Terayu Salju Bumi Papua

Negeri penuh petualangan. Itulah ungkapan buta Papua. Tak hanya menawarkan pesona alam dan tantangan tersendiri, pulau raksasa di ujung timur Nusantara ini juga memiliki kawasan bersalju, layaknya di Eropa. Perjalanan ke Papua yang dilakukan oleh penulis, Indah Permaihati dan rekan-rekan, kali ini adalah perjalanan sekaligus pekerjaan yang tidak terbayangkan sebelumnya. Bayangkan, di antara anggota tim, lima orang tidak pernah sekalipun mendaki gunung. Dan, sekalinya harus mendaki, harus ke gunung yang dikenal ganas di negeri ini. Logistik merupakan masalah tersendiri dalam perjalanan. Untuk perjalanan selama 2 minggu, berat perbekalan kami dari Jakarta, ditambah dengan yang dibeli dari Timika dan Tembagapura, sudah mencapai 1,2 ton. Untunglah, ada pihak yang membantu dan menyiapkan helikopter yang akan membawa sebagian logistik ini hingga ke base camp.

Meski sebagian besar peserta trip ini bukanlah pendaki profesional, kami bisa merasa lega. Sebab tim ditemani para pendaki yang sudah berpengalaman, khususnya mendaki gunung salju di Papua. Salah seorang di antaranya adalah Ripto Mulyono yang telah mendaki lebih dari 20 kali.

Pendakian berawal dari kawasan yang dinamakan Zebra Wall. Dinamakan demikian karena di sini terdapat sebuah giant wall yang bermotif seperti kuda zebra. Lokasi inilah yang kerap digunakan oleh para pendaki untuk bermalam sebelum melanjutkan pendakiannya.

Tanjakan "Aduh Mama"

Esok harinya, perjalanan dilanjutkan menuju sebuah tempat yang dinamai Lembah Danau-Danau. Peralatan pribadi dan logistik yang diperkirakan cukup untuk menempuh perjalanan hingga ke Danau-Danau sudah kami panggul. Perjalanan ini membawa setiap pendaki ke kawasan yang disebut "Pintu Angin", berupa lorong panjang yang kerap menjadi celah berhembusnya angin.

Akan tetapi, bagian terberat dari perjalanan hari ini adalah sebuah tanjakan yang dinamakan "Aduh Mama". Namanya memang pas untuk menjelaskan tanjakan ini. Selain sangat curam dan sempit, melintasi tanjakan ini sangat menguras energi. Pokoknya, siapa saja yang melaluinya, pasti dan mengaduh memanggil-manggil mama-nya.

Lembah Danau-Danau yang Menawan

Lepas dari tanjakan yang melelahkan setelah sekitar 2 jam berjalan, sebuah lembah cantik terhampar luas di depan mata. Diapit oleh dua pcgunungan, yakni Puncak Sumantri dan Puncak Jaya, yang menjulang tinggi. Lembah yang berada di ketinggian 4.200 meter dari muka laut ini dihiasi dua danau mungil dengan warnanya yang berbeda pula yakni, hijau dan biru. Di sinilah biasanya para pendaki beristirahat sambil menikmati suasana alam yang menawan sebelum mencapai base camp yang telah ditentukan.

Letak Lembah Danau-Danau memang strategis. Dari sini, pendaki bisa dengan mudah ke puncak-puncak gunung di Papua yang akan didaki. Tak hanya itu, panorama alamnya yang cantik dan khas akan membuat siapapun enggan untuk segera meninggalkan tempat ini. Selain digunakan sebagai base camp, di sinilah para pendaki menjalani aklimatisasi atau penyesuaian iklim terakhir selama beberapa hari.

Pada hari yang telah ditentukan, pendakian ke Puncak Jaya dimulai. Climbing leader menetapkan waktu selama dua hari untuk menempuh pendakian ini. Menjelang sore, kami sampai di tujuan, sebuah cerukan gunung. Inilah yang kemudian menjadi shelter sementara sebelum ke Puncak Jaya. Salju yang turun sangat deras membuat suhu ikut drop, mencapai sekitar minus 2 sampai 5 derajat.

Keesokan paginya, kami berangkat ke Puncak Jaya. Setelah berjuang melintasi medan salju dan udara yang sangat dingin, puncak impian itu pun berhasil dicapai menjelang siang. Kegembiraan dan perasaan haru pun langsung menyelimuti suasana di dataran yang berupa padang es ini. Namun, kegembiraan ini harus segera berlalu karena climbing leader memutuskan untuk segera turun kembali.

Perjalanan turun ternyata tak semudah yang dikira. Sarung tangan dan kaos kaki yang basah, tiga kali jatuh terduduk menjadi "neraka" tersendiri. Untuk menghindari longsoran batu, kami pun memilih bergrak dengan cara merosot. Meski melelahkan, perjalanan selama 9 jam ini menjadi catatan tersendiri yakni, kami mampu "mengalahkan" diri sendiri.

Daratan Tertinggi di Nusantara

Selain Puncak Jaya. Papua juga memiliki Puncak Cartenz Pyramid. Puncak setinggi 4.884 meter ini banyak diincar pendaki lokal dan mancanegara karena dipercaya sebagai daratan tertinggi Indonesia dan bahkan di benua Asia-Australia.

Menggapai puncak Cartenz tentu saja bukanlah hal yang mudah. Medannya jauh lebih ekstrim dibanding medan di Puncak Jaya dan dibutuhkan skill serta teknik pendakian yang tinggi untuk mendakinya. Belum lagi badai salju, kabut serta angin kencang selalu mengintai para pendaki. Oleh karena itulah, tidak semua dari kami ikut serta saat mendaki ke puncak ini.

Tak terasa, pendakian di Pegunungan Papua ini harus berakhir. Puncak Jaya dan Cartenz yang melegenda itu telah berhasil digapai. Bagi saya, ini mungkin pendakian yang sangat berat, tapi bukanlah yang terakhir.

Penulis : Indah Permaihati
Sumber : Majalah Tamasya

Comments