Dari Serayu ke Owabong

Awalnya, saya enggan ketika diajak berarung jeram di Sungai Serayu, Kabupaten Banjarnegara. Pasalnya, seharian saya telah menempuh perjalanan cukup jauh dan badan agak terasa capai. Namun, atas bujukan dari banyak teman yang mengatakan rugi kalau tak ikut, saya mandah akhirnya.
Setelah memakai perlengkapan, saya dan rombongan berjumlah lima orang serta empat skiper turun ke lokasi tempat perahu karet telah disiapkan. Sebelum naik ke perahu, kami mendapat petuah tentang bagaimana nanti selama berarung jeram di Sungai Serayu yang mengalir berdekatan dengan Jalan Raya Tunggoro-Singomerto. Sebisa mungkin disarankan mengikuti kata-kata dari skiper.

Setelah mendengarkan petuah, maka dimulailah petualangan berarung jeram yang menempuh jarak sekitar 18 km. Kali pertama naik perahu karet, rombongan diajak mendekati jeram sebagai pemanasan untuk menghadapi goncangan yang pastinya terjadi selama perjalanan. Selepas pemanasan, perjalanan mengarungi jeram di Sungai Serayu pun dimulai.

Saya yang mendapat tempat duduk di depan dengan penuh semangat dan lupa akan rasa lelah yang sebelumnya terasa, mulai mendayung. Selang lima menit setelah mengayuh dayung pertama, kegembiraan pun saya rasakan. Selama perjalanan, saya mendapati banyak warga sekitar yang tengah memancing ikan.

Kendati tangan terasa pegal-pegal karena terus mendayung, tak terasa kami telah menempuh separuh perjalanan mengarungi jeram Serayu yang ditandai dengan melintasi jembatan gantung. Bagian bawah jembatan itu biasa digunakan peserta untuk beristirahat atau meminum air kelapa.

Perlu diketahui, jeram di Serayu memiliki tingkat kesulitan yang bervariasi, mulai dari grade dua sampai grade empat dengan jumlah jeram sebanyak 30. Pada grade yang lebih rendah tingkat kesulitan yang ada masih relatif mudah namun pada grade yang makin tinggi tingkat kesulitan yang harus dilalui pun semakin berat. Hal itu menyebabkan perahu karet yang kami tumpangi berkali-kali menabrak batu besar. Adrenalin saya pun makin terpacu ketika melintasi jeram tsunami. Dinamakan begitu karena ombaknya seperti tsunami.

Variasi jeram yang tergolong komplet menjadi daya tarik tersendiri. Mulai dari jeram selamat datang, jeram S (berbentuk seperti huruf S) dan jeram black-out. Sebutan-sebutan tersebut merupakan kreasi dari para pecinta arung jeram supaya lebih mudah diingat.

Tak terasa telah tiga jam lebih kami mengarungi jeram Serayu dan mencapai finis di Taman Marga Satwa Serulingmas. Sungguh mengasyikkkan. Dan memang jeram Sungai serayu banyak menarik wisatawan untuk menaklukkannya. Direktur Operasional Serayu Adventure Indonesia Ahmad Firdaus mengatakan, arung jeram itu ramai dikunjungi rombongan wisatawan pada hari Sabtu dan Minggu serta liburan panjang. Paling tidak ada delapan sampai 10 rombongan, yang tiap rombongannya beranggotakan lima hingga 12 orang.

Bagi wisatawan yang ingin berarung jeram, pengelola objek wisata ini telah menyediakan peralatan komplet dengan biaya Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu untuk wisatawan domestik dan sekitar Rp 350 ribu bagi wisatawan mancanegara. Biaya itu sudah termasuk sewa perahu karet, jaket pelampung, asuransi, jasa pemandu, dan konsumsi.

Selain berarung jeram, tak jauh dari wilayah tersebut kita bisa berwisata air di Owabong di Purbalingga. Tak termungkiri, kota yang terletak di kawasan kaki Gunung Slamet itu tengah mengalami perkembangan yang cukup menakjubkan di bidang pariwisata. Tak heran, bila kota tersebut mendapatkan julukan baru yakni, magnet wisata di Jateng bagian selatan.

Tak sulit memang untuk menjangkau Purbalingga. Dari Semarang, hanya butuh waktu empat jam untuk sampai di kota ini. Begitu sampai di kota yang memiliki luas 77.764 hektare itu, Anda akan segera disambut hawa sejuk pegunungan. Purbalingga, memiliki tiga objek wisata unggulan antara lain Bojongsari, Kutasari, dan Padamara.

Kecamatan Bojongsari yang berjarak sekitar 5 km arah utara Kota Purbalinga, memiliki objek wisata yang disebut Objek Wisata Air Bojongsari atau lebih dikenal dengan Owabong. Di tempat tersebut, pengunjung disuguhi enam kolam renang di mana masing-masing kolam memiliki fasilitas tersendiri seperti waterboom, ember tumpah, kolam arus, hingga aneka permainan air. Keistimewaannya, air kolam itu tidak mengandung kaporit maupun obat-obatan lainnya.

Menurut Agus Dwiyantoro dari bagian marketing Museum Reptil dan Owabong, di antara beberapa kolam yang tersedia, ''kolam sesat'' cukup diminati karena menyajikan beragam permainan yang menghibur. Dinamakan kolam sesat karena menyesatkan pengunjung dan bentuk kolamnya aneh.

''Secara keseluruhan, kolam di Owabong memiliki kedalaman bervariasi antara 1,10 meter hingga 2,25 meter,” kata dia.

Kata Agus, kawasan wisata Owabong makin lengkap dengan rampungnya pembangunan wahana lain yang disebut pantai bebas tsunami. Ide pembuatan wahana itu didasari kenyataan bahwa masyarakat menyukai pantai tapi takut dengan gelombang tinggi. Pantai bebas tsunami itu akan dibuat mirip pantai sesungguhnya. Ada gelombang, pasir putih, dan sebagainya. Luas kawasan pantai buatan itu mencapai 1.200 m2.

Yang suka kebut-kebutan di jalan raya dapat memuaskan diri dengan menjajal sirkuit gokar dan MPV yang yang berada di belakang pantai bebas tsunami. Sirkuit itu memiliki panjang lintasan sekitar 400 meter.

Ingin menginap di Owabong? Tak perlu bingung mencari hotel. Pasalnya, kawasan itu menyediakan sarana penginapan yang sangat representatif. Saat ini, tersedia cottage dengan fasilitas 14 kamar yang terdiri atas 10 kamar suite dan empat kamar ukuran family.

Kalau sudah puas bermain air di Owabong, singgahlah di museum reptil dan serangga (Reptile & Insect Park) yang hanya berjarak 2 km dari Owabong. Museum itu menyajikan 841 spesies serangga dengan 1.831 spesimen.

Menurut Basuki Kadang Dewa, salah satu pemandu wisata di museum tersebut, pengunjung dapat menyaksikan aneka serangga mulai dari kepik sampai kumbang kelapa. Ada juga ratusan jenis kupu-kupu, juga serangga yang dipajang dalam bingkai kaca berukuran satu meter.

Sementara di area Reptile Park seluas 6 hektare, kita bisa menyaksiakan aneka macam ular, mulai dari jenis piton, pucuk, kobra albino hingga king kobra. Semua binatang melata itu ditempatkan di dalam kandang khusus. Beberapa ular jinak bahkan dilepas di area tersebut.

Dengan harga tanda masuk Rp 5 ribu, rasanya tidak rugi jika Anda berkunjung ke tempat tersebut untuk melihat keragaman satwa nusantara, yang sekaligus bagus sebagai medium belajar bagi anak-anak.

Tak jauh dari museum reptil, terdapat taman buah seluas 2 hektare. Kawasan tersebut sengaja dibuat sesuai dengan kontur tanah pebukitan berikut sungai yang membelah taman tersebut. Taman itu belum difungsikan, namun pengunjung dapat menyaksikan dari dekat bahwa di taman itu, telah tumbuh beberapa jenis tanaman buah seperti durian, mangga, kelengkeng, pepaya hingga buah naga yang konon berkhasiat mengobati berbagai macam penyakit. Di lokasi itu pula, tumbuh aneka tanaman hias.

Membaca Dieng dari Kailasa

Satu museum baru didirikan di kompleks Gedung Arca milik Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BPPP) Jawa Tengah, tepatnya di seberang Candi Gatutkaca, Dieng, Banjarnegara. Museum yang telah diresmikan oleh Menbudpar Jero Wajik 28 Juli lalu itu berisi artefak dan cerita tentang geologi, flora-fauna, kehidupan sehari-hari, kepercayaan, serta kesenian Dieng.

Porsi terbesar adalah mengenai warisan arkeologis Dieng. Di kompleks museum terdapat juga restoran, toko cenderamata, mushala dan gazebo. Dari gazebo dan restoran itu kita dapat melihat keseluruhan Dataran Tinggi Dieng. Bagian atas atap museum digunakan sebagai panggung terbuka, sementara di dalam museum terdapat teater yang memutar film dokumenter tentang Dieng.

Muhson petugas Dinas Pariwisata Kabupaten Banjarnegara menerangkan, museum itu diberi nama Kailasa, sesuai dengan nama salah gunung tempat tinggal Dewa Syiwa.

''Nama itu diambil karena kepurbakalaan Dieng diwarnai dengan pemujaan terhadap Dewa Syiwa, yang dapat diketahui dari percandian maupun prasasti,” tutur dia.

Museum di dataran tinggi Dieng berada di ketinggian 2.093 dpl. Sampai saat ini tersimpan 22 prasasti berbahasa Jawa Kuno, berisi gambaran Dieng sebagai pusat kegiatan religius.

Dieng semula merupakan gunung berapi yang meletus dengan dahsyat, menyebabkan puncaknya hancur.

Di museum Kailasa terdapat temuan-temuan lepas yang sangat bernilai. Arca khas Dieng seperti arca Siwa dan Siwanandisawahanamurti. Selain itu juga ada patung Ganesha, Kala, dan masih banyak lagi.

Puas menyaksikan, peninggalan sejarah, kami diajak menyaksikan teater tentang sejarah berdirinya candi-candi yang ada di dataran dieng.

Selepas itu perjalanan dilanjutkan ke kompleks Candi Arjuna yang terdiri atas Candi Arjuna, Semar, Srikandi, Puntadewa, dan Candi Sembadra yang letaknya berdekatan untuk kegiatan agama Hindu. Dengan pemandangan alam dan hawa yang sejuk, makin lengkaplah pesona wisata di sekitar Museum Kailasa.

Sumber: SuaraMerdeka/liburan.info

Comments