Tahura Ngurah Rai, Rumah Biotik di Bali Selatan

Oleh: Tyas Ing Kalbu, Perum Soka Asri Permai, Blok J-8, Purwamartani, Sleman, Yogyakarta

Rasanya sudah terlambat saat kaki menapaki jalan dari kayu di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai, Bali, pada pukul 10.45. Saat itu sinar matahari sudah terbilang keras menyiram kulit. Barangkali jika menyusuri kawasan hutan ini pada pagi hari antara pukul 6 hingga 9, suasananya akan lebih ringan. Luas kawasan Tahura Ngurah Rai ini mencapai 1.375 hektar. Selain untuk mereduksi gelombang yang mengalir kencang dari lautan, hutan mangrove ini berfungsi sebagai laboratorium alam untuk penelitian dan lahan konservasi bagi beberapa jenis burung dan hewan langka. ?Banyak anak-anak sekolah atau mahasiswa yang melakukan penelitian di sini. Di sini ada beberapa satwa seperti biawak dan burung bangau,? kata Agung Anom (45), polisi hutan yang bertugas saat itu. Secara umum, menurut data yang dirilis Dinas Kehutanan, Tahura Ngurah Rai memiliki konfigurasi medan berupa daratan yang dipengaruhi pasang surut air laut dan kemiringan tanah ke arah timur, dengan ketinggian antara 0-3 meter di atas permukaan laut. Potensi biotik yang tersimpan dalam Tahura ini antara lain jenis tumbuhan Sonneratia alba, Duabanga moluccana, Aegiceras corniiculatum, Rhizophora mucronata, dan tumbuhan bawah seperti Derris heterophylla dan Acanthus ilicifolius, Rhizophora mucronata dan Avicennia maria. Sedangkan fauna yang hidup dalam kawasan ini adalah burung jenis Fregeta minor, Sula leucgaster, Sterna hirundo, Halcyon chloris, Geopelia striata, Streptopelia chinnensis, dan Duculaanal. Ada juga penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), dan teripang (Echinodermata). Meski sudah dijaga oleh beberapa regu polisi hutan, namun pencemaran yang disebabkan aktivitas pembuangan limbah masih terjadi. ?Tugas kita 24 jam. Gangguan keamanan di sini relatif sedikit. Namun yang kerap terjadi adalah warga yang membuang sampah di kawasan hutan mangove ini,? lanjut Agung. Untuk menikmati keindahan Tahura dari ketinggian, berdiri sejumlah gardu pandang yang teduh. Sayang, di bangku dan meja kayu yang sebenarnya mendukung kenyamanan gardu, dipenuhi coretan-coretan yang mengotori fasilitas umum ini. Tangan-tangan perusak itu juga mengotori papan informasi yang menyajikan data jenis-jenis burung yang bersarang di hutan ini. Setiap pengunjung yang ingin masuk dalam kawasan mangrove ini hanya perlu membayar retribusi sebesar 5000 rupiah saja. Saat sinar matahari memapar dari arah samping, pada pagi atau sore hari, hutan ini bagus sebagai latar belakang pemotretan prewedding. Tak heran calon pengantin dari dalam dan luar negeri banyak memilih lokasi ini untuk mempersiapkan hari bahagia mereka.

Sumber : indonesia.travel

Comments