Sydney, Australia; Berpetualang Bersama Captain Cook

Semilir angin terasa menerpa wajah. Bau udara laut menggelitik hidung. Sesekali, angin pun bertiup kencang. Inilah pantai di kota Sydney, Australia. Sydney memiliki pantai dan teluk yang total panjangnya sekitar 250 kilometer. Dengan keunikannya, tak heran jika warga Australia akan bangga mengatakan: tak ada pelabuhan lain yang seperti Sydney!

Tepi pantai tampaknya benar-benar dijadikan sebagai aset pariwisata yang dikelola serius. Bangunan-bangunan di sini terlihat amat teratur dan berfungsi sebagai pendukung wisata. Jika ingin berjalan-jalan sendiri, Anda dapat mengandalkan peta. Kota ini relatif teratur sehingga tak terlalu sulit menemukan jalan dan gedung yang Anda tuju. Ingin menyusuri perairan? Tersedia pelayaran bersama Captain Cook, taksi air, atau juga feri yang tiketnya relatif lebih murah dibanding Captain Cook.

Jangan lupa, di lokasi ini pun tersedia sejumlah hotel, puluhan kafe, dan restoran. Soal harga, tentu disesuaikan dengan fungsinya di lokasi wisata. Tersedia juga teater Imax dan Sydney Aquarium. Atau Anda pun bisa mengunjungi taman, China Garden. Pepohonan rindang di sekitar pelabuhan cukup meneduhkan kepala saat sinar matahari kurang bersahabat.

Di sisi yang lain, sebuah kapal tak lagi dipakai berlayar. Namun, jangan bayangkan kapal yang rusak dan teronggok, karena kapal ini justru tampil genit dan disulap menjadi floating restaurant alias restoran terapung. Di lokasi pantai lainnya adalah tempat Sydney Opera House berada. Jika Anda ingin menikmati berjalan kaki, mungkin mengunjungi museum seni kontemporer dapat menjadi pilihan.

Suara musik terdengar di salah satu pojok taman. Dua orang pria tengah memainkan musik. Sesekali, pengunjung yang lalu lalang melemparkan uang receh ke kotak yang disediakan. Ooo, rupanya inilah pengamen versi Sydney. Sedang di sudut yang lain, seorang wanita setengah baya asyik meniup-niupkan gelembung dari air sabun. Pakaiannya penuh kerlap-kerlip, lengkap pula dengan rok lebar dan riasan mata yang tebal. Sesekali wanita berpakaian Gipsi ini menawarkan, apakah ada yang mau diramal?

Tawaran yang amat menantang adalah menaiki lengkungan jembatan--yaitu Sydney Harbour Bridge--setinggi 134 meter dari atas permukaan air. Rute pendakian ini sepanjang 1.500 meter dan ditempuh sekitar 3,5 jam. Untuk menyeberang, tiket dewasa mulai 165 dolar Australia dan anak-anak mulai dari 100 dolar Australia. Petugas akan memasangkan alat pengamat ke tubuh Anda. Kemudian? Jangan kaget, silakan Anda mendaki lengkungan jembatan, hingga mencapai puncak, lalu berbalik arah ke tempat semula.

Bagi yang menginap agak di tengah kota, Anda bisa memilih bus atau taksi untuk mencapai Darling Harbour. Bahkan Anda juga bisa menikmati perjalanan dengan monorail. Rel kereta ini tingginya kira-kira setara dengan bangunan tingkat dua. Jadi tak terlalu tinggi, namun bus-bus masih bisa melaju dengan tenang di bawah relnya. Sayangnya, daerah yang bisa dijangkau dengan monorail ini amat terbatas.

Penjelajahan siang itu berlangsung di atas kapal feri Captain Cook Cruise. Sebelum memasuki gerbang tiket, seorang pria berkostum pelaut menyambut pengunjung. Dengan topi dan seragam pelaut berwarna putih, sosoknya mirip dalam cerita tentang kapten Cook. Anda mungkin ingat sosok serupa dalam film petualangan Peter Pan.

Setelah membeli tiket, penumpang pun berbaris teratur untuk memasuki kapal. Setelah semua penumpang memilih tempat duduk masing-masing, kapal pun mulai melaju. Agar puas memandang, lebih baik kita memilih duduk di anjungan.

Di tempat inilah mata pun bisa puas memandang ke sekeliling. Pemandangan pertama langsung tertuju pada Sydney Opera House. Kapal yang lajunya agak memutar membuat gedung yang menjadi kebanggaan kota Sydney itu dapat dilihat sepuasnya dari laut. Suara kecipak air terus menemani perjalanan bersama Captain Cook ini.

Atap gedung opera itu terbagi dalam dua bagian. Masing-masing terdiri dari tiga lengkungan yang bertumpuk. Tak salah rasanya kalau atap itu mengingatkan kita pada keong raksasa. Saat melewatinya, kita seolah mengintip keong raksasa yang tengah tertidur. Captain Cook pun terus melaju. Semakin lama gedung opera itu semakin jauh.

Pemandangan yang tampak di depan mata pun tak kalah indahnya. Rumah-rumah pantai berjejer di tepi pantia. Lengkap dengan taman yang menghijau. Menurut pemandu wisata, Marina, rumah-rumah itu relatif mahal dan milik orang terkenal. Hmm... pantas saja terlihat cantik dan artistik!

Perjalanan pun tiba di lokasi tempat perahu layar ditambatkan. Dari kejauhan, warnanya tampak dominan putih. Perahu-perahu mungil itu terayun-ayun, mengikuti gelombang ombak. Rupanya, ini adalah lokasi yang tepat untuk berlayar. Sementara di sisi yang lain, daratan tampak ditumbuhi pepohonan yang lebat. Sayangnya, Captain Cook memang dirancang untuk plesiran dengan berkeliling pelabuhan. Padahal daratan serba hijau itu amat mengoda untuk dikunjungi. Itulah kebun binatang, Zoo Taronga.

Namun, tentunya pelayaran tidak menempuh rute yang sama persis. Sebab menjelang akhir perjalanan ini, kita bisa melihat sisi lain dari pelabuhan. Nun jauh di tepi darat sana, suara musik terdengar mengalun. Di situ terlihat bangunan-bangunan mirip istana yang dicat warna-warni, persis Dunia Fantasi di Jakarta. Inilah tempat anak-anak melepaskan tawa dengan bermain. Kapal pun semakin merapat ke pantai. Gedung opera pun kembali kami lintasi. Tak terasa, pelabuhan pun semakin mendekat. Kapal akhirnya berlabuh di pantai. Sampai jumpa, Captain Cook! (rn)

sumber : perempuan.com

Comments