Melihat Kerajaan Komodo

Komodo

Menyebut nama Taman Nasional Komodo (TNK), wajar kalau orang langsung membayangkan hewan asli setempat sekaligus menjadi penguasa di sana yaitu komodo. Tapi sebenarnya, TNK bukan cuma punya reptil raksasa yang oleh wisatawan asing disebut dragon alias naga. Pun ternyata menyimpan beberapa objek wisata alam yang masih alami dan menawan.

Nama TNK sudah lama dikenal baik oleh wisatawan mancanegara (wisman), terutama dikalangan dua kelompok turis yaitu the rich dan backpackers. Bagi turis kaya, mereka umumnya menyewa kapal pesiar besar maupun kecil (yacht) usai melancong dari Bali dan Lombok kemudian menyeberang ke TNK. Kapal pesiar mewah Spice Island Cruises salah satunya yang membawa para wisatawan berkantong tebal ke Pulau Komodo sejak dulu.

Sedangkan bagi turis yang senang berkelana dan berdana pas-pasan, memilih menggunakan rute umum dengan bus, kapal penumpang dan feri. Menurut John, turis sandal jepit asal Inggris, cara terakhir justru lebih menyenangkan, variatif, dan menantang.

Wisatawan yang hendak menikmati komodo dan obyek wisata alam lain yang ada di Pulau Komodo dapat membeli tiket masuk di Loh Liang. Sedangkan yang ingin ke Pulau Rinca, langsung ke pos Loh Buaya. Harga tiket masuk wisnus dan wisman berbeda. Tiket berlaku selama satu minggu untuk semua lokasi obyek wisata.

Komodo sedang memakan rusa

Beberapa tahun lalu jumlah pengunjung setiap tahun berkisar antara 35.000 sampai 50.000 dari berbagai penjuru dunia. Di mana sebagian besar atau sekitar 30.000 adalah wisman antara lain dari Belanda, Inggris, Italia, Prancis, dan Jepang. Jumlah wisman yang berkunjung langsung ke Loh Liang, Pulau Komodo jauh lebih banyak daripada wisnus. Karena kerap ramai didatangi turis asing selama beberapa hari, Loh Liang pun akhirnya dijuluki kampung turis.

Soal penginapan selama berkunjung di sana, tak ada yang perlu dikhawatirkan. Akomodasi di Loh Liang cukup lengkap. Ada empat pondok penginapan yang mampu menampung puluhan pengunjung. Tarif kamarnya per malam untuk satu orang (single) dan berdua (double) cukup terjangkau. Selain itu ada kafetaria yang menyediakan menu khas laut (sea food) serta koperasi yang menjual cendera mata menarik.

Pemandangan pantai di pulau komodo

Jumlah wisnus dan wisman yang berkunjung ke TNK cukup baik dari tahun ke tahun. Kalaupun ada penurunan tidak terlalu dratis dan kemudian kembali diminati. Soal tujuan berkunjung wisatawan ke TNK tetap tak berubah, umumnya para wisatawan ingin melihat dan mengamati secara langsung prilaku komodo. Banyak juga wisatawan yang semata bertujuan untuk ber-snorkeling dan diving di beberapa lokasi asri di kawasan TNK yang di antaranya sudah tersohor di kalangan wisman.

Satwa lain

Selain komodo sebagai daya tarik utama, kawasan TNK khususnya di Pulau Komodo juga mengoleksi beberapa obyek alam pantai maupun pegunungan, masyarakat nelayan yang menetap di sana serta habitat laut terutama aneka terumbu karang dan ikan hias. Obyek-obyek wisata Pulau Komodo yang dapat dinikmati antara lain Banu Nggulung, Pantai Merah, Poreng Sabieta, Gunung Ara dan Gunung Satalibo yang sejajar ke arah Timur, serta Kampung Komodo ke arah Barat dari pos Loh Liang.

Banu Nggulung merupakan lokasi untuk melihat dan memotret komodo dengan leluasa. Pengunjung yang pergi ke tempat ini wajib didamping petugas taman nasional atau biasa disebut jagawana. Jaraknya sekitar dua kilometer ke arah timur dari Pos Loh Liang, dapat ditempuh selama kurang lebih 45 menit dengan berjalan kaki santai menyusuri jalan setapak alami di antara pepohonan yang sebagian besar memiliki kesamaan dengan pepohonan yang ada di kota Darwin, Australia.

Ini mungkin dipengaruhi oleh angin kering yang pada waktu-waktu tertentu berhembus dari negeri kangguru tersebut. Selama perjalanan menuju Banu Nggulung kerap bertemu beberapa komodo berukuran besar dan kecil. Obyek yang sama untuk melihat komodo ada di Pulau Rinca dan sejumlah pulau kecil di sekitarnya.

Sedangkan Pantai Merah atau yang dikenal turis asing Pin,k Beach, merupakan salah satu pesona alam terindah di TNK bahkan mungkin di dunia. Pantainya landai dan berpasir kemerah-merahan menjadi pilihan untuk berjemur sepuasnya. Perairannya memiliki pemandangan bawah laut dengan beragam terumbu karang serta ikan hias yang menakjubkan.

Buat wisatawan yang gemar melakukan kegiatan wisata bahari seperti berenang, snorkeling, menyelam atau sekadar berjemur, Pink Beach adalah tempat yang cocok. Dan yang membuatnya unik, tak jauh dari Pantai Merah yang juga pantai, pasirnya justru berwarna putih. Kalau tak percaya, coba saja naik ke bukit di atas pantai merah, pasti akan menemukan keunikan itu.


Sunset di pulau komodo

Lokasi Pantai Merah dapat dicapai lewat darat maupun laut, kalau dengan perahu motor sekitar 30 menit dari Loh Liang tapi bila menyusuri pantai dari Loh Liang memakan waktu lebih kurang 4,5 jam melewati hutan bakau dan gugusan tebing karang.

Selain Pantai Merah, obyek wisata yang sama dengan terumbu karang dan pantai landai, terdapat di Pulau Lasa dan Pulau Padar. Sedangkan Pulau Kalong adalah lokasi khusus untuk melihat sata kalong (Pteropus sp) yang jumlahnya ribuan.

Kalau bermaksud melihat kerbau liar dan panorama laut dari atas perbukitan, datang ke Poreng Sabieta. Letaknya 10 kilometer ke arah timur Loh Liang. Poreng Sabieta yang memiliki hamparan padang rumput savana, dapat dicapai lewat jalur pendakian alami (natural trail). Tapi harus ditemani jagawana.

Bila belum puas mendaki, lanjutkan perjalanan menuju Gunung Ara yang berada pada ketinggian 510 meter di atas permukaan laut (dpl). Di sana terdapat areal perkemahan buat wisatawan yang ingin berkemah di alam bebas. Untuk mencapai lokasinya melalui jalur pendakian sepanjang delapan km dari Loh Liang. Obyek yang sama juga ada di Loh Lima.

Dan terakhir ke Gunung Satalibo yang merupakan obyek kunjungan di Pulau Komodo yang letaknya paling jauh dari Loh Liang. Gunung ini sekaligus menjadi puncak tertinggi Pulau Komodo, tingginya 735 meter dpl. Dari puncaknya, wisatawan dapat menikmati pemandangan terbuka kawasan lain di seputar Pulau Komodo lengkap dengan hamparan laut serta pulau-pulau di sekelilingnya.

Setelah puas menyaksikan tingkah komodo dan menikmati semua pesona alam Pulau Komodo, jangan lewatkan untuk singgah ke Kampung Komodo. Lokasi yang kini menjadi tempat berkumpulnya orang asli Pulau Komodo jauh sebelum kawasan ini ditetapkan sebagai taman nasional, berada di pesisir pantai Pulau Komodo. Tepatnya sekitar tiga kilometer ke arah Barat dari Long Liang.

Banyak aktivitas menarik yang dapat dilihat di sana, bukan sekadar deretan perumahan panggung sederhana dengan lorong-lorong jalannya. Pun beragam aktivitas kehidupan nelayan yang lekat dengan laut serta panorama alam berupa aneka formasi batu karang, bukit-bukit bergelombang dan pesona matahari terbenam.

Rumah orang Kampung Komodo berukuran besar, biasa di tempati oleh beberapa keluarga. Ada sekitar 3.300 kepala keluarga yang tinggal di kampung Komodo. Warga setempat memanggil komodo dengan sebutan Ora.

Alam Khas

Berada di kawasan TNK memang seolah kita berada di dunia lain yang terasing dan terpencil. Kesan itu dimungkinkan karena kondisi alam dan geografisnya yang berbeda dengan kebanyakan kawasan lain. Sejumlah pulau di kawasan TNK sebagian besar berbukit-bukit. Daratannya berasal dari batuan vulkanik yang mengalami proses geologi sejak ratusan tahun silam. Beberapa pulau kecil lainnya terbentuk dari bekas terumbu karang yang muncul 200-400 meter dpl.

Iklimnya secara keseluruhan relatif kering dengan curah hujan tahunan rata-rata 800-1000 mm. Bahkan saat ini, ketika wilayah lain di Indonesia sudah disirami hujan lebat bertutur-turut hingga banjir, justru kawasan TNK sejak awal Desember hingga Januari ini belum turun hujan sama sekali. Akibatnya debit air di Loh Liang, Pulau Komodo berkurang sementara di Loh Buaya, Pulau Rinca mengalami kekeringan.

Sedangkan musim penghujan terjadi antara Januari-April. Kondisi iklim yang musim keringnya lebih panjang itu, berpengaruh pads bentuk dan jenis flora dan faunanya. Ada lebih-kurang 102 spesies flora yang tumbuh di dalamnya, antara lain pohon asam (Tamarindus indea), waru (Hibiscus Sp), kapuk hutan (Bomba ceiba), dan kesambi (Sahlaichara olcosa).

Sedangkan faunanya sekitar 185 spesies yang menggambarkan bentuk-bentuk peralihan antara jenis Asia dan Australia, baik jenis avves, reptil, mamalia maupun jenis hewan lain, seperti burung elang (Falconidae court), pergam (Columbidae court), kakak tua (Psittatcidae court), rusa timor, babi hutan (Sus scropa), ular, kuda dan kerbau liar serta komodo (Varanus komodoensis) sebagai satwa primadona kawasan ini.

Begitupun dengan kekayaan lautnya. Berdasarkan hasil survei sebuah lembaga penelitian internasional, perairan TNK menyimpan sekitar 900 jenis biota laut. Di antaranya 1000 lebih spesies ikan, antara lain ikan napoleon (Cheilinus undulates), kerapu, kakap merah dan ikan pari manta (Manta birostris) yang ukurannya mencapai 4 X 5 meter.

Selain ikan berukuran kecil dan sedang, perairannya juga kerap dilalui beberapa jenis ikan besar seperti hiu dan lumba-lumba serta tak ketinggalan si mamalia laut raksasa yaitu paus. Di dasar lautnya juga mengoleksi 260 spesies terumbu karang, terutama jenis Acropora sp.

Hal lain yang memberi kesan khas adalah vegetasinya. Sebagian besar atau sekitar 70 persen didominasi padang rumput savana setinggi dada berwarna kekuningan, terutama jenis Heteropogon contortus, Setaria adhaerens, Chloris barbata dan Heteropogon concortus.Borassus flabellifer). Sedangkan ragam hutannya terdiri atas hutan pantai (mangrove), hutan musim (mansoon forest) dan hutan hujan tropis (tropical rain forest). Selain hamparan padang rumput, ada beberapa tanaman yang turut memberi panorama khas alam TNK, terutama pohon palem lontar (

Kendati kerimbunan hutan TNK tak selebat rimba belantara Pulau Jawa, Papua Kalimantan atau pun Sumatera, namun bukan berarti tidak ada bahaya yang mengintai terutama komodo. Sebab di kawasan konservasi yang beriklim khas dan keras ini, komodo bukan sekadar menjadi warisan alam dunia tapi benar-benar menjadi penguasa.

Luas TNK hampir 220.000 hektar, meliputi tiga pulau besar yaitu Pulau Komodo (33.937 hektar), Pulau Rinca (19.625 hektar) dan Pulau Padar (2.017 hektar). Letak TNK tambah istimewa karena berada di antara dua lautan bebas, yakni Laut Cina Selatan di sebelah utara dan Lautan Hindia di sebelah selatan.

Sejak 6 Maret 1980, kawasan ini ditetapkan pemerintah sebagai taman nasional dengan tujuan utama melindungi komodo beserta habitatnya. Kemudian United Nations Education, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) kemudian menobatkan kawasan konservasi ini sebagai lokasi warisan alam dunia (Natural World Heritage Site) pada sidang World Heritage Committee di Tunisia pada tahun 1991. Dan bahkan sejak 1997, UNESCO menetapkan TNK sebagai Man and Biosphere Reserve.

Melihat kelengkapan dan keindahan isi warisan alam dunia ini, pantaslah Pulau Komodo dan pulau-pulau lain dalam kawasan TNK menjadi obyek tujuan wisata Anda berikutnya.

Tips Perjalanan

Ada dua pintu masuk untuk melongok isi TNK, yaitu dari Labuanbajo, Flores Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Sape, Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Bila berangkat dari Jakarta, kedua pintu masuk baik Labuanbajo maupun Bima dapat dicapai dengan tranportasi laut, darat dan udara.

Dari Labuanbajo maupun Sape ke TNK hanya dapat dicapai lewat laut, yakni dengan menumpang kapal feri, menyewa perahu kayu motor milik nelayan setempat atau pun speedboat. Waktu tempuh dari Labuanbajo ke Loh Liang, pos pembelian tiket masuk di Pulau Komodo sekitar empat jam dengan perahu kayu motor.

Sedangkan dengan speedboat cuma sekitar satu jam, tapi biaya sewanya jauh lebih mahal daripada perahu kayu motor. Jika yang dituju Loh Buaya yaitu pos sekaligus pintu masuk di Pulau Rinca, biaya sewanya lebih murah karena dari Labuanbajo jaraknya lebih dekat.

Dulu, sewaktu jumlah wisatawan meningkat, ada dua feri yang melewati perairan TNK, yakni KMP Komodo dan KMP Mandihahang dari Sape ke Labuanbajo atau sebaliknya. Kedua kapal feri ini beroperasi secara bergantian setiap hari, kecuali hari Jum’at. Waktu pemberangkatannya pukul 08.00 waktu Indonesia tengah (Wita). Namun kini kedua feri sudah tidak ada lagi, hanya ada satu feri yaitu KMP Cengkeh Apo dan itu pun tidak singgah di perairan Loh Liang lantaran memang tak ada wisatawan yang naik feri tersebut dan turun di sana. Jadi bukan lantaran dilarang karena jangkar dan polusinya merusak terumbu karang.

Labuanbajo dapat dijangkau lewat darat, laut dan udara. Lewat darat dengan menggunakan bus dari Jakarta, Surabaya maupun Denpasar menuju Labuanbajo. Akhirnya bus ini naik feri juga. Kalau dari Jakarta dengan bus memakan waktu empat hari tiga malam. Sedangkan lewat laut, selain dengan feri di atas, juga dapat menggunakan kapal penumpang.

Kini ada tiga kapal penumpang yang menyinggahi Labuan Bajo, yakni KM Tilong Kabilang, KM Wilis dan KM Kelimutu. Ketiga kapal Pelni ini bertolak dari Surabaya lalu singgah di beberapa tempat termasuk Labuanbajo. Selanjutnya KM Wilis dan Kelimutu langsung ke Kupang sedangkan KM Tilong Kabilang menuju Makassar.

Sejak akhir tahun 1996 juga telah dibuka penerbangan Denpasar-Labuanbajo dengan pesawat jenis Fokker 27. Pada awalnya jadwal penerbangannya enam kali seminggu mulai dari Senin hingga Sabtu, tapi kini cuma tiga kali dalam seminggu. Selain itu, Labuanbajo-Kupang dapat dijangkau dengan pesawat kecil jenis cassa atau twin otter. Bila tak punya waktu banyak dan ingin cepat sampai, gunakan saja pesawat terbang Garuda Indonesia Airways dari Jakarta ke Bali. Lalu menyambung naik bus ke Sape dilanjutkan dengan speed boat ke Loh Liang.

Untuk dapat menjelajahi semua objek yang terdapat di Pulau Komodo, minimal dibutuhkan waktu enam hari. Sebaiknya membawa bekal makanan dan minuman instan favorit sendiri, meskipun di sana sudah tersedia kafetaria atau rumah makan yang menyediakan nasi goreng dan makanan laut (seafood). Jangan lupa membawa peralatan memancing atau snorkeling atau menyewanya di Labuanbajo jika memang bermaksud melakukan kegiatan itu.

Agar kunjungan berjalan lancar dan memuaskan, perhatikan waktu berkunjung yang tepat untuk melongok isi TNK. Waktu terbaik untuk berkunjung antara Maret-Juni dan Oktober-Desember.

Sumber: Majalah Travel Club

foto : community.kompas.com,www.mediaindonesia.com,www.jawapos.com, www.indonesia.go.id

Comments