Pesona Kota Tua Sevilla

SevillaDengan menumpang kereta dari Cordoba yang terlambat berangkat 1 jam, baru pada jam 11 malam, saya dan beberapa teman sampai di Santa Justa, stasiun utama di kota Sevilla. Untung saja Hotel Occidental yang dipilih sebagai tempat persinggahan tepat berada di depan stasiun sehingga sangat praktis dan ekonomis karena kami tidak perlu membuang banyak waktu dan biaya untuk mencapainya.

Memang, selama perjalanan ke beberapa kota di Spanyol, kereta api merupakan salah satu transportasi yang kami pilih karena kenyamanan dan harga yang lebih murah ketimbang naik pesawat. Apalagi, semua stasiun ada di pusat kota. Kalau dengan pesawat, selain pasti lebih mahal, letak bandaranya jauh dari pusat keramaian.

Yang lebih mengasyikkan, tak jauh dari hotel, ada gerai Burger King yang menyediakan pengganjal perut dengan harga yang masuk akal untuk kantong orang Indonesia. Orang Spanyol menyebut gerai itu El Corte Ingles.

Kota Sevilla memang belum menjadi tujuan wisata utama di Eropa. Padahal dalam perjalanan ke Spanyol, kota kecil tersebut sangat sayang kalau dilewatkan begitu saja. Sebagai ibukota Andalusia, salah satu kawasan paling selatan di Spanyol, Sevilla adalah salah satu kota bersejarah dalam kebudayaan Islam di negara ini, bersama-sama dengan kota Granada dan Cordoba.

Kalau Granada terkenal dengan Alhambra-nya, dan Cordoba termahsyur dengan Mesquita-nya, maka di Sevilla tempat kunjungan utamanya adalah gereja Katedral, La Giralda, dan kompleks Alcazar. Ketiga bangunan tersebut berada saling berdekatan di sebelah timur Avenida de la Constitucion dan di sebelah selatan pusat kota yang dikenal dengan El Centro.

Ya, Sevilla adalah salah satu kota tua terindah di Spanyol dengan sejarah yang begitu kaya. Ke mana pun kita melangkah, maka akan banyak menemukan monumen, bangunan, dan gereja tua yang sangat megah. Arsitektur peninggalan zaman Abad Pertengahan tetap dipertahankan lengkap dengan jalanan sempit dan berliku.

Ada beberapa cara mengelilingi Sevilla, yaitu dengan berjalan kaki, naik bus turis, atau naik kereta kuda klasik untuk mengunjungi beberapa bagian kota. Bila tidak memiliki banyak waktu, maka kita bisa naik bus turis berwarna merah terang dan beratap terbuka untuk melihat-lihat kota secara keseluruhan dan berhenti di tempat-tempat yang kita kehendaki.

Perjalanan pertama kami adalah mengunjungi gereja Katedral. Tiket masuknya cukup mahal, yaitu 7,5 euro (1 euro setara dengan Rp 14.500). Cerita mengenai Katedral ini diawali oleh kejatuhan Sevilla yang sebelumnya dikuasai kebudayaan Islam ke tangan kaum Nasrani pada tahun 1248. Jadi, sama dengan cerita di Granada dan Cordoba, bahwa bangunan yang saat ini adalah sebuah gereja, dulunya adalah sebuah masjid.

Namun karena usia bangunan ini yang semakin tua, dan ada beberapa bagian bangunan yang rusak, maka oleh pimpinan gereja pada saat itu diputuskan untuk merobohkan hampir semua bangunan dan didirikanlah sebuah gereja Katedral yang baru, dengan tetap mempertahankan beberapa bagian dari masjid sebelumnya.

Katedral tersebut merupakan satu dari katedral terbesar di dunia, baik dalam hal luas areanya maupun vo­lume bangunannya. Ia hanya kalah dari Katedral St Paul di London dan St Peter di Roma. Bangunannya selesai dibuat pada tahun 1507. Awalnya, pola aristekturalnya bergaya gotik. Namun pada saat kubah utamanya roboh tahun 1511, gayanya berubah menjadi renaisans.

Bagian yang paling menarik di dalam Katedral adalah Capilla Real yang merupakan sebuah altar yang sangat indah dan makam Columbus yang legendaris itu.

DI sebelah timur Katedral, terdapat sisa bangunan masjid yang masih tetap dipertahankan, yaitu sebuah minaret (menara kecil) yang cantik yang disebut La Giralda. Bangunan itu memiliki ketinggian lebih dari 90 meter, masih kokoh berdiri, dan bahkan bisa dinaiki. Menara itu dibangun dari batu bata atas perintah Khalifah Almohad yang bernama Yusuf Yacub al-Mansur antara tahun 1184-1198. Pada bagian atas minaret terdapat baling-baling yang dipasang pada abad ke-16, saat kaum Kristiani sedang aktif-aktifnya mengubah kesan masjid menjadi gereja. Hingga kini La Giralda beserta baling-balingnya dipakai sebagai lambang kota Sevilla.

Tepat disamping gereja Katedral, terdapat Alcazar, yaitu istana raja ketika Sevilla menjadi ibukota Spanyol pada zaman kekuasaan kerajaan Islam Moor. Istana yang bisa dimasuki dengan biaya 7 euro itu memiliki taman yang sangat indah, dan dibangun tahun 1181. Pembangunannya berlangsung selama 500 tahun. Menapaki Alcazar, kita dapat merasakan bagaimana istana tersebut memiliki elemen kebudayaan Moor, Andalusia, dan Nasrani.

Dari Alcazar, perjalanan dilanjutkan ke Hospital de la Caridad. Bangunan yang sangat artistik ini bukanlah sebuah Rumah Sakit, tetapi merupakan sebuah panti jompo yang masih tetap dipakai sampai saat ini. Pada awalnya Don Miguel de Manara pada abad ke-17 secara total mendedikasikan hidupnya di tempat ini karena sadar bahwa kehidupan yang pernah dia jalani adalah kehidupan yang tidak ”lurus”. Dia membawa pesan bahwa kaum Kristiani akan mendapat keselamatan dan keabadian melalui sebuah pengabdian. Di bagian depan bangunan terdapat makam Don Miguel yang pada batu nisannya tertulis ”Di sini tertanam tulang dan abu dari manusia paling buruk di dunia”.

Ada cerita yang mengatakan bahwa Don Miguel membangun panti itu setelah kehilangan istri yang dia cintai. Pada bagian depan bangunan tersebut terdapat dua ruangan yang terpisah oleh kolom, yang pada masing-masing ruangannya terdapat air mancur dari batu marmer dengan beberapa patung lain yang menggambarkan belas kasih dan kedermawanan. Di situ juga terdapat sebuah gereja bergaya barok yang hanya memiliki satu buah altar namun dihiasi oleh karya seni dan patung dari seniman terkenal, antara lain Valdes Leal dan Pedro Roldan.

Kunjungan terakhir kami adalah menyusuri tepian sungai Gualdarquivir. Di sana terdapat sebuah menara bernama Torre del Oro (Menara Emas), yang merupakan menara yang ada pada sebuah benteng pertahanan yang menghubungkan Alcazares dan dermaga yang letaknya sangat strategis. Nama Torre del Oro berasal dari keberadaan lantai yang dulunya terbuat dari emas. Menara itu dibangun oleh Gubernur Abul-Ula pada tahun 1220-1221 dan merupakan salah satu bangunan terakhir dari Dinasti Almohad. Pada awalnya bangunan yang berdiri tepat di Distrik Arenal ini merupakan menara penjaga dan benteng pertahanan di tepi sungai. Namun saat ini bangunan itu dimanfaatkan sebagai museum Maritim. Bersama-sama dengan Giralda, menara ini juga menjadi landmark kota Sevilla.

Dari sana, kembali dengan menaiki bus turis, kami pergi ke Avenue Isabel la Catolica yang memiliki bangunan sangat besar bernama Espana Square hasil rancangan Anibal Gonzales. Bangunan berbentuk setengah lingkaran berdiameter 200 meter itu pada kedua ujungnya terdapat dua menara tinggi yang sangat indah. Di depan bangunan tersebut terdapat kanal bergaya Venezia yang bisa dilalui oleh kapal.

Di dekat Esapana Square terdapat taman terbesar di Sevilla, yaitu Parque Maria Luisa. Sambil menanti matahari tenggelam ketika itu, taman indah itu sangat nyaman untuk melepas kepenatan.

Peti Mati Columbus

Banyak hal menarik yang bisa kita nikmati pada bangunan Katedral di Sevilla. Tak hanya pola arsitektural dan ketuaan bangunannnya, cerita yang ada di balik beberapa bagian bangunan itu juga menarik disimak.

Salah satu yang banyak menarik minat pengunjung adalah peti mati Christopher Columbus. Siapa tak kenal tokoh yang disebut-sebut sebagai penemu benua Amerika itu? Ya, makam tokoh itu terletak di dalam Katedral di dekat pintu selatan, yang mulai berada di sana sejak 1902.

Peti itu dipanggul oleh 4 patung manusia yang menggambarkan adanya 4 kerajaan di Spanyol pada saat pelayaran Columbus pada 1492, yaitu Kerajaan Castilla, Leon, Aragon, dan Navarra. Namun banyak orang tidak yakin sehingga mengundang pertanyaan, apakah yang berada di dalam peti tersebut benar-benar tulang belulang Columbus sang penemu benua Amerika yang sangat termasyur itu ataukah tidak.

Bagaimana ceritanya peti itu bisa sampai ke katedral tersebut. Pada tahun 1899, peti itu tiba di Spanyol dari Kepulauan Karibia. Pada saat itu, pembawa peti mengatakan bahwa barang yang dia bawa berisi berisi tulang belulang Columbus. Namun dengan berjalannya waktu, Republik Dominika mengklaim bahwa tulang Columbus tidak berada di Spanyol, tetapi berada di bawah sebuah monumen di Santo Domingo.

Maka pada 2003 kalangan ilmuwan dan peneliti segera melakukan melakukan penelitian pada tulang-tulang yang ada di Katedral Sevilla tersebut dan juga di tempat lain untuk memecahkan teka-teki tersebut. Nah, akhirnya pada tahun 2006, para ilmuwan mengumumkan bahwa DNA yang diteliti tersebut cocok dengan saudara laki-laki Columbus bernama Diego yang juga dimakamkan di Sevilla. Diego sendiri adalah juga seorang pelaut, tetapi prestasinya tidak sespektakuler kakaknya.

Jadi disimpulkan bahwa yang ada di katedral itu memang tulang Columbus yang telah berpindah tempat beberapa kali sejak kematiannya. Dari sebuah sumber dikatakan bahwa Columbus meninggal di Valladolid, dan dimakamkan di Kepulauan Karibia di Santo Domingo, namun kemudian jasadnya dipindah ke Kuba.

Namun, setelah Kuba merdeka, ia mengembalikan jasad Columbus ke Spanyol dan akhirnya oleh pemerintah Spanyol jasadnya disimpan di Katedral di kota SeviIIa tersebut. Jadi, kalau berkesempatan berkunjung ke Katedral, jangan lupa untuk berziarah ke makam Christopher Columbus dan carilah juga makam adiknya, Diego Columbus.

Sumber: SuaraMerdeka/liburan.info
Foto : Getty Images

AIR

VACATION

HOTEL

Comments