Melancong ke Tai O

DI BALIK kemegahannya, Hong Kong menyimpan kawasan yang jauh dari kesan metropolis. Tersembunyi di antara puluhan pulau yang ada, tepat di sebelah barat Lantau Island. Kawasan tersebut bernama Tai O.

Tempat itu dikenal sebagai desa nelayan yang dibangun kira-kira 2.000 tahun lalu. Penduduk aslinya adalah suku Tanka, yang merupakan kaum imigran dari China daratan. Sesuai predikatnya sebagai The fishing village, Tai O ditempati oleh warga yang sebagian besar menggantungkan hidupnya dari hasil laut, terutama ikan. Kawasan ini dapat ditempuh lewat dua jalur; darat dan laut.

Bila jalur laut yang dipilih, perjalanan bisa dimulai dari Hong Kong Island dengan kapal feri. Lama perjalanan kurang lebih satu jam. Tapi, bila ingin merasakan pengalaman yang lebih menakjubkan, sebaiknya jalur darat yang dipilih. Bagaimana tidak? Sepanjang mata memandang, di kanan-kiri jalan terhampar pemandangan alam nan indah. Bagi warga perkotaan yang kerap disergap polusi, jalan menuju Tai O menjadi obat penat yang cukup manjur. Kehijauan kawasannya menyegarkan mata. Dengan perjalanan darat, desa nelayan ini dapat diakses melalui Tung Chung, sebuah kota yang baru dibuka pemerintah Hong Kong pada akhir 1990-an.

Dari penginapan di Tsim Sha Tsui, bagian dari Kowloon Peninsula, perjalanan bisa memakan waktu sekitar 1,5 jam. Mass Transit Railway (MTR) menjadi kendaraan pertama mencapai Tai O. Tujuh stasiun harus dilewati untuk mencapai stasiun transit di Lai King, sebelum Tung Chung yang juga merupakan stasiun akhir rute MTR. Dari Tung Chung, perjalanan disambung dengan menggunakan bus. Setelah menikmati perjalanan selama 40 menit, tibalah di tempat tujuan, TaiO.

Kawasan ini menjadi daerah tujuan wisata sejak1980-an. Tepatnya sejak sarana transportasi umum diadakan. Sengaja dipelihara pemerintah Hong Kong karena berpotensi mendulang wisatawan lokal maupun internasional. Warga Tai O tinggal di rumah-rumah terapung dari kayu.

Melihat arsitektur bangunannya, rumah apung tersebut tidak jauh berbeda dengan rumah-rumah sejenis di Sumatra dan Kalimantan. Tak banyak penduduk yang tinggal di desa nelayan ini. Secara demografis, sebagian besar warga adalah kaum lansia. Sebagian lagi remaja dan kanak-kanak.

Saat penduduk Tai O mencapai usia produktif, biasanya mereka hijrah ke perkotaan untuk mencari peruntungan di bidang lain selain perikanan. Itu sebabnya, dari 100 ribu penduduk pada awal era 1990-an, kini hanya sekira 2.000 warga yang menetap secara permanen di kawasan tersebut. Generasi muda Tai O baru akan pulang ke kampung halaman pada saat-saat tertentu, untuk sekadar liburan dan bertemu orangtua mereka.

okezone.com

AIR

VACATION

HOTEL

Comments