-left: 10px;" width="100px" />
</a>
<a href="http://travel.detik.com/aci/read/2011/12/09/222038/1787724/1274/cerita-tentang-triton-dan-irish/2">
<img alt="Karang Namatota" class="thumb" height="85px" src="http://images.detik.com/customthumb/2011/12/09/1274/img_20111209221638_4ee2265654060.jpg?w=120" style="margin-left: 10px;" width="100px" />
</a>
<a href="http://travel.detik.com/aci/read/2011/12/09/222038/1787724/1274/cerita-tentang-triton-dan-irish/3">
<img alt="Monumen Fort du Bus" class="thumb" height="85px" src="http://images.detik.com/customthumb/2011/12/09/1274/img_20111209221657_4ee2266981935.jpg?w=120" style="margin-left: 10px;" width="100px" />
</a>
<a href="http://travel.detik.com/aci/read/2011/12/09/222038/1787724/1274/cerita-tentang-triton-dan-irish/4">
<img alt="Pagi di Triton" class="thumb" height="85px" src="http://images.detik.com/customthumb/2011/12/09/1274/img_20111209221638_4ee22656b5d22.jpg?w=120" style="margin-left: 10px;" width="100px" />
</a>
<a href="http://travel.detik.com/aci/read/2011/12/09/222038/1787724/1274/cerita-tentang-triton-dan-irish/5">
<img alt="Jalan Desa Lobo" class="thumb" height="85px" src="http://images.detik.com/customthumb/2011/12/09/1274/img_20111209221706_4ee2267230466.jpg?w=120" style="margin-left: 10px;" width="100px" />
</a>
</div>
Pagi itu kami meninggalkan Mai-Mai menuju Lobo, cuaca yang cerah
menyambut kami. Kami menyempatkan mampir menuju situs purbakala lainnya
yang berada tidak jauh dari Mai-Mai. Kami menyusuri teluk dengan air
yang sangat tenang, dan di sepanjang perjalanan banyak sekali ikan puri
serta ikan-ikan lainnya. Terumbu-terumbu karang terlihat tumbuh di
perairan dangkal.<br />
Tiba sudah kami di situs purbakala tersebut, ternyata lukisannya
berada di dinding batuan yang banyak sekali menggambarkan hewan-hewan
yang hidup disekitarnya serta disitu juga digambarkan si hiu paus. Tidak
bagaimana caranya mereka menaiki tebing-tebing curam tersebut dan
melukisnya dengan sangat baik. Di sepanjang perjalanan terdapat
pulau-pulau kecil dan perairan dangkal yang banyak menyimpan
keanekaragaman yang belum tergali dengan maksimal.<br />
Ketika kami di Namatota, berhentilah kapal di sebuat batuan karst
yang terbentuk dari kerang-kerang kecil. Wooooaaaaahh, banyak sekali
terumbu karang yang sangat indah dan ikan-ikan warna-warni yang
menakjubkan. Saya dan Bang Donny menyempatkan untuk berenang di
sekitarnya, dan sangatlah tenang sekali perairannya.<br />
Setelah puas bermain snorkeling, saya naik ke atas karang dan sial
bagi saya karena kaki tangan saya robek. Lumayan banyak juga darah yang
mengucur, bagi saya cukup untuk menjadi kenangan di Namatota. Di sekitar
karang tersebut banyak sekali ular laut, saya sendiri sempat dikejar 2
ekor saat bersnorkeling disana.<br />
Hari semakin siang, kami harus cepat-cepat mencapai Lobo sebelum sore
hari. Kole-kole melaju dengan cepat menyusuri teluk Namatota, dan
ketika sampai di persimpangan suatu tanjung yang gelombangnya sangat
keras. Cukup menegangkan perjalanan menuju Lobo, harus melewati celah
kecil mirip sekali seperti petualangan Indiana Jones.<br />
Ternyata kira sudah memasuki daerah Teluk Triton, celah tadi
merupakan pintu gerbang. Sebuah kapal phinisi putih terlihat dari
kejauhan, ternyata rombongan orang asing sedang berlibur. Menurut salah
satu guide kami, Enos : Kapal itu datangnya dari Raja Ampat atau Lombok
atau Bali yang langsung menuju Teluk Triton.<br />
Setelah melewati celah lagi, sampai sudah kami di desa Lobo. Walau
cuaca mulai berubah dan awan semakin hitam, gerimis datang serta
gelombang semakin keras. Dari kejauhan nampak pegunungan yang berjejer
rapi, tinggi menjulang tertutup awan. Teluk Triton yang sangat menjorok
ke dalam seperti danau, tibalah kami di Lobo.<br />
Desa Lobo sangat bersih, ketika kami menuju rumah bapak kepala desa.
Terlihat warga bergotong royong memotong kayu, tak jauh situ terdapat
Puskesmas Inap 24 jam dan terdapat dokter jaga. Di tempat bapak kepala
desa, kami minta ijin untuk tinggal di Lobo. Ternyata Desa Lobo memiliki
penginapan untuk umum, namanya penginapan Garuda. Waktu itu ada seorang
turis dari Amerika yang sudah lama menetap di Indonesia sedang berlibur
di Triton juga. Hari itu sebenarnya dia ingin kembali menuju Kaimana,
namun cuaca tiba-tiba datang dengan tidak bersahabat.<br />
Selesai memasukan barang bawaan, kami makan dan istirahat sejenak
karena perjalanan yang menegangkan bagi kami. Datangnya malam membuat
kami terbangun, dan listrik tidak nyala. Usut punya usut, ternyata
petugasnya sedang pergi ke kota jadi malam itu kami harus menghidupkan
generator.<br />
Setelah listrik menyala, bersama dengan Om Samuel yang merupakan
penatua Desa Lobo, bercerita tentang sejarah Lobo yang satu suku dengan
warga Mai-Mai yaitu suku Maerasih. Dulunya di Lobo terdapat burung
garuda, yang selama ini kita kenal sebagai burung mitos ternyata menurut
warga Lobo itu merupakan burung yang nyata. Lobo dulunya merupakan
benteng Belanda, karena pertama kalinya Belanda ke Papua memasuki Lobo.<br />
Terdapat monumen Belanda di Lobo, namanya Fort du Bus dengan tanggal
24 Agustus 1928 untuk menandai pertama kalinya Belanda mendarat di
Papua.Nama itu diambil dari gubernur jenderal Belanda saat itu L.P.J
Burggraaf du Bus de Gisignies. Benteng itu ditinggalkan Belanda karena
serangan wabah Malaria, lalu mereka berpindah menuju Manokwari.<br />
Teluk Triton dan Selat Irish menurut cerita warga Lobo, dulunya
berasal dari Kapal Laut Triton dan Irish yang mereka sendiri tidak tahu
dari negara mana. Jadi kapal tersebut berlabuh di teluk yang kini
dikenal dengan nama Teluk Triton sedangkan kapal yang lainnya berlabuh
di selat yang kini juga dikenal dengan Selat Irish. Bagi kami memang
nama teluk dan selat tersebut sangat asing karena namanya cenderung ke
barat-baratan. Mungkin karena dulu daerah tersebut merupakan pusat
pemerintahan awal Belanda di Papua.<br />
Teluk Triton sendiri memiliki banyak sekali binatang endemiknya,
menurut data terdapat 16 spesies endemik yang hanya ada di sana.
Sekarang daerah di Teluk Triton menjadi kawasan konservasi oleh Pemda
Kaimana bersama-sama dengan CI ( Consevation International ) dimana
tidak boleh ada tindakan menangkap ikan di beberapa daerah kantong ikan.<br />
Selain itu Triton terdapat berbagai spesies ikan hiu, menurut cerita
Om Samuel. Hiu-hiu di Triton sangat bermacam-macam, mulai dari hiu paus,
hiu gergaji, hiu macan, hiu martil, dll. Di tempat kami menginap
terdapat gigi hiu gergaji hasil buruan yang masih disimpan. Dari besar
gigi gergajinya tersebut dapat dipastikan kalau hiu gergaji tersebut
sangat besar. Ada juga buaya muara yang masih banyak berkeliaran di
teluk. Kawasan di Teluk Triton terdapat 959 jenis ikan karang dan 471
jenis karang di mana 16 dari mereka adalah spesies baru.<br />
Keindahan karang lunak adalah pemandanganan air alami di Teluk
Triton. Serta dengan mudah menemukan bryde’s paus mencari makanan. Walau
saat itu kami sendiri kurang beruntung karena sama sekali tidak
menemukan ikan-ikan tersebut Jika ingin melakukan kegiatan di Triton
mungkin agak sulit jika kita tidak membawa peralatan karena memang di
sana sama sekali belum terdapat fasilitas yang mendukung. Jika ingin
diving atau snorkeling, haruslah kita persiapkan sendiri sebab belum ada
operator diving. Padahal Triton sendiri sangatlah menarik kehidupan
bawah lautnya, nampaknya perhatian untuk sektor pariwisata kurang
diperhatikan di sana.<br />
Di sekitaran Teluk Triton terdapat pulau-pulau kecil yang bisa
digunakan untuk berkemah dan berjemur karena setiap pulau memiliki
pantai-pantai. Jika ingin climbing, kita bisa melakukannya di Triton
sebab tebingnya menurut Bang Donny sangat menantang.<br />
<br />Triton, seperti belum tertata untuk pariwisata dan sangat minim
informasi untuk ke sana. Di sana tersimpan keindahan yang membuat kami
terkesima. Jangan lupa mampir ke Selat Irish, di sana terdapat
pulau-pulau kecil dengan pantai yang sangat indah.<br />
<br />
sumber : http://travel.detik.comlagulamakuhttp://www.blogger.com/profile/16409840254823396267noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1324475725353838825.post-67329051391935519252012-09-24T14:03:00.001+07:002012-09-24T14:08:54.753+07:00Mengunjungi Muaro Jambi, Situs Candi Terluas di Indonesia<h2>
oleh: <a href="http://travel.detik.com/aci/detailuser/49/7439/0">Harris Maulana</a>
</h2>
<div class="galleryview fl">
<img src="http://images.detik.com/customthumb/2011/10/09/1274/img_20111009093030_4e910746a5f91.jpg?w=600" width="480" />
<br />
<div class="caption">
Candi Tinggi</div>
</div>
<h3>
Foto Selengkapnya</h3>
<div class="morefoto">
<a href="http://travel.detik.com/aci/read/2011/10/09/094107/1739898/1274/mengunjungi-muaro-jambi-situs-candi-terluas-di-indonesia/1">
<img alt="Candi Tinggi" class="thumb" height="85px" src="http://images.detik.com/customthumb/2011/10/09/1274/img_20111009093030_4e910746a5f91.jpg?w=120" style="margin-left: 10px;" width="100px" />
</a>
<a href="http://travel.detik.com/aci/read/2011/10/09/094107/1739898/1274/mengunjungi-muaro-jambi-situs-candi-terluas-di-indonesia/2">
<img alt="Rental Sepeda Rp 10.000.- per jam" class="thumb" height="85px" src="http://images.detik.com/customthumb/2011/10/09/1274/img_20111009093601_4e910891d88ae.jpg?w=120" style="margin-left: 10px;" width="100px" />
</a>
<a href="http://travel.detik.com/aci/read/2011/10/09/094107/1739898/1274/mengunjungi-muaro-jambi-situs-candi-terluas-di-indonesia/3">
<img alt="Keliling Situs Muaro Jambi dengan Sepeda" class="thumb" height="85px" src="http://images.detik.com/customthumb/2011/10/09/1274/img_20111009093726_4e9108e6cb144.jpg?w=120" style="margin-left: 10px;" width="100px" />
</a>
<a href="http://travel.detik.com/aci/read/2011/10/09/094107/1739898/1274/mengunjungi-muaro-jambi-situs-candi-terluas-di-indonesia/4">
<img alt="Candi Tinggi dan detikcom" class="thumb" height="85px" src="http://images.detik.com/customthumb/2011/10/09/1274/img_20111009093909_4e91094db7374.jpg?w=120" style="margin-left: 10px;" width="100px" />
</a>
</div>
<div class="MsoNormal">
Sesaat setelah tiba di Bandara Sultan Thaha Jambi
kita langsung menuju lokasi tujuan wisata yaitu Situs Percandian Muaro
Jambi yang terletak di Desa Muara Jambi, Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten
Muaro Jambi. Lokasi ini dapat ditempuh dari Kota Jambi dalam waktu 1
jam. Kami menyewa kendaraan untuk menuju lokasi candi dengan tarif Rp
300.000,-</div>
<div class="MsoNormal">
Kami cukup kaget mengetahui luas komplek situs ini
seluas 2.612 Hektar dengan jumlah candi sebanyak 82 buah yang menyebar
sepanjang 12 km di sisi Sungai Batanghari . Ini merupakan komplek situs
terluas di Indonesia. Situs ini merupakan peninggalan Melayu Kuno yang
berlatar agama Buddha Mahayana sekitar 8 M hingga 14 Masehi. Disinyalir
di Muaro Jambi ini pernah menjadi ibukota dari sebuah kerajaan kuno.</div>
<div class="MsoNormal">
Dengan membayar retribusi Rp 3.000,- kita bisa
masuk ke komplek situs candi ini. Untuk mengelilingi tempat ini kita
bisa menyewa sepeda dengan membayar Rp 10.000,- per jam. Saat masuk kita
disuguhi pemandangan indah dari Candi Tinggi. Candi ini terlihat utuh
dengan susunan batu bata yang rapi. Kita bisa naik menuju teras candi
hingga ke puncak dan bisa melihat pemandangan di sekitar candi.</div>
<div class="MsoNormal">
Lalu ada Candi Kembar Batu yang terletak kurang
lebih 250 meter dari Candi Tinggi. Pada saat pemugaran ditemukan sebuah
Gong kuno dari perunggu bertuliskan huruf China dan kini menjadi salah
satu koleksi di Musium Jambi. Selain itu ada juga Candi Vando Astano
yang memiliki 12 sisi, Candi Gedong 1 dan Gedong 2, Candi Gumpung dan
masih banyak candi lainnya. Bayangkan ada sekitar 82 candi dan masih
banyak yang belum digali. Rasanya perlu arkeolog-arkeolog muda untuk
diterjunkan ditempat ini. Masih banyak candi yang belum direkonstruksi,
rasanya pasti asyik seperti menyusun sebuah <i>puzzle</i> dan pasti ikut bangga jika dapat terlibat menguak sejarah bangsa peninggalan masa lalu.</div>
<div class="MsoNormal">
Waktu terasa begitu cepat, sudah waktunya kembali
ke Jambi karena ada jadwal lain menanti. Sungguh ini merupakan
pengalaman berharga menjelajahi situs percandian terbesar di Indonesia</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
.sumber : http://travel.detik.com</div>
lagulamakuhttp://www.blogger.com/profile/16409840254823396267noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1324475725353838825.post-23195072203636132572012-09-24T13:56:00.002+07:002012-10-22T14:28:23.627+07:00Bono: Fenomena Alam dan Legenda Seven Ghosts<h1 class="w580 ml_5" style="text-align: center;">
<span style="font-size: small;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIeW22CQpm6HdOEz2rh_ZRDlPFMIdHWdxjEqZTDSiQLdnfiBn98JO7mSipdMQVCDWPOLeL2Y-2R73u5KKW6FFix4LWYmm3AHUoPrHFcTimIvyFCQ8C2vWsnaEoeH-gclkHpwCbjBfHKNQ/s1600/images.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="276" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIeW22CQpm6HdOEz2rh_ZRDlPFMIdHWdxjEqZTDSiQLdnfiBn98JO7mSipdMQVCDWPOLeL2Y-2R73u5KKW6FFix4LWYmm3AHUoPrHFcTimIvyFCQ8C2vWsnaEoeH-gclkHpwCbjBfHKNQ/s400/images.jpeg" width="400" /></a></span></h1>
<h1 class="w580 ml_5" style="text-align: center;">
<span style="font-size: small;"> Bono Sungai Kampar</span></h1>
<h1 class="w580 ml_5">
<span style="font-size: small;">Wajah menatap ke barat yang kental
nuansa logis dan empiris mengaliri pikiran dengan kaki yang terbenam
terikat akar budaya timur yang berselimutkan misteri dan mistikal pada
intuisi. Pada setiap sabda alam yang terjelma di negara ini, perspektif
magis akan selalu mengiringi setiap paradigma ilmiah dan rasional.</span></h1>
<b></b><br />
<div style="width: 600px;">
<div class="MsoNoSpacing">
</div>
<div class="MsoNoSpacing">
</div>
<div class="MsoNoSpacing">
Pada tanggal 17-24 Maret 2011 <i>Rip Curl Team </i>yang
berjumlah 17 orang melakukan kegiatan berselancar diatas Gelombang Bono
dan sekaligus mendokumentasikan fenomena gelombang Bono di Muara Sungai
Kampar, Kecamatan Teluk Meranti Propinsi Riau agar lebih di kenal
masyarakat internasional. Beberapa nama yang sangat dikenal di dunia
peselancar terlibat pada aktivitas yang bernama Project Bono tersebut
antara lain Tom Curren (USA) Alive surfing legend and 4 times
world champ, Bruno Santos (BRZ) TOP 3 ASP South America and former ASP
WT 2010 and 2006 Junior World Champ ISA, Tyler Larronde (FRA) big media
push on 2010 and Younger Tow surfer ever/ Biillabon XXL qualification,
Dean Brady (AUS) RC Australia Official team leader, dan Oney Anwar (IND)
RC Asia Official team leader. </div>
<div class="MsoNoSpacing">
</div>
<div class="MsoNormal">
Bono merupakan nama yang diberikan oleh masyarakat Teluk Meranti kepada gelombang yang terkategori <i>Tidal Bore</i>,
yaitu fenomena hidrodinamika yang terkait dengan pergerakan massa air
dimana gelombang pasang menjalar menuju ke hulu dengan kekuatan yang
bersifat merusak. Bono menjadi terkenal karena telah cukup banyak
memakan korban jiwa dan merusakkan kapal-kapal yang sedang melintas jika
harus berpapasan tanpa mampu menghindar dengan Bono. Selama ini,
cerita-cerita yang berkembang dan berseliweran di masyarakat
menggambarkan Bono hanya sebagai fenomena alam yang mengerikan dan
menakutkan.</div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoNormal">
Legenda turun menurun yang tidak pernah
dituliskan tetapi hanya tersebar dari mulut ke mulut mengungkapkan kalau
pada awalnya Bono di Sungai Kampar berjumlah 7 ekor, kemudian salah
satu dari anak Bono mati dan menghilang karena ditembak oleh meriam
Belanda. 6 ekor Bono yang tersisa kemudian dari yang kecil hingga yang
besar pada saat-saat tertentu datang mengamuk untuk menunjukkan kekuatan
dan keberingasannya laksana induk yang marah karena kehilangan anaknya.
</div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoNormal">
Cerita lain yang berkembang adalah Bono yang
ada di sungai Kampar merupakan Bono jantan sedangkan Bono yang berada di
Sungai Kubu merupakan Bono betina. Pada musim pasang mati, Bono jantan
menemui Bono betina untuk mengajaknya bermain di selat Malaka. Jika
bulan mulai membesar mereka masing-masing kembali ke tempat asalnya,
Bono jantan mudik ke sungai Kampar dan Bono betina mudik ke sungai
Rokan. Semakin sempurna bulan di langit semakin kedua Bono bergembira
untuk berpacu dengan dahsyat menuju asalnya sehingga semakin menderu dan
bergemuruh sampai ke tempat masing-masing.</div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoNormal">
Konon katanya pada zaman Belanda, rakyat
Teluk Meranti telah sering ditantang keberaniannya oleh Belanda untuk
mengendarai kapal di atas Gelombang Bono dengan imbalan Rp. 5 yang pada
masa itu tentunya dianggap berjumlah cukup banyak. Istilah untuk
keberanian menaklukkan Bono dikenal oleh masyarakat setempat dengan <i>Bekudo Bono</i>. </div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoNormal">
Fenomena Bono yang gelombang ketinggiannya
mencapai 4-6 meter di Propinsi Riau ditemukan pada Sungai Kampar dan di
Sungai Kubu, Kabupaten Rokan Hilir. Berdasarkan kajian ilmiah, Bono
tercipta disebabkan oleh kondisi di muara sungai terjadi pendangkalan
berat sehingga saat air pasang datang dari laut maka air pasang tidak
dapat bergerak ke hulu dengan lancar tercegah oleh endapan dan bentuk
muara yang menguncup. Gelombang pasang surut yang bertemu dengan arus
sungai Kampar menyebabkan terbentuknya Bono di Muara Sungai Kampar.</div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoNormal">
Dikarenakan tidak semua muara sungai atau
teluk dapat melahirkan Gelombang Bono, maka fenomena Bono di Kecamatan
Teluk Meranti Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau menjadi pesona alam yang
dianggap unik dan menarik. Berdasarkan laporan <i>Tidal Bore Research Society</i> beberapa <i>Todal Bore</i> yang pernah terjadi di negara lain yaitu di Batang
Lumpar (Malaysia), Sungai Siene (Francis), Sungai Shubenacadie dan
Sungai Stewackie (Canada), Sungai Yang Tse-Kiang dan Sungai Hangzhou
(Hangchow) di China, Bore di Sungai Amazon <i>(pororoca) </i>di Brazil, tidal bore di Sungai Seine <i>(mascaret) </i>di Perancis, dan Tidal Bore Hoogly di Sungai Gangga. <i>Bore </i>tertinggi dari seratus kejadian yang terpantau dari 60 tempat di seluruh dunia terjadi di Buy of Fundy Kanada.</div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoNormal">
Aksi-aksi yang dipertontonkan peselancar kelas dunia di Sungai Kampar oleh <i>Rip Curl Team </i>pada
bulan maret lalu sangat berhasil memukau masyarakat Pelalawan pada
khususnya dan mampu memberikan perspektif yang berbeda dalam memandang
Bono (cuplikan videonya antara lain dapat dilihat di <a href="http://www.youtube.com/watch?v=N7RjGGizGDc&feature=related">http://www.youtube.com/watch?v=N7RjGGizGDc&feature=related</a> atau <a href="http://www.youtube.com/watch?v=oLMoHJGkrC0&feature=related">http://www.youtube.com/watch?v=oLMoHJGkrC0&feature=related</a>).
Bono di Sungai Kampar bukan lagi sesuatu yang menakutkan, akan tetapi
menjadi fenomena alam yang menyajikan keindahan berbeda dari gelombang
besar yang ada di laut. Bahkan Pemerintah Kabupaten Pelalawan semakin
terdorong untuk mengembangkan Bono sebagai aset wisata daerah, yang
tentunya untuk mewujudkannya dibutuhkan keseriusan pemerintah dan
dukungan dari berbagai pihak agar Bono layak ditampilkan sebagai bagian
dari kemolekan tubuh Indonesia.</div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoNormal">
Rasionalitas dan mistikal tidaklah melulu
untuk saling dibenturkan, masing-masing ranah memiliki tempatnya sendiri
untuk dikembangkan agar khazanah kekayaan bangsa menyeruakkan aroma
rempah-rempah wangi menggoda Indonesia yang memikat dan menebarkan
benih-benih Paling Indonesia dan<i> Indonesia Paling </i>kaya wajah, kaya bahasa, kaya budaya.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoNormal">
(Informasi dikumpulkan dari sumber sana sini, ucapan terima kasih khusus kepada Bapak Bambang Sulistyanto atas tulisannya “Fenomena Gelombang Pasang Bono di Muara Sungai Kampar”, Dinamika Teknik Sipil, Volume 9, Nomor 1, Januari 2009: 19-26)</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="MsoNormal">
Senin, 3 Mei 2011</div>
<div class="MsoNormal">
Iin Parlina, Pelajar Kehidupan</div>
<div class="MsoNormal">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIeW22CQpm6HdOEz2rh_ZRDlPFMIdHWdxjEqZTDSiQLdnfiBn98JO7mSipdMQVCDWPOLeL2Y-2R73u5KKW6FFix4LWYmm3AHUoPrHFcTimIvyFCQ8C2vWsnaEoeH-gclkHpwCbjBfHKNQ/s1600/images.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><br /></a></div>
sumber : http://regional.kompasiana.com</div>
</div>
lagulamakuhttp://www.blogger.com/profile/16409840254823396267noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1324475725353838825.post-36416273570697993982012-08-20T15:01:00.000+07:002012-08-20T15:01:27.798+07:00Air Panas Pawan
<div class="entrytext">
<a href="http://wisatarohul.files.wordpress.com/2010/05/suaman-1.jpg"><img alt="" class="alignleft size-full wp-image-15" src="http://wisatarohul.files.wordpress.com/2010/05/suaman-1.jpg?w=450" title="Suaman" /></a><br />
Air Panas Pawan terdapat di Desa Pawan Kecamatan Rambah yang luasnya 50 x 50 m.<br />
Lokasi Air Panas Pawan dapat di tempuh ± 8 km dari ibu kota Kabupaten.<br />
<span id="more-12"></span><br />
Terdapat dua sumber air panas gejala pos vulkanis, di sebelah kiri 45
– 55 derajat Celcius dan di sebelah kanan 30 – 40 derajat Celcius.
Sumber air panas ini terletak di kaki Gunung Bonsu dan mengeluarkan
materi vulkanis seperti belerang dan materi lainnya. Air panas ini
sangat digemari pengunjung, karena selain air panas, Sungai Suaman yang
mengalir di bawah pancaran air panas sangat dingin dan jernih sebagai
air pembanding.<br />
Di objek wisata ini juga disediakan kamar ganti, toilet, payung
tempat duduk dan mushollah. Dan menurut ceritanya air panas Pawan dapat
menyembuhkan penyakit kulit. Objek wisata ini biasa dikunjungi saat
liburan hari besar keagamaan.<br />
<em><a href="http://wisatarohul.files.wordpress.com/2010/05/air-panas-pawan.jpg"><img alt="" class="alignleft size-full wp-image-301" src="http://wisatarohul.files.wordpress.com/2010/05/air-panas-pawan.jpg?w=450" title="air panas pawan" /></a>Pawan
hot water lies at pawan village,Rambah Sub-Distrcit. The size is 50 x
50 m. It is ± 8 Km away from the dictrict capital that can be reached in
± 10 minutes. The pawan hot water has different heat level, in the left
is 45 – 55° C and in the right is 30 – 40° C. The water flow rate is
1.6 liter/minute . The available facilities are change room,
toilet,sitting umbrella and mushollah. The myth says that the water can
cure skin illnes and some part of the water can boil egg done. People
usually have picnic to the hot water tourism in the religious holiday.</em><br />
<br />
sumber : http://wisatarohul.wordpress.com</div>
lagulamakuhttp://www.blogger.com/profile/16409840254823396267noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1324475725353838825.post-91912506330075767062012-08-20T14:59:00.002+07:002012-08-20T15:00:00.887+07:00Makam Raja Rambah
<div class="entrytext">
<a href="http://wisatarohul.files.wordpress.com/2010/05/makam-raja-rambah.jpg"><img alt="" class="alignleft size-full wp-image-30" src="http://wisatarohul.files.wordpress.com/2010/05/makam-raja-rambah.jpg?w=450" title="Makam Raja Rambah" /></a><br />
Di daerah Kecamatan Rambah terdapat negeri tua bekas Kerajaan Rambah.<br />
<span id="more-29"></span><br />
Dahulu disini terdapat pusat kerajaan yang memiliki istana kayu, mesjid
dan rumah-rumah penduduk dengan dibangun gundukan tanah sebai benteng
tradisional daerah ini.<br />
Sekarang ini hanya terdapat bekas benteng dan beberapa Makam raja-raja
Kerajaan Rambah yang pernah berkuasa, seperti: Raja Tunggal, Kuning, T.
M. Syarif, Ayahanda T.M. Syarif, makam Imam Mhd Yunus dan beberapa
makam keturunan kerajaan dan masyarakat.<br />
Yang uniknya makam raja ke-3 kerajaan Rambah, yaitu: Tunggal Kuning
yang bergelar Dipertuan Besar di payungi oleh kayu Aro dengan dipagari
oleh urat-urat kayunya menancap ke bumi. Tempat ini terletak sekitar 8
Km dari Pasir Pengaraian.<br />
<em><a href="http://wisatarohul.files.wordpress.com/2010/05/makam-raja-rambah1.jpg"><img alt="" class="alignleft size-full wp-image-290" src="http://wisatarohul.files.wordpress.com/2010/05/makam-raja-rambah1.jpg?w=450" title="makam raja rambah1" /></a>There
was an old Kingdom of Rambah in Rambah Subdistrict. There was the
center of the kindom which has wooden palace, mosque and residence for
its people. Here now is the place of used fort and several kings grave
of Rambah Kingdom, e.g. Raja Tunggal Kuning, T.M Syarif and Imam Mhd.
Yunus and also some graves of its generation and local people. The
unique one is the grave of the Third King of Rambah Kingdom, Raja
Tunggal Kuning, which was titled as Dipertuan Besar that the grave is
sheltered by large Aro wooden with fences grounded to the earth. This
place is located about eight kilometers from Pasir Pengaraian City where
the location is not far from shortcut to Dalu-Dalu.</em><br />
<br />
sumber : http://wisatarohul.wordpress.com</div>
lagulamakuhttp://www.blogger.com/profile/16409840254823396267noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1324475725353838825.post-32593840942436798102012-08-20T14:56:00.001+07:002012-08-20T14:57:16.041+07:00Komplek IstIstana Kerajaan Rokan IV Koto
<div class="entrytext">
<a href="http://wisatarohul.files.wordpress.com/2010/07/istana-rokan1.jpg"><img alt="" class="alignleft size-full wp-image-303" height="236" src="http://wisatarohul.files.wordpress.com/2010/07/istana-rokan1.jpg?w=450" title="istana rokan" width="320" /></a><br />
Kecamatan
Rokan IV Koto memiliki peninggalan sejarah yang sangat berharga pada
abad ke-18 telah berdiri sebuah perkampungan Kerajaan Rokan IV Koto, <span id="more-248"></span>dari
beberapa bangunan yang ada berdiri megah sebuah istana yang telah
berumur 200 tahun dengan arsitektur Melayu Rokan yang khas, dengan
ukiran naga-naga yang khas, serta berbagai ukiran tumbuhan menghiasi
sisi tertentu istana, tidak saja istana juga beberapa rumah yang telah
direnovasi juga terdapat ukiran-ukiran Melayu Rokan yang indah<br />
Di depan istana terdapat tiga tangga yang melambangkan tangga
kerapatan daerah Rokan IV Koto yang terdiri dari, penguasa, Adat dan
Alim Ulama yang disebut dengan tali berpilin tiga. Opjek dan Dayatarik
Cagar Budayaini dapat di tempuh dengan kendaraan apa saja dengan jarak
tempuh 64 Km dari pasir Pengeraian dan akan lebih dekat jika dari Kota
Ujung Batu.<br />
Selain istana di areal sekitar 4 Ha ini dapat ditemui rumah-rumah
persukuan yang masih terpelihara suasana masa lampaunya, seperti rumah
suku Mais, suku Modang, suku Melayu, dan lain sebagainya. Selain rumah
dan benda cagar budaya lain, disini juga terdapat beberapa makam
kerajaan dan para tetua suku yang berkuasa di masa dahulu.<br />
sumber : http://wisatarohul.wordpress.com </div>
lagulamakuhttp://www.blogger.com/profile/16409840254823396267noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1324475725353838825.post-2317401300237825752012-08-20T14:55:00.001+07:002012-08-20T14:55:33.466+07:00Gua Huta Sikafir<h2 id="post-204">
<br /></h2>
<a href="http://wisatarohul.files.wordpress.com/2010/06/gua-surombou2.jpg"><img alt="" class="alignleft size-full wp-image-211" height="222" src="http://wisatarohul.files.wordpress.com/2010/06/gua-surombou2.jpg?w=450" title="Gua Surombou" width="320" /></a><br />
Huta Sikafir adalah objek dan daya tarik objek wisata alam yang terletak di kawasan Gunung Bonsu.<br />
<span id="more-204"></span>Objek ini sekitar 9 Km dari kota Pasir
Pangaraian, ada terdapat 41 gua di objek dan daya tarik wisata Huta
Sikafir, salah satunya yang dikenal adalah Gua Mata Dewa, Dua Leppong
dan Gua Kulam. Huta Sikafir seluas 4 Ha ditetapkan sebagai balai benih
kehutanan oleh Dinas Kehutanan propinsi Riau dengan nomor. Sumber Benih
07.003 jenis Kruing (Dipteracarpus sp) dan meranti (Shorea sp), jika
kita ingin melakukan pendakian Bukit Simolombu hanya satu hari satu
malam sudah sampai di puncak bukit dan disana kita mendapatkan pilar
perbatasan Riau dan Sumatera Barat, tentunya dengan berpetualangan.<br />
<br />
sumber : http://wisatarohul.wordpress.comlagulamakuhttp://www.blogger.com/profile/16409840254823396267noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1324475725353838825.post-69502121636278760862012-08-20T14:41:00.000+07:002012-08-20T14:52:53.528+07:00Berlibur Ke Pulau Paling Romantis Di DuniaBukan tanpa alasan bila banyak ribuan pasangan yang menghabiskan waktu liburan ke <strong>Pulau Santorini</strong>. Sebuah pulau unik yang populer sebagai pulau paling romantis di dunia.<br />
Santorini
merupakan pulau vulkanik yang terletak di antara Pulau Ios dan Anafi,
di Yunani. Pulau ini menawarkan lanskap yang luar biasa.<br />
Wajar
saja jika Santorini kerap menjadi tujuan destinasi utama bagi para
pasangan atau pengantin baru. Beragam hotel yang menawarkan pengalaman
romantis maksimal tersedia di pulau ini.<br /> Pulau Santorini terdiri dari beberapa desa yang dapat dipilih untuk mengisi waktu liburan anda.<br />
Fira,
adalah salah satu desa yang paling terkenal, yang juga merupakan
ibukota dari pulau ini. Desa Fira mempunyai pesona paling indah di
antara desa lainnya. Di desa ini juga merupakan satu spot paling tepat
untuk menyaksikan matahari tenggelam.<br />
Oia adalah sebuah tempat
yang terkenal sebagai tempat terbaik untuk melihat sunset. Saking
populernya, Oia di Desa Fira ini juga menjadi salah satu destinasi yang
paling banyak padati pengunjung.<br />
Namun, jangan kuatir, jika ada
menginginkan satu spot yang tak terlalu ramai akan tetapi memiliki
pemandangan sunset yang memukau, Firostefani lah tempatnya. Di situs ini
para wisatawan dapat menikmati pemandangan matahari tenggelam dengan
berlatar belakang gunung api.<br />
<div class="wp-caption alignright" id="attachment_23033" style="width: 160px;">
<img alt="" class="size-thumbnail wp-image-23033" height="150" src="http://www.liburania.com/s3cdn/2012/08/Santorini1-150x150.jpg" title="Santorini1" width="150" /><div class="wp-caption-text">
Kamari, pantai cantik di Pualu Santorini.</div>
</div>
Jika
Anda ingin menyaksikan bangunan asli pulau Santorini, kunjungilah Desa
Karterados. Berderet rumah dengan gaya tradisional khas Santorini
terdapat di desa ini. Desa Karterados berjarak 2 km ke arah utara Desa
Fira.<br />
Tak hanya desa, Pulau Santorini juga menawarkan beberapa
pantai yang cantik. Pantai Kamari adalah salah satunya. Sebuah pantai
yang dihiasi dengan hamparan pasir hitam yang lembut. Banyak sekali para
wisatawan yang menghabiskan waktu di pantai dengan berenang, berjemur
dan menyelam.<br />
<br />
sumber : http://www.liburania.comlagulamakuhttp://www.blogger.com/profile/16409840254823396267noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1324475725353838825.post-82809877036473839082012-04-10T23:13:00.002+07:002012-08-20T14:52:17.444+07:00Tradisi Ngurek yang Ekstrem<div class="likethis"> </div><p style="text-align: center;"><a href="http://bali.panduanwisata.com/files/2011/08/tradisi-ngurek.jpg"><img style="width: 402px; height: 272px;" class="alignleft size-medium wp-image-2557" src="http://bali.panduanwisata.com/files/2011/08/tradisi-ngurek-300x225.jpg" alt="" /></a><br /></p><p>Bali terkenal sekali dengan keragaman adat dan budayanya. Mayoritas masyarakat Bali sampai sekarang masih mempertahankan penginggalan nenek moyangnya tersebut. Salah satunya yaitu tradisi Ngurek yang cukup ekstrem. Betapa tidak, Ngurek dilakukan dengan cara menyakiti diri sendiri dengan menusukkan senjata keris kepada tubuh. Hal demikian dilakukan dalam keadaan tidak sadarkan diri (kerasukan).</p><p style="text-align: center;"><a href="http://bali.panduanwisata.com/files/2011/08/tradisi-ngurek2.jpg"><img style="width: 407px; height: 277px;" class="size-medium wp-image-2558 alignleft" src="http://bali.panduanwisata.com/files/2011/08/tradisi-ngurek2-300x201.jpg" alt="" /></a></p><p>Tradisi Ngurek ini sangat erat kaitannya dengan ritual keagamaan dan dilaksanakan di sebagian besar wilayah adat Bali. Bahkan ada di beberapa wilayah yang mewajibkan untuk melaksanakan tradisi Ngurek atau yang disebut juga dengan “Ngunying”. Ngurek dipercaya oleh masyarakat yang melaksanakannya sebagai manifestasi dari pengabdiannya kepada Sang Hyang Widhi Wasa.</p><p style="text-align: center;"><a href="http://bali.panduanwisata.com/files/2011/08/tradisi-ngurek3.jpg"><img style="width: 392px; height: 267px;" class="size-medium wp-image-2559 alignleft" src="http://bali.panduanwisata.com/files/2011/08/tradisi-ngurek3-300x199.jpg" alt="" /></a></p><p>Ngurek sendiri berasal dari kata “urek” yang memiliki arti melobangi atau tusuk. Makanya tak heran implementasi ritualnya menurut kita aneh yakni dengan menyakiti diri sendiri. Ngurek dilakukan dengan jalan menusukkan keris ke bagian tubuh sendiri. Selain keris, Ngurek juga bisa dilakukan dengan tombak atau alat sejenis lainnya dalam keadaan pelakunya tengah kerasukan.</p><p style="text-align: center;"><a href="http://bali.panduanwisata.com/files/2011/08/tradisi-ngurek4.jpg"><img style="width: 411px; height: 278px;" class="alignleft size-medium wp-image-2560" src="http://bali.panduanwisata.com/files/2011/08/tradisi-ngurek4-300x199.jpg" alt="" /></a><br /></p><p>Anehnya orang yang tengah melakukan Ngurek seakan tak merasakan kesakitan. Hal demikian, katanya, disebabkan oleh adanya “bantuan gaib” dalam prosesnya kerasukan oleh roh lain selain hakikat jiwanya sendiri. Ngurek seperti dengan Debus di Banten yang juga lebih mengandalkan pada ketahanan dan kekebalan tubuh pelakunya. Namun biasanya pantangannya tak boleh ujub atau sombong.</p><p style="text-align: left;"><a href="http://bali.panduanwisata.com/files/2011/08/tradisi-ngurek5.jpg"> </a>Tradisi Ngurek tidak tahu kapan mulai dilakukan, konon ini terjadi pada jaman kejayaan kerajaan. Saat itu sang raja ingin membuat pesta yang tujuannya untuk menunjukkan rasa syukur kepada Sang Pencipta dan sekaligus menyenangkan hati para prajuritnya. Setelah dilakukan sejumlah upacara, kemudian memasuki tahap hiburan, mulai dari sabung ayam, hingga tari-tarian yang menunjukkan kedigdayaan para prajurit, maka dari tradisi ini munculah<em> </em><em>Tari Ngurek atau Tari Ngunying</em>.</p><p><strong>Lokasi</strong></p><p style="text-align: center;"><a href="http://bali.panduanwisata.com/files/2011/08/tradisi-ngurek6.jpg"><img style="width: 414px; height: 282px;" class="size-medium wp-image-2562 alignleft" src="http://bali.panduanwisata.com/files/2011/08/tradisi-ngurek6-300x172.jpg" alt="" /></a></p><p>Tradisi Ngurek dilakukan di wilayah-wilayah yang termasuk dalam <a href="http://bali.panduanwisata.com/festival/menonton-upacara-unik-ngaben-tikus/">desa adat Bali</a>. Jadi, bisa dikatakan sebagian besar masyarakat Bali percaya dan melaksanakan tradisi Ngurek ini.</p><p><em><strong>Selamat Berkunjung!</strong></em></p><p><em><strong>sumber : http://bali.panduanwisata.com<br /></strong></em></p>lagulamakuhttp://www.blogger.com/profile/16409840254823396267noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1324475725353838825.post-41344529485284475992012-04-10T23:08:00.001+07:002012-08-20T14:51:58.000+07:00Romantisme Benda-benda Purbakala di Pura Paiguman<p style="text-align: center;"><a href="http://bali.panduanwisata.com/files/2012/03/pura-paiguman.jpg"><img style="width: 373px; height: 253px;" class="alignleft size-full wp-image-5418" src="http://bali.panduanwisata.com/files/2012/03/pura-paiguman.jpg" alt="" /></a><br /></p><p>Ribuan pura mengisi daratan Bali dengan sangat kokohnya. Makanya Bali pantas mendapatkan julukan Pulau Seribu Pura. Pura merupakan tempat sakral, suci, diagungkan oleh kalangan umat Hindu Bali. Pura Bali ialah manifestasi dari keyakinan dan keimanan warga Bali yang mayoritas beragama Hindu. Pura Bali merupakan rumah kedua warga Bali setelah rumahnya sendiri, dimana mereka akan berduyun-duyun mendatangi pura ketika momen-momen suci tiba.</p><p style="text-align: center;"><a href="http://bali.panduanwisata.com/files/2012/03/pura-paiguman2.jpg"><img style="width: 384px; height: 260px;" class="alignleft size-full wp-image-5419" src="http://bali.panduanwisata.com/files/2012/03/pura-paiguman2.jpg" alt="" /></a><br /></p><p>Pura Alas Paiguman atau lebih dikenal dengan Pura Guman merupakan pura yang kerpa digunakan untuk melangsungkan upacara keagamaan yang sakral dan relijius. Pura ini dikelilingi oleh pepohonan yang cukup lebat, suasanya sangat sepi sehingga sangat pas dan tepat untuk digunakan sebagai tempat melakukan meditasi. Beberapa peninggalan purbakala terdapat di pura ini, terutama peninggalan dari Kerajaan Wharmadewa berupa Lingga setinggi satu meter yang berukutan 70 cm, patung Lembu Nandi, pahatan berbentuk bulan dan matahari.</p><p style="text-align: center;"><a href="http://bali.panduanwisata.com/files/2012/03/pura-paiguman3.jpg"><img style="width: 380px; height: 257px;" class="alignleft size-full wp-image-5420" src="http://bali.panduanwisata.com/files/2012/03/pura-paiguman3.jpg" alt="" /></a><br /></p><p>Dibagian Mandala Pura Paiguman ini terdapat stupa yang berciri Budha, sedangkan disisi jaba bagian selatan terdapat tiga Pohon Pule yang sudah berumur ratusan tahun dan bentuknya sangat besar. Konon pohon ini sangat disucikan oleh penduduk sekitar dan dianggap sebagai simbol dari Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Siwa. Umur puranya sendiri diperkirakan sudah mencapai ribuan tahun karena dibangun pada abad X-XI masehi.</p><p>Beberapa fasilitas yang ada di Pura Paiguman ini antara lain pendopo dan pelataran parkir yang memadai. Sementara mata pencaharian penduduk sekitar rata-rata sebagai petani. Anda yang ingin berkunjung kesini bisa menempuh jarak sekitar 40-an KM dari Kota Denpasar atau 60 menit perjalanan.</p><p><strong>Lokasi</strong></p><p>Pura Paiguman berlokasi di Jalan Desa Penempahan, Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali –Indonesia.</p><p><em><strong>Selamat Berkunjung!</strong></em></p>sumber : http://bali.panduanwisata.comlagulamakuhttp://www.blogger.com/profile/16409840254823396267noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1324475725353838825.post-87200958926356302072012-04-10T23:05:00.001+07:002012-08-20T14:51:25.129+07:00Ziarah Suci Ke Pura Alas Jagasari<div id="header_outer">
<br /></div>
<div class="likethis">
</div>
<div style="text-align: center;">
<a href="http://bali.panduanwisata.com/files/2012/03/pura-alas-jagasari.jpg"><img alt="" class="alignright size-full wp-image-5387" src="http://bali.panduanwisata.com/files/2012/03/pura-alas-jagasari.jpg" style="height: 284px; width: 419px;" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
Julukan sebagai pulau Seribu Pura memang pas untuk disematkan kepada Bali yang didalamnya terdapat banyak sekali tempat peribadatan umat Hindu itu. Pura Alas Jagasari merupakan pura di Bali yang memiliki keunikannya tersendiri. Pura ini ialah gabungan dari Bale Agung dan Pura Puseh. Uniknya, disekeliling pura ini dipagari oleh hutan kecil yang berisi berbagai tanaman untuk keperluan upacara keagamaan yang biasanya diadakan di Pura Alas Jagasari ini.</div>
Kemungkinan besarnya Pura Alas Jagasari ini memiliki kedekatan dengan kerajaan-kerajaan di daerah Jawa Timur. Mengapa? Terlihat dari corak arsitektur yang ada di pura ini yang lebih menonjolkan arsitektur pada masa Kerajaan Kediri abad ke X-XI masehi. Didalamnya ada dua buah arca kuno yang dipercaya oleh penduduk sekitar sebagai manifestasi dari soso Raja Warmadewa atau Sri Kesari Ratna Bumi Banten dan juga Permaisuri Mahandradatta atau Gunapriya Dharmapadni.<br />
<div style="text-align: center;">
<b><a href="http://bali.panduanwisata.com/files/2012/03/pura-alas-jagasari2.jpg"><img alt="" class="size-full wp-image-5388 aligncenter" src="http://bali.panduanwisata.com/files/2012/03/pura-alas-jagasari2.jpg" style="height: 294px; width: 421px;" /></a></b></div>
<div style="text-align: left;">
<b>Pembangunan Pura</b></div>
Sebagaimana telah disebutkan diatas bahwa pura ini dibangun pada abad X – XI masehi dimasa Kerajaan Bali Kuno Wharmadewa berkuasa. Mengapa demikian? Karena disinyalir bahwa bentuk dan bangunan pura ini seumur dengan pura-pura yang adi di sekitar Pura Pegulingan, Pura Mangening, dan juga Pura Tirta Empul. Selain itu, keberadaan pura ini juga tertulis dalam sebuah prasasti di Pura Sakenan Manukaya dimana dalam prasasti tersebut tertulis nama Panempahan serta Wharmadewa saat menentukan daerah dan status predikan atau daerah yang dibebaskan dari pajak.<br />
Dimasa dulunya Pura Alas Jagasari ini pernah didatangi oleh mantan orang nomor satu di republik ini Presiden Soekarno. Dan momen yang kerap dilakukan di pura ini ialah berbagai ritual dan upacara keagamaan. Beberapa fasilitas yang ada disini seperti pendopo dan pelataran parkiran yang cukup luas sehingga memudahkan Anda yang datang kesini dengan membawa kendaraan. Cobalah untuk mengunjunginya dan rasakan aura kerajaan yang masih kental.<br />
<b>Lokasi</b><br />
Pura Alas Jagasari berada di Dusun Penempahan, Manukaya, Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali –Indonesia.<br />
<b><i>Selamat Berkunjung!</i></b><br />
sumber : http://bali.panduanwisata.comlagulamakuhttp://www.blogger.com/profile/16409840254823396267noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1324475725353838825.post-43364305304627400402012-03-02T16:18:00.001+07:002012-08-20T14:50:16.030+07:00Pantai Pasir Kuning, Bangka<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuvPLnLYRCxsXmxKPmeMpT1yMt7zXquo8AfgOGJsIPRibCwu6ghlDR7AtBDE0RLKCAgv5tdAlAPuVX3tQUP0iasOWDOAQ5SgUiKk1OLEH8SJZhBn_m2gMR9zDis-6ZadlkwBfhDyuCT9U/s1600/pantai_pasir_kuning.jpg"><br /></a><br /><a href="http://www.wisatanesia.com/2010/10/pantai-pasir-kuning.html"><img style="display: block; margin: 0px auto 10px; text-align: center; cursor: pointer; width: 450px; height: 241px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjs1NpzXvcVxYb0XwYG7mgeYAzBbJSCtVr-aMLeAmvFTRoWTWWqv4MXEstI3PwToeXlsD30GCm5CW69PAaiqnxsy_Zex3FHKFe5_fm70N7ZwC5TZps_fxDEA9dnUoZI-QG-VlyOH_-L8uE/s320/pantai_pasir_kuning.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5527311758028966562" border="0" /></a><span style="font-family:verdana;">Wisatanesia.com-Pulau kuning merupakan pulau yang terletak di timur pulau Sumatera ini memiliki hampir di tiap bagian pulau ini pantai yang indah, landai dan berpasir putih halus. Kecuali daerah Tempilang, yang merupakan satu-satunya daerah yang memiliki pantai berpasir kuning. Hal ini merupakan keunikan tersendiri bagi daerah ini. Pantai Pasir Kuning terletak di Desa Tempilang Kabupaten Bangka Barat kurang lebih 70 KM dari Kota Pangkalpinang. Pasirnya yang berwarna kuning keemasan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke pantai ini. Dengan pemandangan bebatuan yang indah terletak disudut pantai, kita dapat menikmati panorama alam yang indah. Ada tradisi unik masyarakat pantai tersebut, setiap menjelang bulan Ramadhan, pantai Pasir Kuning banyak dikunjungi wisatawan dalam dan luar negeri untuk menyaksikan ritual adat Pesta Rakyat Perang Ketupat.</span> <span style="font-family:verdana;">Perang Ketupat merupakan salah satu ritual upacara masyarakat pantai pasir Kuning. Upacara ini dimaksudkan untuk memberi makan makhluk halus yang dipercaya bertempat tinggal didaratan. Pantainya yang landai dan ombaknya yang tenang menjadikan Pasir Kuning tempat yang menarik untuk menjadi salah satu tempat kumpul keluarga. Tempat wisata ini berjarak lebih kurang 108 km dari kota Muntok..<a style="color: rgb(0, 0, 0);" href="http://www.wisatanesia.com/">Wisata Indonesia</a> Surga Dunia</span> <span style="font-style: italic;font-family:times new roman;" ><br />Sumber:motorcycholic.com</span><br /><span style="font-style: italic;font-family:times new roman;" >sumber gambar :visitbangkabelitung.com</span>lagulamakuhttp://www.blogger.com/profile/16409840254823396267noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1324475725353838825.post-84473421018977919512012-03-02T16:17:00.000+07:002012-08-20T14:50:07.911+07:00Danau Pauh, Bangko<div style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6ciFD6sJ4qvkQ5R-ylCEHdh-yY16ztOys3hMiRy7b9Z5TaEZSG1-HsbD5ltSRzhJmzD_7v1fcfRzgWCmbXQwrwl39oksFOR6iWF6Q6abp6X391fg-PDorDbBYFvPoaRdaFtcrLxwVPOE/s1600/danau+pauh...jpg"><img style="display: block; margin: 0px auto 10px; text-align: center; cursor: pointer; width: 450px; height: 182px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6ciFD6sJ4qvkQ5R-ylCEHdh-yY16ztOys3hMiRy7b9Z5TaEZSG1-HsbD5ltSRzhJmzD_7v1fcfRzgWCmbXQwrwl39oksFOR6iWF6Q6abp6X391fg-PDorDbBYFvPoaRdaFtcrLxwVPOE/s320/danau+pauh...jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5504797389398233890" border="0" /></a><span style="font-family: verdana;">Wisatanesia.com-Danau Pauh terletak di Desa Pulau Tengah kabupaten Batanghari,Danau Pauh yang berjarak 96 Km dari Kota Bangko dapat dicapai dengan kendaraan roda empat maupun roda dua sampai ke pinggir danau. Luas Danau sekitar 70 Ha dengan ketinggian 1200M dpl serta kedalaman mencapai danau 20 meter. Disekitar danau terdapat rumah penduduk yang dihiasi oleh sebagian Hutan TNKS dan Perkebunan Rakyat seperti Kopi, Kayu Manis, Kentang, Cabe dan Sayuran Daerah Berhawa dingin.</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Danau ini masih asri, airnya jernih tidak tercemar, tenang dan tidak berombak, kalau dilihat dari kajauhan airnya kelihatan berwarna biru bak air laut. Untuk menjaga keasrian air danau Masyarakat yang tinggal disekitar danau, tidak memanfaatkan air danau untuk MCK, mereka lebih menggunakan air pancuran yang bersumber dari mata air Gunung Masurai.</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Pemandangan alam yang menarik alami dan mempesona dilatar belakangi oleh Panorama Gunung Masurai. Lokasi ini sangat cocok dikembangkan untuk Olahraga Ski Air dan bermain Speed Boat</span><br /><span style="font-family: verdana;"><a style="color: rgb(0, 0, 0);" href="http://www.wisatanesia.com/">sumber : Wisata Indonesia</a> Surga Dunia</span></div>lagulamakuhttp://www.blogger.com/profile/16409840254823396267noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1324475725353838825.post-57432706771253002022012-03-02T16:11:00.002+07:002012-08-20T14:49:57.448+07:00Danau Sekar Biru, Pulau Bangka<div style="text-align: center;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjW8m99DKCFqusUef5D08w-OdoqhX4v08XdmRiq14_KNXMoeGfP9KfcLuBGevipx3zI5UU8xwcCE25gHqRMnNQH6mj1aiz9fUTwRVwbtbtSycmqEQs30hgq_Libo2gUF1K5yHpoJJzfpts/s1600/danau_sekar_biru.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 226px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjW8m99DKCFqusUef5D08w-OdoqhX4v08XdmRiq14_KNXMoeGfP9KfcLuBGevipx3zI5UU8xwcCE25gHqRMnNQH6mj1aiz9fUTwRVwbtbtSycmqEQs30hgq_Libo2gUF1K5yHpoJJzfpts/s400/danau_sekar_biru.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5715226034176535634" border="0" /></a>Danau Sekar Biru<br /><br /></div><span style="font-family:verdana;">Danau Sekar Biru ini berada di sekitar Taman Salim Perumnas Desa Sekar Biru Kecamatan Jebus Kabupaten Bangka Barat. Beberapa tahun terakhir sekitar</span><span style="font-family:verdana;"> danau ini diadakan perlombaan diantaranya Motorcross. Tempat ini memang sangat indah dan menarik dijadikan tempat wisata. Namun danau ini berwarna biru, jadi agak aneh tapi bukan karena legenda apa-apa, hanya peristiwa alam, mungkin pantulan sinar matahari ke dasar kolong yang berdinding tanah kaolin (tanah liat galian timah). Namun walau bagaimana Sekar Biru amat menarik dijadikan objek wisata Bangka Barat.</span> <span style="font-family:verdana;">Sekar Biru berasal dari danau yang berwarna biru. Danau tersebut terjadi karena Tambang Timah UPTB. Danau tersebut ternata agak unik karena airnya berwarna biru lain daripada danau yang lain yang berada di sekitar tempat tersebut tapi bila diambil airnya menjadi warnanya bening. Danau tersebut selalu dijaga oleh masyarakat setempat supaya tidak tercemar terutama Kades Sekar Biru Ibu Roslena.</span> <span style="font-family:verdana;">Dulu sekitar tahun 1992 sekitar danau ini dijadikan bumi perkemahan se-Kabupaten Bangka. Tahun 1992 diadakan perkemahan akhir tahun Prata dan PW se-Kabupaten Bangka. Dari danau inilah mengambil nama desa sekitar danau menjadi Desa Sekar Biru..<a style="color: rgb(0, 0, 0);" href="http://www.wisatanesia.com/">Wisata Indonesia</a> Surga Dunia.</span><br /><span style="font-style: italic;font-family:times new roman;" >Sumber:www.visitbangkabelitung.com</span><p> </p><span style="font-family:verdana;"><br /><br /></span><span style="font-style: italic;font-family:times new roman;" ></span>lagulamakuhttp://www.blogger.com/profile/16409840254823396267noreply@blogger.com0