G. Tambora, Sumbawa; Pesona Yang Menggetarkan

Melakukan aktifitas pendakian gunung akan semakin menarik jika Anda juga mengetahui sejarah dan potensi serta tantangan dari gunung-gunung yang akan didaki, karena masing-masing gunung mempunyai kekhasan sendiri-sendiri. Termasuk Gunung Tambora. Gunung yang terletak di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat ini memiliki sejarah letusan yang luas biasa. Hampir 2 abad lalu atau tepatnya pada tanggal 11 April 1815 Gunung Tambora yang saat itu diperkirakan mempunyai tinggi lebih dari 4.300 mdpl telah menghancurkan sepertiga tubuhnya sendiri.

Tinggi gunung tersebut kini hanya tinggal 2.850 mdpl. Namun, hal lain yang kini menjadi daya tarik dari Gunung Tambora adalah kawahnya yang luar biasa spektakuler tentunya. Kawah yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik tahun 1815 tersebut mempunyai diameter lebih dari 7 km dan kedalaman lebih dari 1 km. Untuk dapat mendaki menuju bibir kawah atau puncak Gunung Tambora, jalur pendakian yang umum digunakan adalah melalui Desa Pancasila. Desa yang terletak di barat laut kaki Gunung Tambora tersebut merupakan salah satu titik awal pendakian menuju puncak Gunung Tambora.

Sepanjang perjalanan menuju Desa Pancasila dari Kota Bima atau Kota Dompu, Anda akan disuguhkan pemandangan khas Afrika yang selama ini biasa anda saksikan di televisi. Hamparan perbukitan, lahan yang kering, warna tanah yang kuning kecoklatan dan ditumbuhi semak belukar dengan pepohonan serta padang savanna atau rumput yang luas diselingi pepohonan yang kering, semuanya benar-benar seperti di Afrika. Bahkan pemandangan teluk-teluk dan pantai-pantai indah sepanjang perjalanan di pesisir Pulau Sumbawa akan menambah decak kagum Anda.

Jika anda berkesempatan mencapai puncak Tambora Perasaan takjub dan menggetarkan, itulah yang akan terlintas dalam pikiran anda ketika berdiri di dataran kawah raksasa yang luas ini. Rumpun-rumpun Edelweis yang tumbuh di antara lapisan-lapisan dataran kawah turut memberi keunikan tersendiri. Yang pasti kawah ini benar-benar luar biasa. Nun jauh dasar kawah Tambora terlihat dataran yang sangat luas.

Yang menarik, pada sebagian dasar kawah tersebut terlihat rerumputan yang tumbuh. Sebuah gunung api kecil yang berada di tengah-tengah kawah semakin menambah eksotis dan spektakulernya Kawah Tambora. Dalam bahasa Bima gunung api tersebut disebut Doro Afi Toi yang artinya gunung api kecil. Pemandangan dinding-dinding kawah yang menjulang tinggi tersebut juga sungguh memukau. Lapisan-lapisan dindingnya menunjukkan betapa dahsyatnya letusan saat itu. Matahari pagi yang terbit dari sebelah timur menjadikan pemandangan kawah semakin misterius.

Menurut catatan sejarah, letusan Gunung Tambora tahun 1815 tersebut merupakan letusan yang terbesar sejak letusan Danau Toba. Letusannya sendiri telah masuk sekala tujuh Volcanic Explosivity. Letusan tersebut menjadi letusan tebesar sejak letusan Danau Toba pada tahun 1815. Menurut literature suara letusan gunung ini terdengar hingga Pulau Sumatra (lebih dari 2.000 km). Abu vulkaniknya menyebar dan jatuh di Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan Maluku. Jumlah korban yang ditimbulkan pun cukup banyak mencapai lebih dari 92.000 jiwa.

Akibat dari letusan gunung ini bahkan telah menyebabkan perubahan iklim dunia. Satu tahun berikutnya (1816) di Amerika Utara dan Benua Eropa telah terjadi perubahan iklim yang drastis. Pada tahun tersebut telah terjadi musim dingin yang berkepanjangan. Dimana dunia mengenalnya dengan sebutan “Tahun Tanpa Musim Panas” atau Year Without Summer. Akibatnya terjadi kegagalan panen dan kematian ternak besar-besaran di belahan utara sehingga menimblkan bencana kelaparan terburuk yang terjadi pada abad ke-19.

Sebuah bukit yang terlihat runcing, tandus berwarna kecoklatan berdiri kokoh di sisi barat kawah. Bukit yang dikenal juga dengan sebutan “Doro Meleme” – gunung yang runcing – itulah yang kini menjadi puncak tertinggi Gunung Tambora setelah terjadinya letusan tahun 1815. Untuk sampai di puncak tertinggi tersebut, dari bibir kawah Anda masih harus berjalan lagi dengan waktu tempuh sekitar 25 menit. Yang perlu diwaspadai oleh Anda adalah ketika mendekati puncak. Jika tidak ingin terjungkal atau terpeleset Anda harus berjalan hati-hati karena medan pendakian ditutupi pasir dan kerikil.

Di puncak inilah Anda bisa menemukan sebuah trianggulasi – patok penanda ketinggian - yang terbuat semen setinggi kira-kira setengah meter. Dari sini selain pemandangan kawah, terlihat juga jauh di sebelah barat puncak Gunung Rinjani dan tentu saja lautan lepas. Sungguh pemandangan yang luar biasa.

Bagi Saya atau mungkin siapa saja yang telah dan bisa menyaksikan kawah raksasa Gunung Tambora pasti akan senang, bahagia dan bangga karena bisa berada di atas puncaknya dan menyaksikan langsung spektakulernya gunung yang telah tercatat dalam sejarah dunia. Gunung yang letusannya telah mengguncang dunia dan juga merubah peradaban dunia. Tidak berlebihan rasanya jika suatu saat Gunung Tambora dijadikan sebagai warisan dunia dan tujuan wisata sejarah pegunungan atau historical mountaineering.

sumber : perempuan.com

Comments